Selain dari tekstur nya kenampakan serat pada kertasseni juga berpengaruh terhadap kualitas suatu kertasseni. hasil dari uji kenampakan serat pada tabel 2 menunjukkan hanya pada perlakuan kontrol N2L0 (Konsentrasi NaOH 15% tanpa JPP) yang memiliki kenampakan serat yang tampak jelas sedangkan pada perlakuan yang lain nya terutama pada perlakuan dengan JPP memiliki tingkat kenampakan serat serat yang kurang tampak. Ini menunjukkan perlakuan lain nya yang menggunakan proses biopulping menggunakan jamur pelapuk putih yang memiliki kenampakan serat yang kurang tampak karena jamur pelapuk putih dapat mendegradasi lignin yang terdapat pada pelepah sehingga hasil dari proses kraft lebih efektif (Fatriasari 2010). (gambar 1).
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam dan Kulit Jagung sebagai Bahan Pembuatan KertasSeni dengan penambahan NaOH d an Pewarna Alami”.
Bulu ayam dan kulit singkong merupakan limbah yang berlimpah dan masih jarang dimanfaatkan selain pakan ternak. Bulu ayam mengandung protein serat yang tinggi sedangkan kulit singkong mengandung selulosa yang tinggi. Daun pepaya dan daun jati mengandung zat antosianin yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Penelitian ini bertujuan 1). Untuk mengetahui kualitas kertasseni dengan perbandingan bahan baku yang berbeda terhadap kekuatan tarik dan kekuatan sobek pada kertas. 2). Untuk mengetahui uji sensoris terhadap kertasseni dari limbah bulu ayam dan kulit singkong dengan penambahan NaOH dan pewarna alami. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Adapun faktor 1: Perbandingan bahan baku (bulu ayam:kulit singkong) (B), B 1 (50:50), B 2 (40:60), B 3 (30:70) dan faktor 2: jenis pewarna (K),
Warna kertas yang dihasilkan hampir seragam tiap perlakuan yaitu berwarna kekuningan dan kecoklatan. Hal ini disebabkan, peneliti menggunakan ekstrak daun jati dan daun pepaya sebagai pewarna alami. Selain itu, dipengaruhi juga pada proses pengeringan yang dikeringkan langsung dibawah sinar matahari yang menyebabkan pewarna belum sempurna mewarnai kertas tersebut sehingga warna kertas menjadi kekuningan bahkan kecoklatan. Pada dasarnya kertas dengan warna yang bervariasi memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen. Menurut Sukmani (2000), bahwa warna sangat mungkin dilakukan pada kertasseni agar lebih mudah menarik minat konsumen untuk menggunakan atau membeli.
digunakan lagi. Menurut informasi dari Ketua Asosiasi petani salak di Kabupaten Sleman Yogyakarta dalam satu tahun tanaman salak dilakukan pemotongan pelepah daun salak sebanyak dua kali. Satu rumpun tanaman salak produktif setiap tahunnya mampu menghasilkan potongan daun pelepah salak sebanyak sekitar 24 buah. Apabila dikalkulasikan dengan jumlah tanaman salak yang ada maka dalam satu tahun pelepah salak yang belum termanfaatkan sekitar 23.000 truk (BPS, 2004). Pelepah salak mempunyai potensi yang menjanjikan apabila diproses dan diolah menjadi produk kertasseni karena terdapat serat selulosa yang cukup banyak. Pemanfaatan yang dapat dilaksanakan dengan mudah dan murah biayanya yaitu dengan cara menggunakannya sebagai bahan pembuatan kertasseni.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ KUALITAS KERTASSENI DARI PELEPAH TANAMAN SALAK MELALUI “ BIOCHEMICAL ” JAMUR Phanerochaete crysosporium DAN Pleurotus ostreatus DENGAN VARIASI LAMA PEMASAKAN DALAM NaOH ” .
Tekstur permukaan kertasseni pada dasarnya disesuaikan dengan kebutuhan dan selera konsumen. Nilai rata-rata tertinggi panelis terhadap tekstur permukaan kertasseni adalah 2,6 (kasar) yaitu pada perlakuan POTV 15% 1 Jam 54 Hari. Tekstur permukaan sangat dipengaruhi oleh teknik pencetakan dan ukuran serat. Ukuran serat pendek akan menghasilkan tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan serat yang panjang. Menurut pengamatan, kertasseni yang berada di pasaran memiliki tekstur permukaan yang lebih halus dibandingkan dengan kertasseni hasil penelitian, karena dalam proses pencetakan menggunakan metode pressing sedangkan dalam proses pencetakan kertasseni hasil penelitian menggunakan cetakan manual yaitu screen sablon sehingga permukaan kertas yang terbentuk menjadi tidak rata. Kertas hasil penelitian yang memiliki tekstur permukaan yang kasar lebih disukai oleh panelis karena dianggap nilai seninya lebih tinggi
Bahan baku pembuatan kertas biasanya menggunakan kayu, sehingga penebangan hutan terjadi di mana-mana. Hal ini dapat berimbas menimbulkan bencana alam. Oleh karena itu perlu dicari bahan alternatif lain. Banyak sekali bahan berserat yang kurang maksimal pemanfaatannya, salah satunya adalah pelepah tanaman salak. Pada penelitian Raharjo, dkk. (2016), kandungan serat pelepah tanaman salak terdiri dari 42,54% selulosa, 34,35% hemiselulosa dan 28,01% lignin. Mengingat tingginya serat dan sejauh ini pemanfaatan limbah tersebut belum maksimal, maka hal inilah yang mendasari pemanfaatan pelepah tanaman salak sebagai bahan baku pembuatan kertasseni.
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sehingga perlu adanya pemanfaatan lain yang lebih berguna. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) selulosa yang dapat digunakan untuk membuat kertas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji ketahanan tarik, ketahanan sobek, dan uji organoleptik kertasseni dengan bahan baku rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan penambahan bahan konsentrasi Na 2 CO 3 dan zat warna yang berbeda. Penelitian ini menggunakan
Bahan utama dalam proses pembuatan kertasseni adalah pulp atau dikenal bubur kertas. Pulp adalah bahan berupa serat putih yang diperoleh melalui proses penyisihan pada proses pembuatan kertas. Pada umumnya proses pembuatan pulp terbagi menjadi 2 macam, yakni proses mekanis (mechanical pulping) dan proses kimia (chemical pulping). Pada pembuatan pulp secara kimia terdiri dari proses soda, proses sulfat dan proses sulfit.Menurut Julian (2010) Proses pembuatan pulp menggunakan metode soda/kimia yaitu pemisahan serat-serat dari bahan pencampur dengan menggunakan bahan kimia, dimana pada proses ini bahan yang digunakan natrium hidroksida (NaOH). Pada penelitian ini akan digunakan proses soda dengan menggunakan larutan NaOH.
Serat daun nanas memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kertasseni baik dari bahan serat itu sendiri maupun dikombinasikan dengan berbagai jenis kertas lain sehingga diperoleh kualitas kertasseni yang baik dari sisi artistik, teknis, dan finansial. Selain itu, dibutuhkan suatu standar yang berguna sebagai standarisasi mutu kertasseni. Penggunaan CaO sebagai pelarut belum efektif dalam mendegradasi lignin sehingga perlu dilakukan perbaikan pada kondisi perlakuan untuk mengasilkan pulp dengan sisa lignin yang kecil.
Kulit Jagung dan bulu ayam merupakan contoh limbah hasil pertanian dan peternakan yang jumlahnya sangat melimpah dan masih jarang dimanfaatkan. Kulit jagung mengandung selulosa sebagai bahan dalam pembuatan kertas sedangkan bulu ayam mengandung keratin yang memiliki sifat kuat, kaku dan fleksibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan tarik, ketahanan sobek dan sifat sensoris kertasseni dari bahan baku bulu ayam dan kulit jagung dengan pewarna alami. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan yaitu faktor 1: perbandingan bahan baku yaitu kulit jagung dan bulu ayam (P) , P1 (50:50), P2 (60:40), P3 (70:30). Faktor 2: zat warna (J), J0 ( tanpa warna), J1 (daun jati) dan J2 (daun papaya) masing-masing perlakuan dua kali ulangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ketahanan tarik tertinggi adalah pada perlakuan P3J0 (perbandingan kulit Jagung dengan bulu ayam 70:30 dan tanpa pewarna) dengan rata-rata ketahanan tarik 8,2389 Mpa, ketahanan sobek kertas tertinggi pada perlakuan P1J2 (perbandingan kulit jagung dan bulu ayam 50:50 dengan pewarna daun papaya) dengan rata-rata ketahanan sobek 1,8310 Mpa. Hasil uji sifat sensoris terhadap tekstur paling tinggi pada P3J1 (perbandingan kulit jagung dengan bulu ayam 70:30 dan pewarna daun jati), kenampakan serat paling tinggi pada P3J1 (perbandingan kulit jagung dengan bulu ayam 70:30 dan pewarna daun jati), warna paling tinggi pada P3J1 (perbandingan kulit jagung dengan bulu ayam 70:30 dan pewarna daun jati), dan kesukaan masyarakat penilaian tertinggi yaitu pada kertas kulit jagung dan bulu ayam dengan pewarna daun papaya (P3J2). Ada perbedaan ketahanan tarik, ketahanan sobek dan sifat sensoris disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan kertas.
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sehingga perlu adanya pemanfaatan lain yang lebih berguna. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)selulosa yang dapat digunakan untuk membuat kertas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji ketahanan tarik, ketahanan sobek, dan uji organoleptik kertasseni dengan bahan baku rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan penambahan bahan konsentrasi Na 2 CO 3 dan zat warna yang berbeda. Penelitian ini menggunakan
Wijana, Susinggih, Nur Lailatul Rahmah, Erwin Sugiarto. 2010. Pembuatan KertasSeni Dari Campuran Pulp Pelepah Daun Nipah dan Pulp Kertas Koran Bekas (Kajian Proporsi Bahan Baku dan Konsentrasi Perekat PVAc). Skripsi Teknologi Industri Pertanian. Universitas Brawijaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut dan waktu pemasakan terhadap rendemen, bilangan kappa, selektifitas delignifikasi, dan pH, menentukan kombinasi perlakuan NaOH dan CaO terbaik berdasarkan selektifitas delignifikasi, dan mengetahui sifat mekanik kertasseni. Proses pemasakan dibagi menjadi dua tipe bahan pelarut yaitu NaOH 8-12 % dan CaO 13-17 % yang diproses dengan perbandingan bahan dan pelarut (1:6), waktu pemasakan pulp (45 menit dan 60 menit), dan pada suhu 170 o C. Penggunaan NaOH menghasilkan bilangan kappa berkisar 0.82-1.57, sedangkan CaO menghasilkan 2.03-2.54. Penggunaan NaOH menghasilkan selektifitas delignifikasi berkisar 62.90-120.55, sedangkan CaO menghasilkan 38.49-48.24. Namun, CaO memiliki nilai rendemen yang lebih baik yaitu 76.94-84.87 %, sedangkan NaOH berkisar 60.19-71.71 %. Hasil penelitian menunjukkan, NaOH 12 % dan CaO 17 % dengan waktu pemasakan 1 jam (Na 3 T 2 dan Ca 3 T 2 ) mempunyai selektifitas delignifikasi yang lebih baik dibandingkan
kimia pemasak (biochemical pulping). Pada pembuatan kertasseni, penambahan larutan NaOH berfungsi untuk melarutkan lignin saat proses pulping sehingga mempercepat proses pemisahan dan pemutusan serat. Fengel dan Wegener (1995) menambahkan bahwa pulp dapat dihasilkan dengan semikimia dengan larutan NaOH dan pembuatan serat dengan pengilingan. Menurut penelitian saleh (2009) tentang “ Pengaruh Konsentrasi Pelarut, Temperatur Dan Waktu Pemasakan Pada Pembuatan Pulp Dari Sabut Kelapa Muda ” hasil yang yang optimum didapatkan pada konsentrasi NaOH 10%, temperatur 80 o C, waktu pemasakan 90 menit, dengan persen rendemen sebesar 39,72%.
Pelepah tanaman salak belum dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah, padahal mengandung selulosa 42,54 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kertas pelepah tanaman salak (ketahanan tarik, ketahanan sobek, dan sensoris) dengan perlakuan konsentrasi NaOH dan lama pemasakan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor perlakuan. Faktor 1: konsentrasi NaOH (K), K0 :tanpa NaOH, K1 : 10%, K2 : 15%. Faktor2 : Lama pemasakan (L), L1 (60 menit), L2 (120 menit). Hasil penelitian ketahanan tarik tertinggi adalah perlakuan K1L1 (Konsentrasi NaOH 10 % dan lama pemasakan 60 menit) dengan rata – rata ketahanan tarik 0,665 N/mm 2 . Ketahanan sobek tertinggi pada perlakuan K1L2 (Konsentrasi NaOH 10 % dan lama pemasakan 120 menit) 25,3796 N. Hasil uji tekstur dan kenampakan serat tinggi pada perlakuan K0L2 (Tanpa Konsentrasi NaOH dan lama pemasakan 120 menit) dan perlakuan K0L1 (Tanpa Konsentrasi NaOH dan lama pemasakan 60 menit). Kertasseni yang banyak disukai masyarakat yaitu K1L2 (Konsentrasi NaOH 10 % dan lama pemasakan 120 menit)
Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, islam, kesehatan dan nikmat lain yang tak terhitung jumlahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Karakteristik KertasSeni dari Rumput Gajah ( Pennisetum purpureum )
Bahan baku untuk membuat kertas yaitu Pulp atau disebut bubur kertas. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan yang berserat. Proses pembuatan pulp ada dua yaitu secara kimia (chemical pulping) dan proses mekanikal (mechanical pulping). Proses kimia terdiri dari tiga macam yaitu proses soda, proses sulfat, dan proses sufit. Proses kimia yang akan digunakan untuk pulping bulu ayam dan kulit jagung yaitu proses soda dengan bahan kimia NaOH. Penambahan NaOH berfungsi untuk melarutkan lignin saat proses pulping sehingga mempercepat pemisahan dan pemutusan serat (Sucipto,2009). Semakin besar konsentrasi larutan pemasak, maka akan semakin besar jumlah larutan pemasak (NaOH) yang bereaksi dengan lignin. Tetapi, pemakaian larutan pemasak yang berlebihan tidak menguntungkan karena akan menyebabkan selulosa terdegradasi. Konsentrasi NaOH dibatasi maksimum 15% (Paskawati, 2010). Menurut Azhari (2005) bahwa pulp kertas dapat dibuat dari batang Rosella dengan proses soda. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi NaOH maka rendaman pulp makin rendah, kandungan selulosa semakin rendah dan kandungan lignin semakin tinggi. Kondisi variabel pemasakan terbaik pada penelitian ini adalah pada konsentrasi NaOH 15%, temperatur pemasakan 100 o C dan waktu pemasakan 60 menit.
oleh kayu di antaranya lignin. Proses pulping rumput gajah bisa menggunakan proses soda dimana bahan kimia yang digunakan soda api (NaOH). Pada pembuatan kertasseni (art paper), penambahan larutan NaOH berfungsi untuk melarutkan lignin saat proses pembuburan (pulping) sehingga mempercepat proses pemisahan dan pemutusan serat (Sucipto dkk, 2009). Tetapi, pemakaian larutan pemasak yang berlebihan tidak menguntungkan karena akan menyebabkan selulosa terdegradasi. Konsentrasi NaOH dibatasi maksimum 15% (Paskawati dkk, 2010).