4-6 hari di rumah sakit, umumnya mereka baru mendapat serangan angina pektoris ini dan tidak memiliki penyakit lain sebagai komplikasi ataupun faktor risiko lain. Mereka hanya memerlukan istirahat yang cukup untuk memulihkan kesehatan dan menghindari terjadinya kemungkinan infark miokardium. Sedangkan pada pasien yang dirawat lebih dari 4-6 hari, umumnya mereka memiliki penyakit lain seperti hipertensi, jantung koroner dan penyakit lain sehingga memerlukan perawatan yang lebih lama. Pada umumnya pasien pulang dalam keadaan sembuh dan sudah mendapatkan terapi sesuai dengan formularium rumah sakit serta terapi terus dilanjutkan di rumah dan pengontrolan kesehatan setiap satu bulan sekali ke rumah sakit.
Berdasarkan tatalaksana terapihipertensi JNC 8 dalam pengobatan awal hipertensi tidak memerlukan kombinasi dua obat tetapi hanya memerlukan terapi tunggal. Terapi kombinasi digunakan jika pada pasien dengan terapi tunggal tidak menunjukkan ketercapaian tekanan darah.
Terapi kombinasi pada pasien hipertensi yang mendapatkan pengobatan pertama juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah secara cepat dan kuat sehingga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah yang tidak terkontrol. Selanjutnya untuk kombinasi 3 obat yang paling banyak yaitu kombinasi Antara bisoprolol+amlodipine+valsartan dengan presentasi (3%) [11].
ABSTRAK
Tingginya angka kejadian hipertensi berdampak terhadap meningkatnya morbiditas dan mortalitas masyarakat. Salah satu cara untuk mengontrol hipertensi adalah pemberian terapi farmakologis antihipertensi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan penggunaan obat antihipertensi di UPTD Puskesmas Airmadidi Minahasa Utara. Data diambil secara retrospektif dan dianalisa secara deskriptif dari buku register dan rekam medis pasien periode januari – juni 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 559 pasien hipertensi paling banyak terjadi pada perempuan sebesar 375 ( 67,08 % ) pasien dan pada laki – laki sebesar 184 ( 32,92 % ). Penderita hipertensi terbanyak terdapat pada kelompok usia 60 – 69 tahun sebanyak 243 ( 43,47 % ) pasien, diikuti oleh kelompok usia 50 – 59 tahun sebanyak 135 ( 24,15 % ) pasien dan terendah pada kelompok usia 80 -89 tahun sebanyak 4 ( 0,72 % ) pasien. Pemberian terapi farmakologi yang paling banyak adalah monoterapi dibandingkan politerapi. Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah ACE-I yaitu captopril dan untuk politerapi golongan obat yang paling banyak digunakan adalah CCB dan ACE –I yaitu amlodipin dan captopril. . Berdasarkan derajat hipertensi, sebagian besar monoterpi diberikan pada pasien dengan hipertensi stadium I.
Peningkatan dosis dan penambahan obat antihipertensi golongan lain dapat dilakukan apabila target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan. Pemilihan antihipertensi golongan lain dipilih yang memiliki minimum efek samping dan interaksi obat. Pemilihan pengobatan politerapi yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati yaitu apabila pasien memiliki tekanan darah >20/10 mmHg di atas target normal atau target yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pedoman tata laksana yang JNC VIII bahwa menambahan obat antihipertensi golongan lain dapat diberikan apabila tekanan darah pasien >20/10 mmHg diatas target.
Hipertensi merupakan salah satu faktor utama resiko kematian karena gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan 20-50% dari seluruh kematian. Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin meningkat, maka perlu dilakukan analisis efektivitas biaya agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara manfaat dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasiantihipertensi yang paling cost-effective di Rumah Sakit Dr. Moewardi tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik, laboratorium dan plafon harga obat di administrtif. Analisis efektifitas biaya yang dilakukan dengan membandingkan besar biaya medik langsung rata-rata per bulan terhadap persentase pasien yang tekanan darahnya mencapai target berdasarkan parameter ACER.Hasil penelitian menunjukkan 8 polakombinasi yang digunakan pasien yaitu beta blocker dengan ACE-Inhibitor, ARB dengan hidrochlorothiazid, ARB dengan CCB, ARB dengan beta blocker, ACE-Inhibitor dengan diuretik hidrochlorothiazid, ACE-Inhibitor dengan furosemide, ACE-Inhibitor dengan ARB, ACE-Inhibitor dengan CCB. Pola pengobatan yang paling cost-effective untuk pasien hipertensi berdasarkn efektifitas tekanan darah mencapai target dalah golongan ACE-Inhibitor dengan hidrochlorothiazid dengan nilai ACER sebesar 490,69 dan ICER sebesar -13.663,68.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Efektivitas Biaya PenggunaanAntihipertensiKombinasi Dua Obat pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2012 sebagai salah satu syarat mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Telah dilakukan penelitian tentang polapenggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Santa Clara Madiun Tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengggunaan obat pada pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit Santa Clara Madiun, mengetahui kesesuaian terapi dibandingkan dengan literatur, mengetahui kesesuaian jenis obat yang diberikan dengan literatur, dosis dan frekuensi pemberian dibandingkan dengan literatur, serta mengetahui interaksi obat terkait terapi yang diberikan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dan retrospektif dengan sampel berupa data rekam medik kesehatan (RMK) pasien penderita hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta di Rumah Sakit Santa Clara Madiun selama tahun 2011. Dari hasil penelitian, didapatkan jenis antihipertensi yang digunakan secara tunggal yaitu CCB sebesar 38.46 % . Jumlah pasien yang mendapatkan terapi awal menggunakan antihipertensi tunggal sebanyak 28.29%, sedangkan pasien yang mendapat terapi kombinasi sebanyak 71.11%. Kesesuaian jenis antihipertensi yang digunakan pada semua pasien sesuai dengan literatur. Frekuensi pemberian sebanyak 3.30 % tidak sesuai dengan literatur, dosis pemberian sebanyak 5.20 % tidak sesuai dengan literatur, dan yang sesuai sebanyak 94.80%.
TAHUN 2011
Fransiska Made Ratna Kumala Dewi 2443009090
Telah dilakukan penelitian tentang polapenggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Santa Clara Madiun Tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengggunaan obat pada pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit Santa Clara Madiun, mengetahui kesesuaian terapi dibandingkan dengan literatur, mengetahui kesesuaian jenis obat yang diberikan dengan literatur, dosis dan frekuensi pemberian dibandingkan dengan literatur, serta mengetahui interaksi obat terkait terapi yang diberikan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dan retrospektif dengan sampel berupa data rekam medik kesehatan (RMK) pasien penderita hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta di Rumah Sakit Santa Clara Madiun selama tahun 2011. Dari hasil penelitian, didapatkan jenis antihipertensi yang digunakan secara tunggal yaitu CCB sebesar 38.46 % . Jumlah pasien yang mendapatkan terapi awal menggunakan antihipertensi tunggal sebanyak 28.29%, sedangkan pasien yang mendapat terapi kombinasi sebanyak 71.11%. Kesesuaian jenis antihipertensi yang digunakan pada semua pasien sesuai dengan literatur. Frekuensi pemberian sebanyak 3.30 % tidak sesuai dengan literatur, dosis pemberian sebanyak 5.20 % tidak sesuai dengan literatur, dan yang sesuai sebanyak 94.80%.
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Penatalaksanaan diabetes mellitus secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes, yaitu menghilangkan keluhan diabetes mellitus, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut, untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan upaya salah satunya pengendalian tekanan darah dengan menerima terapi antihipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji polapenggunaan obat antihipertensi terkait jenis, dosis, dan frekuensi pemberian untuk menurunkan tekanan darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di poli penyakit dalam RS Bhayangkara Surabaya. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional karena peneliti tidak memberikan perlakuan langsung terhadap sampel (pasien). Rancangan penelitian secara deskriptif dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif pada periode 1 Agustus 2015 sampai 15 September 2015. Hasil penelitian menunjukkan terapi antihipertensi pada pasien diabetes mellitus terdiri dari tunggal sejumlah 80 pasien (48%) dan kombinasi 86 pasien (52%). Antihipertensi yang sering digunakan yaitu valsartan (1x80 mg) per oral pada 16 pasien (20%) dan kombinasiantihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu valsartan (1x80 mg) + amlodipin (1x10 mg) per oral.
perlu dilakukan upaya salah satunya pengendalian tekanan darah dengan menerima terapi antihipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji polapenggunaan obat antihipertensi terkait jenis, dosis, dan frekuensi pemberian untuk menurunkan tekanan darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di poli penyakit dalam RS Bhayangkara Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dikarenakan peneliti tidak memberikan perlakuan langsung terhadap sampel (pasien). Rancangan penelitian secara deskriptif dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif pada periode 1 Agustus 2015 sampai 15 September 2015. Hasil penelitian menunjukkan terapi antihipertensi pada pasien diabetes mellitus terdiri dari tunggal sejumlah 80 pasien (48%) dan kombinasi 86 pasien (52%). Antihipertensi yang sering digunakan yaitu valsartan (1x80 mg) per oral pada 16 pasien (20%) dan kombinasiantihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu valsartan (1x80 mg) + amlodipin (1x10 mg) per oral.
Total pelayanan kesehatan untuk hipertensi di Amerika telah diperkirakan sekitar $ 15 milyar per tahunnya. Total pelayanan kesehatan ini sudah termasuk biaya medik langsung dan juga biaya medik tak langsung. Biaya medik langsung meliputi biaya obat, konsultasi medik dan test laboratorium (Da Costa et al., 2002). Hal ini antara lain disebabkan populasi pasien usia lanjut yang semakin banyak dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan obat, adanya obat-obat baru yang lebih mahal, dan perubahan pola pengobatan. Di sisi lain, sumber daya yang dapat digunakan terbatas, sehingga harus dicari cara agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis (Trisna, 2007).
Sejarah Artikel : Latar belakang: Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah mengalami peningkatan tekanan. Hipertensi masih menjadi salah satu penyakit yang prevalensinya mengalami peningkatan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polapenggunaan obat antihipertensi dan untuk mengetahui obat yang paling banyak digunakan. Metode: Penelitian dengan menggunakan metode retrospektif dilakukan di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar selama periode Juli- Desember tahun 2016. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Hasil: Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian ini yaitu sebanyak 84 pasien. Pasien hipertensi terbanyak adalah pasien perempuan sebanyak 49 pasien dan laki-laki sebanyak 34 pasien. Usia yang paling banyak menderita hipertensi yaitu 58- 64 tahun sebanyak 24 pasien (28.57%). Berdasarkan klasifikasi hipertensi yang paling banyak terjadi yaitu hipertensi stadium II sebanyak 30 pasien (35,71%). Terapi obat yang paling banyak digunakan yaitu terapi obat kombinasi sebanyak 81 pasien (96,43%) dan yang menggunakan terapi tunggal sebanyak 3 pasien (3,57%). Simpulan dan saran: Berdasarkan hasil penelitian obat-obat antihipertensi yang digunakan pada pasien hipertensi rawat inap meliputi Captopril, lisinopril, imidapril, diltiazem, amlodipine, nifedipine, candesartan, irbesartan, valsartan, telmisartan, bisoprolol dan propanolol , HCT, indapamide, furosemide, spironolactone, terazosin, clonidin,. Golongan obat antihipertensi candesartan, irbesartan, valsartan, telmisartan. Diterima 1 Maret
Berdasarkan panduan manajemen hipertensi oleh Seventh Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), pasien hipertensi memerlukan dua obat atau lebih untuk mencapai tujuan tekanan darah ( <140-90 mmHg atau 130-80 mmHg pada pasien hipertensi dengan CKD atau Diabetes). Jika tekanan darah >20 mmHg dari tujuan tekanan darah, maka terapi dimulai dengan dua obat dimana salah satu obat yang digunakan adalah Diuretik Tiazid (Anonim, 2003). Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pola peresepan obat hipertensi dimana difokuskan pada pasien rawat jalan di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang menggunakan BPJS sebagai jaminan asuransi kesehatanya.
Yugo Susanto, Riza Alfian
PENDAHULUAN
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
Penelitian dilakukan secara prospektif untuk mengetahui polapenggunaan obat antihipertensi dan kesesuaiannya pada pasien geriatri rawat jalan di rsud ulin banjarmasin. Sampel dalam penelitian ini yaitu semua data rekam medik pasien geriatri hipertensi rawat jalan di RSUD Ulin Banjarmasin periode bulan April 2015. Sampel diambil dengan menggunakan metode total sampling yaitu semua sampel yang ada pada periode penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai periode penelitian selesai. Pada penelitian ini didapatkan 197 sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menyalin data dari rekam medik pasien ke lembar observasi. Data yang diperoleh didistribusikan kepada kelompok masing-masing kelompok yaitu jenis terapi (tunggal/kombinasi), golongan obat antihipertensi, nama obat antihipertensi, dosis, dan frekuensi. Data dianalisis dengan menggunakan uji distribusi frekuensi. Kesesuaian pengobatan yang dijalani pasien kemudian dinilai dengan menggunakan pembanding JNC VIII.
Hipertensi merupakan salah satu faktor utama resiko kematian karena gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan 20-50% dari seluruh kematian. Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin meningkat, maka perlu dilakukan analisis efektivitas biaya agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara manfaat dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasiantihipertensi yang paling cost-effective di Rumah Sakit Dr. Moewardi tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik, laboratorium dan plafon harga obat di administrtif. Analisis efektifitas biaya yang dilakukan dengan membandingkan besar biaya medik langsung rata-rata per bulan terhadap persentase pasien yang tekanan darahnya mencapai target berdasarkan parameter ACER.Hasil penelitian menunjukkan 8 polakombinasi yang digunakan pasien yaitu beta blocker dengan ACE-Inhibitor, ARB dengan hidrochlorothiazid, ARB dengan CCB, ARB dengan beta blocker, ACE-Inhibitor dengan diuretik hidrochlorothiazid, ACE-Inhibitor dengan furosemide, ACE-Inhibitor dengan ARB, ACE-Inhibitor dengan CCB. Pola pengobatan yang paling cost-effective untuk pasien hipertensi berdasarkn efektifitas tekanan darah mencapai target dalah golongan ACE-Inhibitor dengan hidrochlorothiazid dengan nilai ACER sebesar 490,69 dan ICER sebesar -13.663,68.
guideline stroke PERDOSSI 2011 dan guideline AHA/ASA 2014. Kombinasiantihipertensi yang paling banyak digunakan adalah kombinasi golongan CCB dan ARB yakni amlodipin dan valsartan. Kombinasi keduanya sangat efektif untuk menurunkan insiden terjadinya stroke selain itu dapat menurunkan efek induksi CCB terhadap edema perifer. Rute pemberian antihipertensi paling banyak yakni rute peroral. Mula pemberian antihipertensi paling banyak adalah diberikan pada hari keempat. Hal ini karena pengontrolan tekanan darah pada stroke iskemik akut dengan pemberian antihipertensi oral yaitu setelah fase akut stroke terlewati. Ada korelasi antara pemberian antihipertensi terhadap outcome klinis pasien yaitu penurunan tekanan darah. Pada penelitian ini, tidak ditemukan efek samping obat yang aktual, tetapi potensi interaksi yang paling besar yaitu sebesar 55,5% terjadi pada pemberian antihipertensi dengan simvastatin yang dapat meningkatkan konsentrasi plasma simvastatin dengan mekanisme menghambat isoenzim sitokrom P450 CYP3A4 yang bertanggung jawab untuk metabolisme simvastatin. Untuk itu diharapkan pencatatan parameter klinis dan pencatatan pemberian terapi pasien stroke iskemik akut pada rekam medik lebih lengkap sehingga memudahkan untuk monitoring efektivitas dan efek samping obat.
Oleh
NOVITA SARI TARIGAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama di dunia. Hipertensi masih menjadi masalah karena prevalensi yang semakin meningkat, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan, dan pengobatan yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi semakin meningkat. Salah satu cara mengatasi hipertensi yaitu dengan terapi farmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan dan kerasionalan penggunaan obat antihipertensi, mengingat penggunaannya cenderung meningkat di masa mendatang.
Golongan antihipertensi yang banyak digunakan baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi meliputi ACE Inhibitor sebesar 52,63%, antagonis kalsium sebesar 40,35%, diuretik [r]
TAHUN 2011
Fransiska Made Ratna Kumala Dewi 2443009090
Telah dilakukan penelitian tentang polapenggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Santa Clara Madiun Tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengggunaan obat pada pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit Santa Clara Madiun, mengetahui kesesuaian terapi dibandingkan dengan literatur, mengetahui kesesuaian jenis obat yang diberikan dengan literatur, dosis dan frekuensi pemberian dibandingkan dengan literatur, serta mengetahui interaksi obat terkait terapi yang diberikan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dan retrospektif dengan sampel berupa data rekam medik kesehatan (RMK) pasien penderita hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta di Rumah Sakit Santa Clara Madiun selama tahun 2011. Dari hasil penelitian, didapatkan jenis antihipertensi yang digunakan secara tunggal yaitu CCB sebesar 38.46 % . Jumlah pasien yang mendapatkan terapi awal menggunakan antihipertensi tunggal sebanyak 28.29%, sedangkan pasien yang mendapat terapi kombinasi sebanyak 71.11%. Kesesuaian jenis antihipertensi yang digunakan pada semua pasien sesuai dengan literatur. Frekuensi pemberian sebanyak 3.30 % tidak sesuai dengan literatur, dosis pemberian sebanyak 5.20 % tidak sesuai dengan literatur, dan yang sesuai sebanyak 94.80%.
Dalam penelitian yang berlangsung selama 4,5 tahun periode pengamatan terlihat tidak ada perbedaan persis- tensi penggunaan obat antihipertensi antara subjek yang menggunakan obat antihipertensi secara monoterapi maupun kombinasi. Hal ini berbeda dengan hasil studi sebelumnya bahwa penggunaan monoterapi lebih persis- ten dibandingkan dengan kombinasi setelah dilakukan observasi selama dua tahun. Subjek yang persisten de- ngan satu obat antihipertensi sebanyak 39%, dua obat se- banyak 32%, tiga obat sebanyak 19%, dan empat obat atau lebih sebanyak 10%. 10 Persistensi penggunaan obat