di tahap pemusnahan berbeda-beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.
2.4.3.1 Pengomposan
Kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol prose salami tersbut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi; membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator (Permadi, 2011).
Kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol prose salami tersbut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi; membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator (Permadi, 2011).
Pemulung merupakan kelompok masyarakat yang mencari dan mengumpulkan sampah yang masih bernilai ekonomi. Para pemulung biasanya mengambil sampah di tempat sampah sementara atau di dalam TPA. Pengawas TPA pada awalnya tidak memperbolehkan pemulung untuk mengumpulkan sampah di dalam TPA karena mereka dapat terkena benda tajam dan terserang penyakit. Seiring berjalannya waktu, para pemulung akhirnya dibiarkan bekerja di dalam TPA. Jumlah pemulung yang ada di TPA Terjun saat ini adalah 500 orang. Peran pemulung di TPA masih belum diketahui apakah dapat membantu mengurangi timbunan sampah di TPA.
Pemulung merupakan kelompok masyarakat yang mencari dan mengumpulkan sampah yang masih bernilai ekonomi. Para pemulung biasanya mengambil sampah di tempat sampah sementara atau di dalam TPA. Pengawas TPA pada awalnya tidak memperbolehkan pemulung untuk mengumpulkan sampah di dalam TPA karena mereka dapat terkena benda tajam dan terserang penyakit. Seiring berjalannya waktu, para pemulung akhirnya dibiarkan bekerja di dalam TPA. Jumlah pemulung yang ada di TPA Terjun saat ini adalah 500 orang. Peran pemulung di TPA masih belum diketahui apakah dapat membantu mengurangi timbunan sampah di TPA.
pengetahuan dan teknologi yang awalnya digunakan untuk mengendalikan keseimbangan lingkungan, digunakan sebaliknya. Kemajuan industri dan teknologi ternyata menimbulkan jenis limbah baru yang sebelumnya jarang ditemui di peradaban masa lampau, yang tidak hanya bersifat organik namun juga bersifat anorganik (Wardhana, 2001). Limbah yang bersifat anorganik ini terbuat secara sintetis dan kebanyakan berasal dari hasil pengolahan bahan tambang yang mempunyai waktu paruh dan proses degradasi di lingkungan yang cukup lama (Basriyanta, 2007).
terlebih dahulu sebelum dibuang ke TPS atau TPA. Setelah dipilah, sampah organik dan anorganik tersebut dapat dibuang atau dikelola kembali, khususnya sampah organik. Sampah organik tersebut dapat dikelola menjadi pupuk melalui teknik Composting. Rumah tangga yang mempunyai halaman luas dapat memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan untuk menanami tanaman obat keluarga (toga) dan pembuatan kompos. Sedangkan rumah tangga yang tidak memilki halaman rumah yang luas dapat melakukan pengomposan sampah organik dengan metode keranjang Takakura. Apabila sebagian besar penduduk perkotaan melakukan pemilahan sampah sejak awal dan pengomposan, volume sampah yang masuk ke dalam TPA diperkirakan dapat berkurang di masa yang akan datang.
Irlianti, A., Reza, C., Hikmarida, F., Aulia, Z., 2013. Laporan Praktikum Kesehatan Lingkungan: Pengolahan Sampah Sayur Dengan Menggunakan Metode Takakura Serta Pengaruh EM4 Dan Starter Dari Tempe pada Proses Pematangan Kompos. Diakses 12 April 2015; https://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2013/05/11-a.pdf
Peningkatan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi suatu perkotaan selain mempunyai dampak positif juga menimbulkan dampak negatif. Salah satu dampak negatif adalah terkait masalah pengelolaan sampah. Pemerintah menyadari bahwa permasalahan sampah telah menjadi permasalahan nasional. Oleh karenanya perlu ada sistem pengelolaan sampah yang komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir. Pengelolaan sampah yang komprehensif akan tercipta bila tersedia data timbulansampah.
Pemulung merupakan kelompok masyarakat yang mencari dan mengumpulkan sampah yang masih bernilai ekonomi. Para pemulung biasanya mengambil sampah di tempat sampah sementara atau di dalam TPA. Pengawas TPA pada awalnya tidak memperbolehkan pemulung untuk mengumpulkan sampah di dalam TPA karena mereka dapat terkena benda tajam dan terserang penyakit. Seiring berjalannya waktu, para pemulung akhirnya dibiarkan bekerja di dalam TPA. Jumlah pemulung yang ada di TPA Terjun saat ini adalah 500 orang. Peran pemulung di TPA masih belum diketahui apakah dapat membantu mengurangi timbunan sampah di TPA.
Realisasi rencana dengan asumsi 100 persen (Gambar 2 (B))juga menunjukkan bahwa potensi timbulansampah plastik di Kota Yogyakarta pada tahun 2035 cukup tinggi terjadi pada Blok C2. Blok C2 merupakan cakupan wilayah Kelurahan Kotabaru. Potensi timbulansampah cukup tinggi di wilayah tersebut bersumber dari kawasan sarana kesehatan. Pada kondisi sebenarnya, Blok C2 memiliki beberapa fasilitas sarana kesehatan seperti Rumah Sakit Bethesda, Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto, dan Hi-Lab Kotabaru. Sampah plastik yang dihasilkan dari fasilitas sarana kesehatan sebagain besar merupakan sampah medis. Sampah medis perlu dilakukan pengelolaan sebelum dibuang langsung ke tempat sampah atau didaur ulang. Hal ini dikarenakan zat kimia yaang terkandung di dalamnya dalam mencemari lingkungan dan berbahaya apabila diproses kembali sebagai bahan baku plastik yang baru. Pengelolaan tersebut harus melibatkan pihak internal fasilitas kesehatan karena peranannya sebagai penyetor sampah yang bersangkutan secara gelondongan kepada pelapak daur ulang.
Dalam perencanaan dan pengembangan sistem pengelolaan sampah suatu kota, diperlukan data timbulan dan komposisi sampah dari berbagai sumber sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan timbulan dan komposisi sampah industri Kota Padang berdasarkan SNI 19-3964-1994. Dari penelitian diperoleh rata-rata sampah industri Kota Padang sebesar 5,057 kg/orang/hari (0,164 kg/m 2 /hari) dalam satuan berat atau 6,569 liter/orang/hari (0,441 liter/m 2 /hari) dalam satuan volume. Berdasarkan kategori industri (jumlah karyawan), timbulansampah industri besar 9,606 liter/orang/hari, timbulansampah industri sedang 5,644 liter/orang/hari, dan timbulansampah industri kecil 4,457 liter/orang/hari. Produksi sampah mengalami pengurangan pada akhir minggu yaitu hari Jum’at sampai hari Minggu karena waktu kerja lebih singkat dari hari biasanya. Komposisi sampah industri Kota Padang didominasi oleh sampah organik (79,31%) yang terdiri atas sampah makanan (9,90%), kertas (20,06%), plastik (18,86%), tekstil (8,69%), karet (1,62%), sampah halaman (0,54%), kayu (14,18%), dan kulit (5,47%), sedangkan sampah anorganik (20,69%) terdiri dari kaca (0,28%), kaleng (1,36%), logam (0,12%), dan lain-lain (serbuk gergaji, busa) sebesar 18,93%. Kajian awal pengolahan yang diusulkan untuk sampah industri berdasarkan data timbulan dan komposisi adalah daur ulang untuk sampah kertas dan plastik, dan reuse untuk sampah lain-lain (campuran tanah dan serbuk gergaji).
Dalam perencanaan dan pengembangan sistem pengelolaan sampah suatu kota, diperlukan data timbulan dan komposisi sampah dari berbagai sumber sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan timbulan dan komposisi sampah industri Kota Padang berdasarkan SNI 19-3964-1994. Dari penelitian diperoleh rata-rata sampah industri Kota Padang sebesar 5,057 kg/orang/hari (0,164 kg/m 2 /hari) dalam satuan berat atau 6,569 liter/orang/hari (0,441 liter/m 2 /hari) dalam satuan volume. Berdasarkan kategori industri (jumlah karyawan), timbulansampah industri besar 9,606 liter/orang/hari, timbulansampah industri sedang 5,644 liter/orang/hari, dan timbulansampah industri kecil 4,457 liter/orang/hari. Produksi sampah mengalami pengurangan pada akhir minggu yaitu hari Jum’at sampai hari Minggu karena waktu kerja lebih singkat dari hari biasanya. Komposisi sampah industri Kota Padang didominasi oleh sampah organik (79,31%) yang terdiri atas sampah makanan (9,90%), kertas (20,06%), plastik (18,86%), tekstil (8,69%), karet (1,62%), sampah halaman (0,54%), kayu (14,18%), dan kulit (5,47%), sedangkan sampah anorganik (20,69%) terdiri dari kaca (0,28%), kaleng (1,36%), logam (0,12%), dan lain-lain (serbuk gergaji, busa) sebesar 18,93%. Kajian awal pengolahan yang diusulkan untuk sampah industri berdasarkan data timbulan dan komposisi adalah daur ulang untuk sampah kertas dan plastik, dan reuse untuk sampah lain-lain (campuran tanah dan serbuk gergaji).
Komposisi sampah merupakan penggam- baran dari masing-masisng komponen yang terdapat dalam buangan padat dan distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam persen berat (%). Komposisi sampah organik di Kota Padang jauh lebih besar dibandingkan dengan sampah anorganik. Komposisi sampah organik sebesar 94%, sedangkan sisanya atau 6% merupakan sampah anorganik. Jenis sampah organik yang paling banyak adalah sampah sisa makanan (66 %), sampah plastik (12%) , sampah kertas (7%) dan sampah halaman (7%). Jenis sampah anorganik adalah kaca dan logam yang masing- masing sebesar 2%. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara komposisi sampah pada daerah yang terletak di pusat kota dan daerah pinggir kota. Komposisi sampah dikarenakan gaya hidup dan kebiasaan dari masing-masing golongan masyarakat tersebut hampir sama, seperti dalam penyajian makanan. Dari literatur didapatkan tipikal komposisi sampah domestik untuk negara dengan pendapatan rendah ini adalah jenis sampah sisa makanan (40-85%), sampah kertas (1-10%), sampah plastik, tekstil, karet, kayu dan halaman (1- 5%), logam (1-5%), dan kaca (1-10%) (Tchobanoglous, 1993).
timbulansampah mengakibatkan penumpukan sampah di TPS. Manajemen Bank Sampah Malang (BSM) merupakan salah satu program yang dibuat untuk membantu pemerintah daerah dalam mereduksi sampah khususnya yaitu sampah anorganik dan mendorong perilaku memilah sampah. Data primer yang dibutuhkan antara lain pengukuran timbulan dilakukan selama 8 hari. Pemilihan lokasi sampling berdasarkan hasil pemetaan TPS. Data reduksi sampah didapatkan dari wawancara dan pengukuran komposisi sampah tereduksi oleh bank sampah, petugas pengumpul sampah, dan sektor informal. Data reduksi juga didapatkan dari pengukuran langsung terhadap hasil pilahan dengan cara menimbang. Laju timbulansampah rumah tangga di Kecamatan Klojen adalah sebesar 0,28 kg/orang/hari. Komposisi sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri dari dikomposkan sebesar sebesar 67,29%, sedangkan komposisi lainnya terdiri dari sampah plastik 8,29%, diapers 8,00%, kertas 7,22%, kain 1,90%, logam 1,78%, kaca 1,06%, kayu 0,09%, karet 0,15%, residu 3,66%, dan B3 0,57%. Reduksi sampah di sumber dilakukan oleh masyarakat melalui Bank Sampah dan sektor informal. Jumlah bank sampah yang ada di Kecamatan Klojen sebanyak 93 bank sampah. Persentase pelayanan Bank Sampah di Kecamatan Klojen sebesar 14,6%. Pengurangan sampah melalui Bank Sampah sebesar 1,1%. Sedangkan pengurangan sampah melalui sektor informal sebesar 2,6%.
*E-mail : putisrikomala@ft.unand.ac.id
ABSTRAK
Dalam penelitian ini telah dilakukan penentuantimbulan, komposisi, karakteristik fisika seperti faktor pemadatan alamiah dan berat jenis, dan karakteristik kimia seperti kelembapan, kadar volatil, dan kadar abu dari sampahKota Padang Panjang. Penentuan timbulansampah dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner dan pengambilan sampel sampah pada sumbernya dengan mengacu kepada metode SNI 19-3962-1994yang dilakukan selama delapan hari berturut-turut. Dari hasil penelitian diperoleh timbulansampahKota Padang Panjang sebesar 2,34 liter/org/hari atau 0,44 kg/org/hari dengan timbulan untuk daerah domestik 1,29 liter/org/hari, timbulan daerah komersil 0,287 liter/org/hari, timbulan institusi 0,68 liter/org/hari, timbulan terminal 0,011 liter/org/hari, timbulan penyapuan jalan 0,0076 liter/org/hari, dan timbulan industri 0,074 liter/org/hari. Komposisi sampah didominasi oleh sampah organik sekitar 92,29% yang terdiri atas 46,98% sampah makanan, 12,09% kertas, 16,40% plastik, 0,49% tekstil, 1,16% karet, dan 15,15% kayu/sampah halaman, sedangkan sisanya sampah anorganik hanya 7,71% yang terdiri atas 2,51% kaca/gelas, 1,69% logam, dan 3,5% sampah lain-lain. Faktor pemadatan sampah berkisar antara 1,25-1,33, sedangkan berat jenis sampah berkisar antara 0,158-0,221 kg/l. Kadar air berkisar antara 53,86%-67,51%, kadar volatil antara 18,34%-30,82%,, dan kadar abu antara 8,28%-15,95%. Tingginya kelembapan dan komposisi sampah organik menyebabkan sampah mudah membusuk dan menimbulkan bau, sehingga diperlukan wadah yang tertutup dan tidak mudah berkarat. Pengolahan sampah yang dapat diusulkan adalah metoda komposting untuk memanfaatkan sampah makanan dan sampah halaman, serta daur ulang untuk memanfatkan sampah plastik dan kertas.
Recycling merupakan pendekatan yang telah lama
diperkenalkan dalam upaya mengurangi sampah mulai dari sumbernya sampai di akhir pemusnahan. Biasanya konsep ini terkait dan terpadu dengan sistem penanganan sampah secara keseluruhan, dan menjadi kebijakan pemerintah dengan target yang telah ditentukan. Untuk itu diperlukan informasi tentang timbulansampah, komposisi sampah dan karakteristik sampah yang akurat yang akan berguna untuk perencanaan pengelolaan sampah dimasa mendatang khususnya di Kota Padang.
Ruas jalan ini telah diubah statusnya dari kewenagan Provinsi menjadi kewenangan Kabupaten pada Tahun 2015, sehingga pelaksanaan pembangunannya tidak di lakukan lagi oleh Pemerinta[r]
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menentukan jumlah timbulan, komposisi, karakteristik fisika dan kimia sampahKota Padang Panjang dengan mengacu kepada metode SNI 19-3964-1994,diperoleh timbulansampahKota Padang Panjang tahun 2006 sebesar 2,34 liter/org/hari atau 0,44 kg/org/hari, dimana timbulansampah domestik sebesar 1,29 liter/org/hari dan non domestic sebesar 1,050 liter/org/hari. Komposisi sampah meliputi: sampah organik 92,29% yang terdiri atas 46,98% sampah makanan, 12,09% kertas, 16,40% plastik, 0,49% tekstil, 1,16% karet, dan 15,15% kayu/sampah halaman, sedangkan sampah anorganiksebesar 7,71% yang terdiri atas 2,51% kaca/gelas, 1,69% logam, dan 3,5% sampah lain-lain.
Penentuan timbulan, komposisi dan karakteristik sampah suatu wilayah atau kota dipergunakan untuk perencanaan dan evaluasi manajemen persampahan yang ada, seperti penentuan pewadahan, pengaturan pola pengumpulan, penentuan fasilitas transfer dan transpor, desain sistem pengolahan sampah dan desain tempat pembuangan akhir yang tepat. Dengan mengetahui timbulan, komposisi dan karakteristik sampah terutama yang berasal dari sumber yang lebih representatif, diharapkan permasalahan dalam pengelolaan persampahan dapat dicegah dan diantisipasi sedini mungkin. Metode penentuan dan jumlah sampel timbulan dan komposisi sampahkota di Indonesia telah diatur berdasarkan SNI-19-3964-1994.