Berat maksimum kitosan dan metilselulosa dalam satu kapsul teofilin, yaitu 850 mg adalah 609,24 mg dan 20,00 mg. Pelepasan teofilin dari formula yang menggunakan pengikat campuran maksimum kitosan dengan metilselulosa ini sekitar 4,5 jam dengan persen kumulatif teofilin terlarut (97,9637 ± 1,0551)% pada medium II (pH = 6,8). Uji t tehadap pelepasan teofilin saat t = 180 menit antara penelitian dengan yang diharapkan, basil prediksi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk uji dua pihak dengan a = 0,05; dk = 5 (t tabel = ± 2,57 dan t hitung = -
Ibuprofen sebagai obat antiradang memiliki laju eliminasi singkat sehingga dapat menyebabkan iritasi lambung. Teknik mikroenkapsulasi dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut serta memberikan khasiat terapi yang lebih baik melalui mekanisme pelepasan obat terkendali. Dalam penelitian ini, mikroenkapsulasi ibuprofen dilakukan melalui proses pencampuran dan metode emulsi-penguapan pelarut. Senyawa ibuprofen disalut menggunakan paduan lilin lebah dan poli(asam laktat) (PLA) berdasarkan ragam komposisi paduan lilin lebah:PLA (9:1, 8:2, 7:3 dan 6:4) dan konsentrasi gelatin (1%, 1.5%, dan 2%) sebagai pengemulsi. Efisiensi enkapsulasi dilakukan pada media simulasi usus pH 7.2. Efisiensi enkapsulasi tertinggi dihasilkan oleh paduan lilin lebah:PLA 6:4 dengan konsentrasi gelatin 2% yaitu sebesar 84.21%. Ujipelepasan ibuprofen menggunakan nisbah paduan lilin lebah:PLA 8:2 dan 6:4 menghasilkan rerata persentase pelepasan tertinggi pada menit ke-225 yaitu sebesar 15.31% dan 19.25%. Pola pelepasan ibuprofen mengikuti model kinetika orde ke-0 yang menjelaskan bahwa konsentrasi ibuprofen yang dilepaskan relatif konstan pada setiap waktu pelepasan. Pengamatan morfologi permukaan mikrokapsul menggunakan mikroskop elektron payaran (SEM) memperlihatkan tonjolan halus berbentuk tidak beraturan yang tersebar pada permukaannya.
Telah dilakukan penelitian tentang “Pengaruh matriks kombinasi carrageenan dan kalsium sulfat terhadap profil pelepasaninvitro ketoprofen dalam bentuk tablet lepas lambat”. Dalam penelitian ini, matriks yang digunakan adalah carrageenan dan kalsium sulfat, dimana jika dikombinasikan dapat membentuk crosslinking yang menghasilkan struktur yang rigid sehingga menghambat pelepasan obat dari tablet lepas lambat ketoprofen. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pelepasaninvitro tablet lepas lambat ketoprofen yang menggunakan matriks kombinasi carrageenan dan kalsium sulfat dalam berbagai konsentrasi. Pada penelitian ini, dibuat empat formula. Konsentrasi carrageenan yang digunakan pada semua formula adalah 2,75% dari bobot tablet. Formula A mengandung carrageenan saja, formula B mengandung carrageenan:kalsium sulfat 1:0,5 (b/b), formula C mengandung carrageenan:kalsium sulfat 1:1 (b/b), dan formula D mengandung carrageenan:kalsium sulfat 1:1,5 (b/b). Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dilakukan ujipelepasan secara invitro. Parameter pelepasan yang digunakan adalah persyaratan pelepasan menurut Banakar, nilai %ED 360 , K disolusi , mekanisme pelepasan menurut Lapidus & Lordi, serta
Telah dilakukan penelitian tentang “Pengaruh matriks kombinasi low methoxyl pectin dan kalsium sulfat terhadap profil pelepasaninvitro ketoprofen dalam bentuk tablet lepas lambat”. Dalam penelitian ini, matriks yang digunakan adalah low methoxyl pectin dan kalsium sulfat, dimana jika dikombinasikan dapat membentuk crosslinking yang menghasilkan struktur yang rigid sehingga menghambat pelepasan obat dari tablet lepas lambat ketoprofen. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pelepasaninvitro tablet lepas lambat ketoprofen yang menggunakan matriks kombinasi low methoxyl pectin dan kalsium sulfat dalam berbagai konsentrasi. Pada penelitian ini, dibuat empat formula. Konsentrasi low methoxyl pectin yang digunakan pada semua formula adalah 2,5% dari bobot tablet. Formula A mengandung low methoxyl pectin saja, formula B mengandung low methoxyl pectin: kalsium sulfat 1:0,5 (b/b), formula C mengandung low methoxyl pectin:kalsium sulfat 1:1 (b/b), dan formula D mengandung low methoxyl pectin: kalsium sulfat 1:1,5 (b/b). Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dilakukan ujipelepasan secara invitro. Parameter pelepasan yang digunakan adalah persyaratan pelepasan menurut Banakar, nilai %ED 360 , K disolusi , mekanisme pelepasan
Telah dilakukan penelitian tentang “Profil PelepasanInVitro Teofilin Dalam Tablet Lepas Lambat dengan Menggunakan Matriks Natrium Alginat pada Berbagai Konsentrasi”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui profil pelepasan secara invitro teofilin dari tablet lepas lambat yang menggunakan matriks natrium alginat pada berbagai konsentrasi. Pada penelitian ini, dibuat empat formula. Formula A tidak mengandung matriks natrium alginat, formula B mengandung natrium alginat 10% (b/b) formula C mengandung natrium alginat 20% (b/b), dan formula D mengandung natrium alginat 30% (b/b). Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dilakukan ujipelepasan secara invitro.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pelepasaninvitro propanolol HCl dengan menggunakan matriks etil selulosa pada berbagai konsentrasi. Propanolol HCl merupakan obat yang mudah larut air, mempunyai waktu eliminasi yang pendek sehingga cocok dibuat sebagai sediaan lepas lambat. Etil selulosa merupakan matriks hidrofobik, dalam medium cair akan membentuk channel pada stuktur tablet. Pelepasan pada penelitian ini, dibuat empat formula dengan konsentrasi etil selulosa berbeda-beda. Formula A tidak mengandung etil selulosa, formula B mengandung 15% (b/b), formula C mengandung 30% (b/b), dan formula D mengandung 45% ( b b ). Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dilakukan ujipelepasan secara invitro. Parameter pelepasan yang digunakan adalah persyaratan pelepasan menurut Banakar, nilai %ED 360 ,
Ibuprofen merupakan salah satu obat yang sering digunakan dalam pengobatan reumatik dengan frekuensi penggunaan berulang kali dalam sehari. Karena itu ibuprofen perlu diformulasikan dalam bentuk lepas lambat dan dicari formula yang sesuai dengan menggunakan matriks guar gum pada konsentrasi masing-masing 10%, 20%, dan 30%. Respon yang dipilih mengikuti kriteria Banakar yaitu persen obat larut dalam 3 jam sebesar 25 – 50% dan persen obat larut 6 jam sebesar 45 – 75%. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui konsentrasi matriks guar gum yang mempengaruhi profil pelepasan tablet lepas lambat ibuprofen dengan kinetika pelepasan orde nol dimana mekanisme pelepasannya difusi dan erosi, dan memperoleh formula yang pelepasannya mengikuti kriteria Banakar. Metode uji yang dilakukan meliputi uji mutu fisik granul, uji mutu tablet dan uji disolusi seperti % obat terlepas dan k disolusi . Jumlah
Telah dilakukan penelitian tentang “ Profil pelepasaninVitro ketoprofen dalam bentuk tablet lepas lambat dengan menggunakan matriks guar gum pada berbagai konsentrasi”. Dalam penelitian ini, matriks yang digunakan adalah guar gum, dimana guar gum dapat membentuk viscous gel yang dapat menghambat pelepasan obat dari tablet lepas lambat ketoprofen. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pelepasaninvitro tablet lepas lambat ketoprofen yang menggunakan matriks guar gum pada berbagai konsentrasi. Pada penelitian ini, dibuat tiga formula. Formula A menggunakan matriks guar gum 20% (b/b), formula B dengan konsentrasi guar gum 30% (b/b) dan formula C dengan konsentrasi guar gum 40% (b/b). Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dilakukan ujipelepasan secara invitro. Parameter pelepasan yang digunakan adalah persyaratan pelepasan menurut Banakar, nilai %ED 720 ,
Berat maksimum khitosan dan metilselulosa dalam satu kapsul teofilin, yaitu 850 mg adalah 609,24 mg dan 20,00 mg. Pelepasan teofilin dari formula yang menggunakan pengikat campuran maksimum khitosan dengan metilselulosa ini sekitar 4,5 jam dengan persen kumulatif teofilin terlarut (97,9637 ± 1,0551)% pada medium II (pH = 6,8). Uji t tehadap pelepasan teofilin saat t = 180 menit antara penelitian dengan yang diharapkan, basil prediksi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk uji dua pihak dengan a = 0,05; dk = 5 (t tabel = ± 2,57 dan t hitung = -0,30).
2 ml darah yang telah dicuci dicampur dengan 8 ml larutan natrium klorida fisiologis didalam membran selulosa dengan panjang 12 cm, ikat ke 2 ujung membran dengan benang bedah dan dilakukan uji kebocoran, kemudian masukkan ke dalam beaker glass 250 ml yang berisi medium 50 ml larutan sefaleksin dalam larutan natrium klorida fisiologis dengan konsentrasi 0,02 mM. Setiap 15 menit aduk perlahan-lahan, dan lakukan percobaan selama 1 jam. Ukur absorbansi dari larutan medium pada λ = 263 nm. Lakukan percobaan sama seperti prosedur di atas dengan variasi konsentrassi 0,02 mM – 1,5 mM.
Hasil Uji Mutu Fisik Granul................................... Hasil Uji Kekerasan Tablet Salbutamol.................. Hasil Uji Kerapuhan Tablet Salbutamol................. Hasil Penetapan Kadar Tablet Lepas Lambat Salbutamol............................................................... Contoh Perhitungan................................................. Persamaan Formula A............................................. Persamaan Formula B............................................. Persamaan Formula C............................................. Persamaan Formula D............................................. Sertifikat Analisis Hidroksi Propil Metil Selulosa.. Sertifikat Analisis Polivinil Pirolidon K-30............ Sertifikat Analisis Talkum...................................... Sertifikat Analisis Magnesium Stearat.................... Sertifikat Analisis Laktosa...................................... Sertifikat Analisis Natrium Hidroksida................... Sertifikat Analisis Kalium Dihidrogen Fosfat......... Tabel Uji r............................................................... Tabel Uji HSD (0,05).............................................. Hasil Uji Statistik Kadar Air Antar Formula.......... Hasil Uji Statistik Waktu Alir Antar Formula........ Hasil Uji Indeks Kompresibilitas Antar Formula... Hasil Uji Statistik Sudut Diam Antar Formula....... Hasil Uji Statistik Kekerasan Tablet Formula A Antar Batch.............................................................
Berdasarkan hasil ujipelepasan obat secara invitro diperoleh nilai konstanta laju disolusi untuk ODT metoklopramid HCl dengan menggunakan bahan ko-proses (0,833 menit -1 ) lebih cepat dibandingkan dengan ODT metoklopramid HCl yang dibuat tanpa menggunakan bahan ko-proses (0,747 menit -1 ) maupun tablet generik (0,483 menit -1 ) dan efisiensi disolusi selama 60 menit untuk ODT metoklopramid HCl dengan menggunakan bahan ko-proses (65,012%) lebih besar dibandingkan dengan ODT metoklopramid HCl yang dibuat tanpa menggunakan bahan ko-proses (54,309%) maupun tablet generik (31,826%), hal ini menunjukkan bahwa bahan ko-proses dapat mempengaruhi pelepasan obat.
Berdasarkan evaluasi sifat fisik yang dilakukan terhadap sediaan tablet, diketahui bahwa ketiga formula memenuhi persyaratan sifat fisik tablet yang ideal. Peningkatan konsentrasi xanthan gum dalam komposisi formula berbanding lurus dengan peningkatan sifat alir massa dan kekerasan tablet teofilin. Evaluasi profil pelepasan obat dari sistem matriks dilakukan secara invitro melalui uji disolusi. Berdasarkan hasil uji disolusi diketahui bahwa seluruh kombinasi memiliki profil pelepasan obat yang berbeda-beda. Peningkatan konsentrasi HPMC memperpanjang waktu pelepasan teofilin. Perbedaan jumlah pelepasan obat pada sediaan Retaphyl SR ® dengan tablet
Telah dilakukan penelitian tentang “Profil pelepasaninvitro ibuprofen dalam bentuk tablet lepas lambat dengan menggunakan matriks kombinasi tara gum dan kalsium sulfat”. Dalam penelitian ini, matriks yang digunakan adalah tara gum dan kalsium sulfat, dimana jika dikombinasikan dapat membentuk crosslinking yang menghasilkan struktur yang rigid sehingga menghambat pelepasan obat dari tablet lepas lambat ibuprofen. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pelepasaninvitro tablet lepas lambat ibuprofen yang menggunakan matriks kombinasi tara gum dan kalsium sulfat dalam berbagai konsentrasi. Pada penelitian ini, dibuat empat formula. Konsentrasi tara gum yang digunakan pada semua formula adalah 2,5% dari bobot tablet. Formula A mengandung tara gum saja, formula B mengandung tara gum : kalsium sulfat 1:0,5 (b/b), formula C mengandung tara gum : kalsium sulfat 1:1 (b/b), dan formula D mengandung tara gum : kalsium sulfat 1:1,5 (b/b). Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dilakukan ujipelepasan secara invitro. Parameter pelepasan yang digunakan adalah persyaratan pelepasan menurut Banakar, nilai %ED 360 , K disolusi , mekanisme pelepasan menurut nilai
Al-Saidan et al. (2005) melakukan penelitian tentang guar gum yang digunakan sebagai matriks untuk tablet lepas lambat diltiazem hydrochloride dengan konsentrasi 30%, 40%, dan 50% (b/b), pada ketiga konsentrasi tersebut menunjukkan suatu pelepasan yang diperlambat. Uji disolusi dengan konsentrasi 30% (b/b) menunjukkan tablet mengembang sempurna dalam waktu 8 jam dan terdisintegrasi sempurna 12 jam. Pada konsentrasi 40% dan 50% (b/b) tablet mengembang sempurna dalam waktu 12 jam, dengan jumlah obat yang terdisolusi berturut-turut 81,2% ± 1,4% dan 79,6% ± 1,4%, sedangkan dalam waktu 24 jam jumlah obat yang terdisolusi berturut-turut mencapai 88,0% ± 1,2% dan 88,8% ± 1,9%.
Likuisolid technique was the technique which a drug formulation did not dissolve in water but dissolved in a non-volatile solvent to be converted into a form that easier flowing powder, dry looking, and ready to be compressed by direct compress methods. Excess likuisolid techniques for water-soluble drug was able to inhibit the solubility and dissolution rate of the drug lowered. Chlorpheniramine maleate (12 mg) was an antihistamine agent with high solubility in water and has good permeability. The purpose of this study was to determine the optimum amount of formula HPMC K4M and tween 80 were used for the invitro release tablet dosage sustained release chlorpheniramine maleate likuisolid and get the optimum combination of design composition formula polymer HPMC K4M and tween 80 which theoretically has the physical properties of mass tablet that meets the requirements and produce a pattern of drug release tablets by zero-order kinetics. In this study, a set of four formulas using the factorial design 2 factors and 2 levels. Based on the Design Expert, the concentration of tween 80 and HPMC K4M resulted in significant differences in tablet hardness because HPMC K4M tablets due to elastic deformation by providing pressure and fines resulted granules were more likely to be lower compactibility tablet mass. Optimum formula can be obtained by using tween 80 63.5% in liquid medication and HPMC K4M 17.5% which will provide theoretical response is tablet hardness 10.66 Kp, tablet friability 0.27%, Hausner Ratio 1.24, Carr's Index 20,43, and k dissolution of 0.011 mg / min.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan dari tiga isolat bakteri (IPD 1, IPD 2, IPD 8) yang toleran plastik polyvinyl chloride (PVC) sebagai pupuk hayati secara invitro dan in vivo. Pengujian secara invitro meliputi tiga macam, yaitu uji fiksasi N, uji produksi indoleacetic acid (IAA), dan uji perombakan bahan organik (selulosa dan lignin) sedangkan pengujian secara in vivo, bakteri ini digunakan sebagai inokulum pada tanaman selada yang dikombinasikan dengan pupuk kandang sapi dan kambing menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah kombinasi bakteri inokulum (IPD 1-2, IPD 1-8, IPD 2-8, IPD 1-2- 8) dan faktor kedua adalah pupuk kandang (tanah steril tanpa pupuk, pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing) dilanjutkan dengan Uji Berjarak Ganda Duncan taraf 5%. Hasilnya menunjukkan bahwa secara invitro ketiga isolat dan kombinasinya mampu tumbuh pada media bebas N, memproduksi IAA dengan kisaran 7.5-8.9 ppm, mampu tumbuh pada media yang mengandung selulosa dan lignin sebagai pengganti glukosa. Pengujian secara in vivo menunjukkan bahwa kombinasi ketiga isolat bakteri yang dikombinasikan dengan pupuk
dan sebaliknya pelarut kurang polar akan melarutkan senyawa yang kurang polar. Selain itu, maserasi cocok digunakan untuk senyawa yang belum diketahui sifat- sifatnya, karena dapat menjaga kandungan senyawa dalam sampel yang tidak tahan panas agar tidak rusak, sehingga ekstrak diperoleh dalam jumlah yang besar. Tanaman kumis kucing dan tempuyung yang telah menjadi ekstrak ini selanjutnya diuji toksisitasnya terhadap larva udang, penentuan kadar flavonoid total dan daya inhibisinya terhadap aktivitas ACE secara invitro. Penentuan kadar flavonoid total bertujuan mengetahui kandungan flavonoid di dalam ekstrak khususnya kuersetin yang diduga berkorelasi positif dengan daya inhibisi terhadap ACE.
Pengujian Secara InVitro dari Penyediaan Bahan Baku yang Difermentasi Selama 24 jam Proses penyediaan pestisida nabati dengan cara fermentasi mampu meningkatkan keaktifan kandungan bahan antibakterinya. Hal ini terlihat adanya Daerah penghambatan antibakteri yang ditunjukkan oleh batang serai terhadap bakteri gram positif berbentuk basil (8,6 mm 2 ) dan bakteri gram negatif berbentuk kokus (30,6 mm 2 ). Adapun daun sirih menunjukkan