Hukum Menikah dalam Keadaan Hamil disertasi dalam hukum
Teks penuh
Dokumen terkait
Dalam hal seorang anak menjadi wali nikah ibunya itu terjadi perbedaan pendapat antara Imam Syafi’i dengan yang lain (Malik, Abu Hanifah, Ahmad Bin Hambal) ini
dari Abu Hanifah, Ibn Syubrumah, Abu Yusuf dan Muhammad mengenai suami (atau laki-laki) yang tidak boleh diqishash karena kejahatan mencederai isteri (perempuan). Juga
Imam Hanafi berpendapat bahwa perempuan dewasa yang berakal sehat memiliki hak melaksanakan akad nikah langsung tanpa wali, baik gadis maupun janda, baik menikah
Mengenai pendapat Imam Abu Hanifah, yang mana beliau menetapkan dan mendahulukan seorang anak laki-laki untuk menjadi wali nikah, menurut hemat penulis, pendapat
Mazhab Syafi’i, Hambali, dan para Ulama mazhab lainnya sepakat dengan pendapat Imam Abu Hanifah, yang mana mengatakan bahwa batas wasiat seseorang yang
Menurut Imam Syafi’i, wanita yang sedang hamil dari zina boleh dan sah dinikahi oleh laki-laki lain yang tidak menzinahinya, serta sesudah akad nikah mereka boleh melakukan hubungan
Perbedaannya dalam penelitian penulis meneliti tentang pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i tentang akad istishna’ sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang pendapat Mazhab
SULAWESI di Kecamatan Soreang Ditinjau dari Perspektif Imam Abu Hanifah” dengan memfokuskan untuk meneliti lebih dalam bagaimana transaksi jual beli pesanan menggunakan akad istishna