• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artinya: “ Dan sesungguhnya kamu benar—benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS. al—Qalam: 4).68

öNs9r& t s y#ø . z>u Ñ ª!$# WxstB ZpJÎ=x. Zpt6Íh sÛ

;ot yf±x. Bpt7Íh sÛ $ygè=ôr& ×MÎ/$rO ygããö sùur Îû

Ïä!$y¡¡9$# ÇËÍÈ ÎA÷sè? $ygn=àé& ¨@ä. ¤ûüm ÈbøÎ*Î/

ygÎn/u 3 ÛUÎ ôØo ur ª!$# tA$sWøF{$# ¨$¨Y=Ï9

óOßg¯=yès9 crã 2x tt ÇËÈ ã@stBur pyJÎ=x. 7psW Îyz

>o yft±x. >psV Îyz ôM¨VçGô_$# `ÏB É-öqsù ÇÚö F{$# $t

$ygs `ÏB 9 #t s ÇËÏÈ àMÎm6sVã ª!$# úïÏ%©!$#

(#qãZtB#uä ÉAöqs)ø9$$Î/ ÏMÎ/$¨9$# Îû Ío4qu ptø:$#

$u R 9$# Îûur Íot ÅFy$# @ÅÒ ur ª!$# úüÏJÎ=»©à9$# 4

ã@yèøÿtur ª!$# $tB âä!$tt ÇËÈ

Artinya: “ Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap

66 Nasrul, Akhlak Tasawuf, 3; Lihat al — Quran dan Terjemah New Cordova (Bandung: PT. Sygma Exa Grafika, 2012), 420.

67 Abu Zakariya Yahya Ibn Syarafi al — Nawawi, Riya>dh al — S{a>lih}i>n (Surabaya: Da>r al—Abidi>n, tt), 222.

musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan—perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar—akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang — orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang—orang yang dzalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibra>hi>m: 24—27).69

Adapun hadits — hadits Rasulullah SAW. yang menjadi dasar/sumber pokok darial—akhla>q al—kari>mah adalah sebagai berikut:

ﻟ َ

ﻕ ــ ــــــ ــــــ ــــــﺥْ ﺄ َﺍﻟ ْﻡَ ﺍﺭ ِــــ ــــــ ــــــ ــــــَﻚﻣ َﻢَﻤ ّ ِﺗ َﺄ ُﻟ ُِﺖﺜ ْﻌ ِﺑ ُﺍَ ــ ــــــﻢﻧ ّ َﺇ ِ.

(ﻲْ ﻗ ِﺎﻬ َﻴ ْﺑ َﻭَ ﺪُﻤ َﺣ ْﺃ َﻩ ُﺍﻭ َﺭ َ)

Artinya:“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan perangai yang mulia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi).70

ﻝَ ﻗَ ﻋ َﻪُﻨ ْ ﻪُ ﻱﻠ ّ َﺍﻟ َ ـــــ ــــــﺽِ ﺭ ٍَﺲﻧ َﺃ َﻦْ ﻭ َﻋ َ : ﻥَﺍ ـــ ﻙ َــــــ ــــــ

ﺳ َ

ﻠ ّ َ

ﻢَ ﻭَ ﻪِﻴ ْﻠ َﻋ َﻪُﻠ ّ َﺍﻟ ﻰﻟ ّ َــــ ﺹــــــ ــــــَ ﻪِﻠ ّ َﺍﻟ ﻝُﻭ ْـ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــﺱُﺭ َ

69Zahruddin dan Sinaga,Pengantar Studi Akhlak, 65—66; Lihat Al—Quran dan Terjemah, 258—259.

ﻗ ً

ﺎ ـ ــــــ ــــــﻞُﺧ ُ ﺱِ ﺍ ــــ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــَّ ﻥـ ﺍﻝ ﻦ َﺴ َﺣ ْﺃ َ.

(ﻩِـﻱْ ــــ ﻋ َــــــﻞَ ﻖٌ ﻓ َـ ــــــﺖّ َﻣ ُ)

Artinya: Dari sahabat Anas ra., ia berkata: “ Rasulullah SAW. itu ialah manusia yang paling baik akhlaknya. ” (Muttafaq Alaih).71

ﻫ ُ

ﺮ َ

ﻳ ْ

ﺮ َ

ﺓَ ﻲﺑ ِﺃ َﻦْﻋ َﻝَ ﻗَﺍ ﻪُﻨ ْﻋ َﻪُ ﻱﻠ ّ َﺍﻟ َ ـــــ ــــــﺽِﺭ َ: ﻞ َﺌ ِﺳ ُ

ﻟ ّ َ

ﻢَ ــــــﺱَ ﻭَ ﻩِ ـــــــ ﻲْ ﻠ َﻋ َ ﻪُﻠ ّ َﺍﻟ ﻰﻟ ّ َــــ ﺹــــــ ــــــَ ﻲ ّ ُﺒ ِﻨ ّ َﺍﻟ: ﺎﻣ َ

ﻝَ ــــــ ﻕــــــَ ؟ﺓَـ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــَﻦ ّﺠ َﺍﻟ ْﻞُﺧ ِﺪ ْﻳ ُﺎﻣ َﺮُ ــــــﺛ َــ ﺃ َﻙ ْ:

ﻟ ُ

ِ ـــــ ﺍﻟ ْﺦُ ﻦُ ــــــ ﻭ َﺳ ْ ﺡُ ﻯﻮ َﻗ ْـ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــﺖَّ ﺍﻟ، ﻣ َﺎ ﻞ َﺌ ِﺳ ُﻭ َ

؟ ﺍﺭَ ـــــ ــــــ ــــــﻦ َّ ﺍﻟ ﻝُــ ــــــ ــــــﺥِ ﺪ ْﻳ ُﺎﻣ َ ﺮُﺛ َــ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــﻙْﺃ َ ﻝَ ﻗ َﺍ

ﺭ ْ

ُ ــــــ ﺍﻟ ْﻒَ ﻭَ ﻡُ ـــ ﺍﻟ ْﻒَ ﻥِﺍ ــــــ ــــــﻑَ ﻭ َـــــ ــــــﺝ ْﺄ َﺍﻟ ْ.

Artinya: Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: "Rasulullah SAW ditanya tentang perkara apa yang banyak menyebabkan masuk surga?" Beliau menjawab: "Bertakwa kepada Allah dan akhlak mulia." Kemudian ditanya, "Perkara apa yang banyak menyebabkan masuk neraka?" Beliau menjawab, "Dua rongga yang terbuka; (yaitu) mulut dan kemaluan.” (HR. At—Tirmidzi).72

ﻝَ ﻗَ ﻋ َﻪُﻨ ْ ﻪُ ﻱﻠ ّ َﺍﻟ َ ـــــ ــــــﺽِ ﺭ َﻥَﺎﻌ َﻤ ْﺳ َﻦِﺑ ْﺱِ ﺍﻮ ّ َﻨ ّ َﺍﻟ ﻦِ ﻭ َﻋ َ :

ﻋ َ

ﻠ َ

ﻴ ْ

ﻪِ ﻪُﻠ ّ َﺍﻟ ﻰﻟ ّ َــــ ﺹــــــ ــــــَ ﻪِﻠ ّ َﺍﻟ ﻝَﻭ ْـ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــﺱُ ﺭ َﺖُﻟ ْﺄ َﺳ َ

ﻝَ ﻓ َﻘَ ﻢِﺛ ْﺈ ِﺍﻟ ْﻭَ ﺮ ِّ ﺒ ِﺍﻟ ْﻦِﻋ َ ﻢَﻠ ّ َﺳ َ ﻭ َ: ﻥُ ــــﺱْ ـــﺡُ ﺮ ّ ُﺒ ِﺍﻟ ْ

ِ ــــﻝُ ـــــــ ﺦُ ،ﺍﻟ ْﻚَ ﺴ ِﻔ ْﻧ َﻲْ ﻓ ِﻙَﺍ ــــــ ــــــ ــــــ ــــــﺡَ ﻣ َﺎ ﻢُﺛ ْﺈ ِﺍﻟ ْﻭَ ، ﻭ َ

71Abu Zakariya Yahya Ibn Syarafi al —Nawawi, Riya>dh al —S{a>lih}i>n, terj. Erwandi Tarmizi (Riyadh: Darussalam, 2008), 403.

72Mustofa,Akhlak—Tasawuf, 36—37.

ُ ـــ ــــــ ــــــﻦ َّ ﺍﻟ ﻪِﻴ ْﻠ َﻋ َﻉَ ـــ ﻃ ّ َﻞِ ــﻱَ ﻥْﺃ َﺖَ ﻫ ْﺭ ِـــ ﻙ َــــــ . ( ﻩ ُﺍﻭ َﺭ َ

ﻣ ُ

ﺴ ْ

ﻠ ِ

ﻢ ٌ )

Artinya: Dari sahabat Nawwas bin Saman ra., ia berkata: “ Aku bertanya kepada Rasulullah SAW. perihal kebaikan dan dosa. ” Maka beliau bersabda: “ Kebaikan ialah berakhlak yang baik, sedangkan dosa ialah sesuatu yang mengganjal di jiwamu dan engkau benci apabila manusia mengetahui hal tersebut.” (HR. Muslim).73

C. Urgensi Pendidikanal—Akhla>q al—Kari>mah

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya.74 Karena urgensi akhlak inilah, salah satu definisi agama yang diberikan Nabi adalah kebaikan akhlak. Kebaikan akhlak menjadi indikator kesempurnaan iman seseorang, sedang kesempurnaan iman dengan akhlak itu ditandai dengan kebaikan perilaku sosial.75

Karena agama adalah akhlak, maka tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa apa yang baik menurut akhlak adalah yang baik pula menurut agama. Karena begitu besar peran pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian anak manusia, maka

73al—Nawawi,Riya>dhu al—S{a>lih}i>n, terj. Erwandi Tarmizi, 403.

74Nasrul,Akhlak Tasawuf, 6.

semua filosof muslim sepakat bahwa pendidikan akhlak merupakan jiwa pendidikan Islam, karena tujuan tertinggi dari pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak.

Berkaitan dengan pendidikan akhlak tersebut, para pakar pendidikan Islam mengatakan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran bukanlah sekadar mentransfer berbagai macam ilmu pengetahuan kedalam otak anak didik terhadap apa — apa yang belum mereka ketahui, akan tetapi lebih dari itu ada tujuan yang lebih utama yaitu mendidik akhlak mereka.76

D. Pendidikan al — Akhla>q al — Kari>mah melalui Metode Kisah Qura>ni

Pendidikan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu haditsnya beliau menegaskan bahwa: “ Innama> buis\tu li utammima maka>rima al — akhla>q. ” (Sesungguhnya aku ditutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia). (HR. Ahmad dan Baihaqi).

Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan

jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan — perbuatan baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.77

Selanjutnya untuk mengajarkan peserta didik terkait nilai — nilai pendidikan al—akhla>q al—kari>mah, banyak sekali metode yang bisa ditempuh oleh para pendidik, salah satunya dengan menggunakan metode Kisah Qura>ni. Kisah berasal dari bahasa Arab

ﺼَّﺔٌ ﻗِ

yang jamaknya

ﺺٌ ﺼَ ﻗِ

dan mempunya arti cerita, kisah, atau hikayat.78 Menurut al—Razzi sebagaimana dikutip oleh Gunawan, ia mendefinisikan kisah sebagai penelusuran terhadap kejadian masa lalu.79 Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, kisah sebagai metode pendukung pelaksanaan pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, karena dalam kisah—kisah terdapat berbagai keteladanan dan edukasi. Hal ini karena terdapat beberapa alasan yang mendukungnya, yaitu:

1. Kisah senantiasa memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya dan merenungkan

77Abuddin Nata, Ahklak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), 136.

78Yunus,Kamus Arab, 343.

79 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2014), 89.

maknanya. Selanjutnya makna — makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar tersebut.

2. Kisah dapat menyentuh hati manusia, karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh, sehingga pembaca atau pendengar dapat menghayati dan merasakan isi kisah tersebut, seolah — olah dia sendiri yang menjadi tokohnya.

3. Kisah Qura>ni mendidik keimanan dengan cara: membangkitkan berbagai perasaan, seperti khauf, ridha, dan cinta (hubb); mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah; dan kisah dapat melibatkan pembaca atau pendengar kedalam kisah tersebut sehingga ia terlibat secara emosional.80

Kisah dalam al — Quran merupakan peristiwa yang benar — benar terjadi pada manusia — manusia terdahulu dan merupakan peristiwa sejarah yang dapat dibuktikan kebenarannya secara filosofis dan secara ilmiah melalui saksi — saksi bisu berupa peninggalan—peninggalan orang—orang terdahulu, seperti Kabah di Makkah, Masjid al — Aqs}a di Palestina, Piramida dan Spink di Mesir, dan lain sebagainya, sebagaimana telah dinyatakan dalam firman Allah:

ô s)s9 c%x. Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ou ö9Ïã

Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3 $tB tb%x. $ZV Ï tn 2 u tIøÿã

`Å6»s9ur t, Ï óÁs? Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ y t @ ÅÁøÿs?ur

Èe@à2 &äóÓx« Y èdur ZpuH÷qu ur 5Qöqs)Ïj9

Dokumen terkait