• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V. Bagian terakhir dari karya ini merupakan penegasan dari intisari skripsi yang meliputi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan katekese

(1) (2) (3) (4) 1 Ada yang sudah ada yang belum karena ada yang sudah

mampu bersyukur dalam menghadapi/mengalami tantangan, penderitaan dalam hidup, namun ada yang masih belum mampu mengalami hal itu, kebahagiaan masih dipahami kalau tidak ada tantangan, derita atau kesulitan

2 40

2 Sejauh saya perhatikan mayoritas belum menghayati karena kalau disampaikan sesuatu menyangkut doa, tapa dan tugas jarang spontan menerima, wajah cemberut, tidak siap sedia menanggapi saran. Kurang rendah hati, tidak ada perasaan bersalah

1 20

3 Suster yunior sudah menghayati karena berusaha kerjasama, saling mendukung, melayani sesama, rendah hati, ramah tamah

1 20

4 Belum menghayati karena masih banyak sikap yang menunjukkan bahwa kebahagiaan tersebut adalah situasi senang tapi semu

1 20

b) Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 3.14 di atas penulis membagi jawaban responden menjadi 3 bagian berikut ini.

● Pembimbing yunior yang berfungsi sebagai responden adalah sebanyak 5 orang. Dari 5 orang pembimbing yunior tersebut, sebanyak 40% berpendapat bahwa diantara suster yunior ada yang sudah menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan, namun demikian ada juga yang belum menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan tersebut.

● Sebanyak 40% responden berpendapat bahwa para suster yunior belum menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Pendapat tersebut berdasarkan pengalaman responden sebagai pembimbing yunior. Hal ini dilihat dari kurangnya perhatian para yunior dalam hal doa, menanggapi teguran secara negatif dan kebahagiaan hanya dapat dilihat pada saat-saat yang menyenangkan.

● Sebanyak 20% dari jumlah responden berpendapat bahwa para suster yunior sudah menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan dengan alasan sudah berusaha untuk bekerjasama dan saling mendukung.

c) Kualitas penghayatan para suster yunior tentang kebahagiaan sejati Fransiskan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa para suster yunior ada

yang sudah menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan, namun ada juga yang belum menghayatinya.

3) Pendukung Penghayatan Kebahagiaan Sejati

Pertanyaan: faktor apa saja yang mendukung para suster yunior dalam menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan?

a) Hasil Penelitian

Tabel 3.15

Aspek Pendukung Penghayatan Kebahagiaan Sejati N =5

No Jawaban Responden %

(1) (2) (3) (4)

1 Persaudaraan yang selalu berpikir positif, pembinaan bersama maupun secara pribadi, relasi dengan Tuhan, kesadaran akan tujuan hidup/panggilan

1 20

2 Keinginan yang kuat menjadi seorang Fransiskan, pemahaman akan makna kebahagiaan sejati, keterbukaan, peran komunitas.

1 20

3 Hidup doa, kerendahan hati, kesederhanaan 1 20 4 Setia bimbingan, melakukan doa bukan karena terpaksa

dukungan dari komunitas, motivasi yang baik

1 20 5 Pembinaan terus-menerus dan memiliki komitmen dalam

menata hidup sebagai FSE

b) Pembahasan Hasil Penelitian

Dari tabel 3.15 di atas jawaban responden dibagi menjadi dua bagian yang mendukung penghayatan kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan. Adapun kedua bagian tersebut dipaparkan di bawah ini.

● Sikap para suster yunior

Responden berpendapat bahwa hal-hal yang dapat mendukung penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan tersebut bagi para suster yunior adalah dengan membangun relasi dengan Tuhan. Selain itu keinginan yang kuat menjadi seorang Fransiskan, memahami dan memaknai kebahagiaan sejati, terbuka, sederhana, rendah hati, setia bimbingan memiliki motivasi yang baik dan berkomitmen juga menjadi faktor pendukung kebahagiaan sejati Fransiskan.

● Komunitas atau suasana persaudaraan.

Responden melihat komunitas atau suasana persaudaraan menjadi faktor pendukung pengahayatan kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal tersebut karena dukungan komunitas dan persaudaraan menjadi salah satu hal yang turut berperan dalam pembinaan yunior.

c) Diemensi pendukung penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior FSE.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat sebagian besar responden berpendapat bahwa yang menjadi faktor pendukung para suster yunior dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan adalah sikap mereka dalam menanggapi panggilannya. Sikap tersebut diantaranya adalah sikap dalam

membangun relasi dengan Tuhan, bimbingan rohani serta membuka diri. Sedangkan faktor yang lain adalah faktor dari komunitas atau persaudaraan.

4) Penghambat Penghayatan Kebahagiaan Sejati

Pertanyaan: Faktor apa saja yang menghambat para suster yunior dalam menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan?

a) Hasil Penelitian

Tabel 3.16

Aspek Penghambat Kebahagiaan Sejati N =5

No Jawaban Responden %

(1) (2) (3) (4)

1 Doa kurang dibatinkan, kurang terbuka, kurang mampu mengolah hidup, gaya hidup instan, daya juang yang lemah

2 40 2 Mengharapkan kebahgiaan dari luar diri, hidup doa yang

kurang mendalam, komunitas yang kurang kondusif

1 20 3 Persudaraan yang kurang mendukung, kurang tekun dalam

membina diri lewat pembinaan yang diberikan, melalaikan relasi dengan Tuhan, kurang kesadaran tujuan hidup/Allah memanggil.

1 20

4 Kurang pemahaman tentang kebahagiaan sejati, kurang kesadaran, pengaruh dunia jaman ini, terlalu diberi kemudahan

1 20

b) Pembahasan Hasil Penelitia

Berdasarkan tabel 3.16 di atas penulis membagi jawaban responden menjadi tiga bagian yang menghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan. Adapun ketiga bagian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ● Sikap para suster yunior

Responden berpendapat bahwa faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior disebabkan oleh karena

kekurangtekunan membina diri, mengharapkan kebahagiaan dari luar, doa kurang mendalam, gaya hidup instan dan daya juang lemah.

● Pemahaman dan penghayatan

Responden berpendapat bahwa para suster yunior kurang memahami tentang kebahagiaan sejati serta kurang kesadaran diri dan memiliki tujuan hidup yang kurang jelas.

● Persaudaraan

Responden berpendapat bahwa situasi komunitas yang kurang kondusif juga menjadi salah satu faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati para suster yunior. Hal tersebut karena di komunitas seringkali para suster yunior terlalu diberi kemudahan dalam memperoleh hidup dan terlalu banyak kompromi. c) Dimensi penghambat penghayatan kebahagiaan Sejati Fransiskan bagi para

suster yunior FSE

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan bagi para suster yunior adalah sikap para suster yunior dalam menanggapi panggilan hidupnya, kurangnya pemahaman tentang kebahagiaan sejati serta persaudaraan yang kurang mendukung.

5) Usul-usul

Pertanyaan: Berikanlah usul suster sebagai pembimbing, agar para suster yunior dapat semakin menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan!

a) Hasil Penelitian

Tabel 3.17

Aspek Harapan Pembimbing Yunior N =5

No Jawaban Responden %

(1) (2) (3) (4)

1 Menanamkan kesadaran akan tujuan hidup, dalam pembinaan mengajak yunior untuk menemukan nilai-nilai rohani,

mendalami spiritualitas kongregasi, membina relasi dengan Tuhan

1 20

2 Diberi tantangan untuk melatih kerendahan hati, jangan terlalu diberi kemudahan

1 20 3 Agar para suster yunior menyadari perlunya bimbingan yang

teratur, dan menyadari tugas dan kewajibannya sebagaimana yang tercantum dalam kostitusi dan stuta

1 20

4 Memberi pemahaman tentang kebahagiaan, meningkatkan daya juang para suster yunior

1 20 5 Secara kontinue diberi pengajaran tentang spiritualitas

Fransiskan, melalui pertemuan rutin/weekend berhubungan dengan persaudaraan

1 20

b) Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 3.17 di atas jawaban responden sebagai usul untuk semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dibagi menjadi tiga bagian yang dipaparkan sebagai berikut.

1) Harapan Terhadap Formator Kongregasi

Adapun usul-usul responden adalah agar para suster yunior semakin mampu menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan, yaitu dengan memberikan pembinaan dan mendalami spiritualitas kongregasi kepada para suster yunior agar semakin memah+ami kebahagiaan sejati.

Selain dari tindakan konkret yang dilakukan untuk membina para suster yunior agar semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan, para suster yunior diharapkan membangun relasi yang baik dengan Tuhan melalui hidup doa.

3) Harapan Terhadap Kongregasi

Para pembimbing yunior sebagai responden berharap agar kongregasi ikut dalam proses pembinaan para suster yunior dengan tidak memberikan kemudahan kepada suster yunior dalam arti agar para suster yunior dilatih untuk semakin rendah hati dan siap menghadapi tantangan.

c) Usul-usul para suster sebagai pembimbing yunior untuk menghayatai kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas diperoleh kesimpulan sebagai harapan dari responden sebagai pembimbing yunior. Adapun harapan responden tersebut adalah agar kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dihayati oleh para suster yunior dengan mendalami kembali spiritualitas kongregasi, dan meningkatkan hidup doa, serta untuk membina diri melatih kerendahan hati.

c. Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis kepada responden baik kepada suster yunior maupun kepada pembimbing yunior,diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan aspek yang diukur berkaitan dengan pemahaman yunior tentang kebahagiaan sejati Fransiskan yang terdapat pada pertanyaan item 1 dan 2

untuk yunior, dan pertanyaan pada item 1 pada pembimbing yunior sebagai berikut:

Para suster yunior sebagian sudah memahami kebahagiaan sejati Fransiskan, namun dilihat dari tabel serta penjelasan yang diberikan lebih banyak para suster yunior belum memahami kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan yang diberikan, dimana pemahaman tentang kebahagiaan sejati lebih mendekati pada pemahaman kebahagiaan yang dipahami secara umum. Pendapat para suster yunior lebih mendekati pada beberapa tokoh atau paham tertentu tentang kebahagiaan. Selain itu pembimbing yunior juga berpendapat bahwa ada yang sudah memahami kebahagiaan sejati dengan alasan sudah diberikan pada masa pembinaan, dan sudah memahami karena dilihat dari cara hidupnya. Berdasarkan alasan tersebut serta contoh yang diberikan para suster yunior yang terdapat pada item dua, dapat disimpulkan masih sedikit atau lebih banyak para suster yang belum memahami kebahagiaan sejati Fransiskan.

2. Berkaitan dengan aspek penghayatan, mayoritas para suster yunior dapat dikatakan belum menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan. Berdasarkan jawaban para suster yunior tentang penghayatan dan pengalaman mereka yang terdapat pada item 4 dan 5 serta alasan kebahagiaan mereka sebagai suster FSE (item 3) masih pada kebahagiaan manusiawi pada umumnya. Para suster yunior merasa bahagia sebagai FSE karena suasana persaudaraan dan kekhasan kongregasi. Selain itu pembimbing yunior berpendapat bahwa mayoritas para suster yunior belum menghayati (item 2).

Hal ini dapat dilihat dari cara dan sikap suster yunior dalam menanggapi pengalamannya. Para suster yunior juga dilihat masih sulit menerima tantangan, atau pengalaman yang kurang baik dan sulit menerima teguran. Adapun suster yunior yang sudah menghayati kebahagiaan sejati dilihat dari kemampuan menerima setiap saudari dan berusaha melayani kebutuhan saudari yang lain.

3. Ada dua hal yang menjadi faktor utama yang berkaitan dengan faktor pendukung dan penghambat pengahayatan kebahagiaan sejati kebahagiaan Fransiskan.

Para suster yunior (item 6 dan 7) maupun pembimbing yunior (item 3 dan 4) yang menjadi faktor pendukung dan penghambat adalah dari diri yunior sendiri dan dari komunitas. Berdasarkan alasan yang diberikan faktor yang paling kuat adalah sikap yunior sendiri yang kurang membina diri, misalnya semangat doa, kurang memahami kebahagiaan sejati, sikap egois dan kurang rendah hati dan kurang semangat, serta daya juang rendah. Selain itu suasana komunitas memiliki peran penting menjadi faktor pendukung dan sekaligus penghambat penghayatan yunior. Jika komunitas bersikap positif akan memberi pengaruh yang baik untuk mendukung para suster yunior dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Akan tetapi jika komunitas bersikap negatif akan memberi pengaruh negatif bagi para suster yunior dan menghambat mereka dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.

4. Pembimbing yunior berharap agar para suster yunior semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Maka pembimbing yunior memberikan usul

agar diadakan pendalaman spiritualitas kongregasi dan pemahaman tentang kebahagiaan sejati.

5. Setelah melihat hasil penelitian yang dilakukan tentang pemahaman dan pengahayatan kebahagiaan sejati para suster yunior sebagai seorang Fransiskan, penulis berpendapat bahwa para suster yunior pada umumnya belum menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal ini berdasarkan atas jawaban yang diberikan oleh para suster yunior maupun pembimbing yunior sebagai responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil pendalaman bahan kapitel umum yang menyatakan bahwa para suster yunior belum menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan yang merupakan tujuan pembinaan masa yuniorat.

6. Untuk menanggapi keprihatinan kurang tercapainya tujuan pembinaan yang berkaitan dengan kebahagiaan sejati Fransiskan, maka penulis mengusulkan program untuk menanggapi keprihatinan tersebut. Adapun program yang diusulkan penulis dengan mengadakan katekese model Shared Christian Praxis yang disebut denganSCP.

BAB IV

SUMBANGAN KATEKESE SHARED CHRISTIAN PRAXIS

SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN