• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V. Bagian terakhir dari karya ini merupakan penegasan dari intisari skripsi yang meliputi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan katekese

PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA ELISABET

2. Hasil Penelitian

Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman dan penghayatan kebahagiaan sejati para suster yunior sebagai Fransiskan, maka penulis melakukan wawancara kepada yunior dan pembimbing yunior dalam bentuk tertulis kepada responden. Adapun pertanyaan yang diajukan penulis memuat beberapa aspek yaitu pemahaman, penghayatan, faktor pendukung dan faktor penghambat serta harapan responden berkaitan dengan kebahagiaan sejati Fransiskan.

Penulis mengajukan bentuk pertanyaan yang sama, baik kepada yunior maupun kepada pembimbing yunior. Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada yunior sebanyak10 butir dan kepada pembimbing yunior sebanyak 5 butir. Pertanyaan yang diajukan kepada yunior lebih banyak daripada kepada pembimbing yunior, dengan alasan untuk mengetahui pengalaman yunior secara lebih konkret. Berikut ini akan disajikan laporan hasil penelitian sesuai dengan aspek yang mau diukur untuk mengetahui pemahaman dan pengahayatan responden.

a. Hasil penelitian: Para suster yunior

Untuk mempersentasikan hasil penelitian penulis menggunkan rumus sebagai berikut:

100% Keterangan:

∑ = Jumlah Skor Item N = Jumlah Responden

1). Pemahaman suster yunior tentang kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan.

Pertanyaan: Apa yang saudari pahami tentang kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan?

a) Hasil Penelitian

Tabel 3.3

Aspek Pemahaman Kebahagiaan Sejati Fransiskan N=20

No Jawaban Responden ∑ %

(1) (2) (3) (4)

1 Mampu bersyukur, sabar dan memaknai pengalaman hidup serta berpikir positif, dan dapat memaafkan orang yang menyakiti hati.

5 25

2 Mampu merasakan kebahagiaan walaupun terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan.

5 25 3 Suatu sikap yang mampu mesyukuri dan menerima dengan

tulus iklas saat tidak diterima atau direndahkan.

3 15 4 Di dalam kegagalan atau penderitaan tidak putus asa, tetap

berjuang dan semangat dibalik perjuangan itu mampu menemukan kebahagiaan

1 5

5 Kebahagiaan yang dialami dari persaudaraan, karya, lingkungan masyarakat, dapat menemukan kegembiraan dalam situasi apapun

1 5

6 Pengalaman menyenangkan maupun tidak menyenangkan menjadikan saya lebih dewasa dan menyadari bahwa Dia adalah segalanya bagiku

1 5

7 Mau menerima diri apa adanya serta menerima kelebihan dan kekurangan sesama, bahagia ketika membantu yang lemah, yang tidak dapat membalas apa yang telah diberikan

1 5

8 Rela menanggung duka, derita dan memperkuat citra diri, serta menggali bakat yang saya miliki sebagai anugerah Allah. Adanya kesadaran persatuan dengan Allah

1 5

9 Ketika mampu saling berbagi rasa dalam persaudaraan, mempu memberi diri dan menerima orang lain sebagai saudara

1 5

10 Selalu mampu memaknai pengalaman hidup, saat ditolak dimaknai sebagai anugerah dari Tuhan

b) Pembahasan Hasil Penelitian

Tabel 3.3 berisi tentang hasil wawancara dengan 20 responden. Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut, penulis meringkasnya menjadi 10 butir jawaban tentang pemahaman kebahagiaan sejati Fransiskan. Dari 10 butir jawaban tersebut, penulis membaginya menjadi 4 jenis pemahanan responden tentang kebahagiaan sejati Fransiskan. Adapun keempat pemahaman tersebut adalah sebagai berikut.

1) Kebahagiaan sebagai suatu sikap.

Bagi para suster yunior kebahagiaan sejati adalah suatu kemampuan untuk bersyukur, rela memaafkan dan berpikir positif dalam menerima pengalaman hidup. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di dalam diri dan tidak terkait dengan apapun yang ada di luar diri. Yang diperlukan adalah rasa bersyukur dengan apa yang kita terima (Vashdev, 2012: 231). Kebahagiaan terletak pada rasa bersyukur seseorang untuk menerima hidupnya. Orang yang bersyukur mampu berpikir positif sehingga dapat memaafkan orang lain. Maka dapat dikatakan orang yang bahagia adalah orang yang bersikap positif dalam menerima kehidupan.

2) Kebahagiaan merupakan keputusan

Menurut para suster yunior kebahagiaan sejati adalah kemampuan untuk tetap mengalami kebahagiaan walaupun tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Kebahagiaan ditentukan dari bagaimana kita bereaksi terhadap apa yang terjadi, dan yang memutuskan reaksi itu adalah kita sendiri (Matthews, 2000: 52). Kebahagiaan dalam arti ini merupakan sebuah pilihan atau keputusan seseorang,

artinya seseorang tetap bisa bahagia karena ia memilih dirinya untuk bahagia. Maka dalam situasi apapun, seseorang mampu mengalami kebahagiaan jika memilih untuk tetap bahagia.

4) Kebahagiaan merupakan sesuatu yang real.

Menurut para suster yunior, kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang di alami di tengah-tengah persaudaraan. Perwujudan kebahagiaan adalah ketika mampu memberi kepada orang lain, meskipun orang tersebut tidak mampu membalasnya. Kebahagiaan itu sangat sederhana yaitu melepaskan artinya memberi, namun tidak semua orang dapat mengalami kebahagiaan karena kita sering diajarkan untuk mendapat bukan untuk memberi (Vashdev, 2012: 228-229). Kebahagiaan merupakan hal yang nyata dengan memberi sebagai bentuk melepaskan dan sekaligus mempunyai pengaruh bagi orang lain.

5) Kebahagiaan merupakan suatu kemampuan untuk memaknai pengalaman Menurut para suster yunior kebahagiaan sejati adalah ketika seseorang mampu menemukan makna pengalaman ketika ditolak, menderita bahkan direndahkan orang lain. Berkaitan dengan menemukan makna ketika ditolak, Fransiskus memberikan contoh kepada saudara Leo. Saat mengalami pengalaman ditolak mampu menerima dengan penuh cinta dan berpikir, bahwa Allahlah yang menggerakkan hati orang tersebut untuk menghukum kita (Leo, 2005: 47). Kemampuan untuk memaknai pengalaman merupakan kebahagiaan karena di sana ditemukan rencana Allah untuk dirinya.

c) Tingkat pemahaman para suster yunior tentang kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan pemahaman kebahagiaan sejati para suster yunior sebagai seorang Fransiskan terbagi dalam empat sudut pandang yang meliputi; kebahagiaan adalah suatu sikap, kebahagiaan merupakan sebuah keputusan, kebahagiaan merupakan hal yang real, kebahagiaan merupakan kemampuan dalam memaknai pengalaman.

Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa sebagian suster yunior sudah memahami kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan St. Fransiskus kepada saudara Leo tentang kebahagiaan/kegembiraan sejati. Disana dijelaskan kebahagiaan sejati memiliki sikap sabar dalam menanggung derita, menerima dengan penuh cinta. Bahkan dijelaskan bahwa ketika menanggung dengan sabar, senang hati sambil mengenang penderitaan Kristus yang terpuji, dan menahan semua demi cinta akan Dia, maka itulah sumber kegembiraan sempurna ( Leo, 2005: 45-48).

Selain itu pemahaman para suster yunior tentang kebahagiaan sejati sepaham dengan beberapa tokoh yang telah diungkapkan pada bab II. Tokoh yang dimaksud adalah Vashdev dan Matthews, dimana mereka mengungkapkan bahwa kebahagiaan terletak pada rasa syukur, serta kebahagiaan merupakan sebuah pilihan atau keputusan.

2). Salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus

Pertanyaan: Berikanlah salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus?

Tabel 3.4

Aspek Pemahaman Kebahagiaan Sejati Fransiskan N = 20

No Jawaban responden %

(1) (2) (3) (4)

1 Saat Fransiskus ditolak, di usir ia tidak kecewa namun mampu menanggungnya dan bersyukur atas hal itu

9 45 2 Ketika Fransiskus mencium orang kusta, yang dulunya merasa

jijik kini menjadi kemanisan

3 15 3 Ketika Fransiskus melepaskan kenikmatan duniawi dan saat

Fransiskus merasakan penderitaan Kristus ia mengalami kebahagiaan

1 5

4 Ketika seseorang ditolak tetapi tidak putus asa melainkan mampu bersyukur dan melihat hal yang positif

1 5 5 Katika saya membawakan dalam doa bagi saudari yang egois

saya mengalami kebahagiaan, dan saya sadari bahwa semuanya hanya untuk Tuhan

1 5

6 Dalam segala sesuatu mencoba untuk menemukan kebahagiaan, bahkan meminta penderitaan sebanyak-banyaknya, karena di balik derita itu Fransiskus menemukan sukacita sejati

1 5

7 Ketika Fransiskan meninggalkan hidupnya yang mapan, melepaskan pakaianya di depas uskup dan ia mengenakan jubah pengemis

1 5

8 Ketika saya ditolak oleh saudari lain, tetapi hal itu tidak membuat saya terhambat untuk tetap berbuat baik, namun menjalaninya sebagai suatu rahmat

1 5

9 Ketika mengalami penolakan dari orang lain, tidak dipedulikan, tetapi bersyukur dan tidak menaruh benci dalam hati, maka akan mengalami kebahagiaan sejati.

1 5

10 Fransiskus selalu bergembira untuk mengikuti Yesus dengan mau hidup bersama orang hina, di tengah-tengah orang miskin yang tidak berdaya dan orang kusta mejadi pokok sukacita dan kegembiraannya

b) Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 3.4 penulis menemukan 20 butir jawaban dari 20 responden, kemudian penulis meringkasnya menjadi 10 butir jawaban tentang salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus. Selanjutnya 10 butir jawaban tersebut dikelompokkan menjadi dua jenis bentuk jawaban berikut ini. ● Menurut pemahaman dan penghayatan St. Fransiskus

Menurut para suster yunior salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus adalah ketika St. Fransiskus ditolak dan diusir ia tidak kecewa, tetapi menanggungnya dan tetap bersyukur, itulah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang demikian merupakan kebahagiaan sebagaimana yang dipahami oleh St. Fransiskus, dan hal ini dijelaskan kepada saudara Leo sebagai contoh kebahagiaan sejati (Leo, 2005: 47).

Jawaban para suster yang berkaitan dengan pengalaman St. Fransiskus sendiri adalah ketika Fransiskus mencium orang kusta yang dulunya menjijikkan bagi Franiskus. Fransiskus menjumpai orang kusta yang menjijikan, memberikan uang dan memegang tangan terulur yang mulai membusuk lalu menciumnya. Saat itu perasaan bahagia mengalir ke seluruh tubuh Fransiskus, dan hubungannya dengan Tuhan bertambah kuat (Gobry, 1978:19).

Para suster yunior memberikan jawaban contoh kebahagiaan sejati St. Fransiskus adalah saat Fransiskus meninggalkan kenikmatan dunia, akhirnya kegembiraannya adalah mengikuti Yesus yang tersalib. Fransiskus bukan hanya menolak harta ayahnya akan tetapi dengan penuh sukacita Fransiskus dengan rela hati menerima konsekuensi atas pilihan hidupnya (Celano, 1981:12). Contoh ini

merupakan kebahagiaan yang dialami oleh St. Fransiskus pada masa pertobatannya.

● Pemahaman dan pengalaman responden

Dari 20 responden sebanyak 30% jawaban lainnya merupakan suatu pemahaman dan pengalaman responden sendiri. Para suster yunior memberikan contoh orang yang mengalami kebahagiaan sejati ketika seseorang ditolak tetapi tidak putus asa melainkan mapu bersyukur. Selain itu responden menjawab pengalamannya ketika ditolak tetapi tidak menghambatnya melakukan hal yang baik.

c) Contoh kebahagiaan sejati menurut St.Fransiskus sebagaimana yang dipahami suster yunior FSE

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa para suster yunior sebagian besar sudah memahami contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus. Hal ini dapat dilihat dari contoh-contoh yang diberikan di atas. Adapun yang mereka pahami dari contoh yang diungkapkan adalah sesuai dengan pemahaman dan pengalaman St Fransiskus. Akan tetapi masih ada sebagian para suster yunior belum mampu memberikan contoh kebahagiaan sejati sebagaimana yang dimaksudkan oleh St Fransiskus sendiri.

3) Kebahagiaan Sebagai Suster FSE

Pertanyaan: Apakah saudari sungguh merasa bahagia sebagai suster FSE? Berikan alasan yang jelas.

a) Hasil Penelitian

Tabel 3.5

Penghayatan kebahagiaan sejati N = 20

No Jawaban Responden %

(1) (2) (3) (4)

1 Bahagia karena persaudaraan mendukung saya, menguatkan saya dalam panggilan, dan menghantar saya kepada Tuhan. Persaudaraan yang hangat dan secara khusus pelayanan terhadap sesama yang kecil dan menderita.

6 30

2 Bahagia sebagai FSE karena dapat mengaktualisasikan diri. Mengaplikasikan semangat St. Fransiskus walaupun belum seberapa.

4 20

3 Bahagia karena dapat menjadi pribadi yang luwes, jujur, dapat mencintai, menerima kekurangan, dan kelelebihan saudari-saudari serta menjadi tempat berbagi suka dan duka

3 15

4 Bahagia karena masih dapat setia menjalani panggilan 2 10 5 Bahagia karena melalui kongregasi FSE saya diarahkan

untuk melihat kehidupan yang sesungguhnya, menghargai, menikmati, mensyukuri, memaknai pengalaman hidup dan hal ini saya terima lewat pembinaan maupun bimbingan.

2 10

6 Tidak bahagia karena tidak sesuai dengan apa yang saya pikirkan, banyak manipulasi ada saya temui siapa yang kuat itu menang

1 5

7 Bahagia karena tarekat telah mengajari dan mengenalkan saya pada kasih, sehingga dapat mengalami kasih dan merasakan kehadiran Alah dalam sesama secara khusus orang-orang kecil, dan pengalaman sehari-hari

1 5

8 Bahagia karena imanku semakin bertumbuh dan berkembang, bebas melakukan kehendak Bapa, yakni mengasihi orang kecil dan menderita

1 5

b) Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 3.5 di atas penulis membagi jawaban respoden, menjadi dua kelompok sebagai berikut:

● Dari 20 responden sebanyak 95% merasa bahagia sebagai suster FSE. Alasan kebahagiaan tersebut adalah karena tiga hal, yaitu karena suasana persaudaran, spiritualitas kongregasi FSE, dan responden menemukan tujuan hidup dan menjadi diri sendiri yang otentik dalam kongregasi FSE.

● Sebanyak 5% responden merasa tidak bahagia sebagai FSE, karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh suster tersebut.

c) Kualitas penghayatan kebahagiaan sejati suster yunior FSE

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penghayatan kebahagiaan sejati suster yunior berkaitan dengan keberadaannya sebagai suster FSE responden mengalami kebahagiaan sebagi FSE. Adapun alasan kebahagiaan itu karena mengalami persaudaraan yang mendukung, dapat mengaktualisasikan diri melalui spiritualitas kongregasi, saling menerima satu dengan yang lain.

4) Pengalaman Kebahagiaan Sejati

Pertanyaan: Apakah saudari sudah mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan? Jika sudah atau sebaliknya, ceritakanlah pengalaman saudari.

a) Hasil Penelitian

Tabel 3.6

Penghayatan kebahagiaan sejati N = 20

No Jawaban Responden %

(1) (2) (3) (4)

1 ‘Belum mengalami kebahagiaan sejati karena kebahagiaan masih dipengaruhi oleh situasi di luar diri. Terkadang tidak mampu menjalani panggilan. Tidak mampu mengalami kebahagiaan karena ditolak

6 30

2 Sudah karena saya berusaha menerima dan memahami saudari yang menyakiti atau menolak saya. Mampu melihat kebutuhan sesama, menjadi hamba yang rendah hati dan berusaha bertanggung jawab

2 10

4 Tidak ambil pusing tetapi mencoba mencari maknanya. Tetap bersyukur meski butuh perjungan. Tidak mau meneladani saudari yang saling mencurigai, tetapi lebih melihat makna

2 10

5 Sudah mengalami sedikit karena dulunya orang miskin, pencuri saya benci tetapi saya semakin menyadari itu juga kemiskinan saya dan mendoakan mereka. Ketika ditolak tapi saya coba membawakannya dalam doa.

2 10

6 Sudah berjuang untuk memberi senyum kepada suster yang memarahi saya, walaupun saat dia tidak ada saya kembali menggerutu. Sudah karena saya dapat mendengarkan dan memberi nasihat kepada sudari yang mengalami pengalaman pahit

2 10

7 Kadang-kadang mengalami kadang tidak, karena saat dicueki saya mampu bersikap bebas, namun adakalanya saya menangis di kamar. Kadang mampu menerima teguran tapi juga adakalanya sulit diterima

2 10

8 Kebahagiaan sejati tergantung bagaimana memaknainya, secara pribadi melakukan sikap netral kepada saudari yang menjadi batu sandungan.

1 5

9 Kurang mengalami kebahagiaan tersinggung dan tidak ramah karena kata-kata seorang suster

1 5 10 Kebahagiaan yang saya alami belum sepenuhknya karena

mudah mengeluh, kurang berpikir positif, kurang mampu mengusai diri.

1 5

11 Mengalami kebahagiaan ketika saya mendapat pergulatan di komunitas, tidak didukung, dipandang remeh, tetapi saya merasakan bahwa rahmat Tuhan melimpah dalam diri saya.

b) Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 3.6 penulis meringkas jawaban responden menjadi 11 butir jawaban dan mengelompokkan jawaban tersebut menjadi 3 bagian berikut ini.

● Sebanyak 20% responden sudah mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan, karena sudah sesuai dengan pengalaman responden, dimana responden berusaha untuk menerima dan memahami serta mampu melihat kebutuhan saudari yang lain. Selain itu responden dapat menemukan makna dalam pengalaman hidup sehari-hari, dan berjuang untuk memberi yang terbaik.

● Sebanyak 30% responden belum mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan karena kebahagiaan responden masih dipengaruhi oleh situasi dari luar dirinya. Hal tersebut membuat responden tidak mampu menjalani panggilan, dan ketika ditolak tidak mampu mengalami kebahagiaan.

● Sebanyak 50% responden ragu dalam menjawab apakah sudah mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan atau belum. Hal ini dilihat dari jawaban responden yang mengatakan kadang-kadang, sedikit atau belum sepenuhnya. Bahkan ada responden yang hanya mengungkapkan ciri-ciri orang yang mengalami kebahagiaan tetapi responden tidak memiliki pengalaman kebahagiaan sendiri.

c) Tingkat pengalaman kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior FSE Berkaitan dengan pengalaman responden dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa para suster yunior FSE sebagian besar belum mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan. Sedangkan sebanyak 20%

suster yunior yang sudah mengalami kebahagiaan adalah karena faktor situasi persaudaraan yang mendukung.

5) Pengalaman kebahagiaan dalam persaudaraan

Pertanyaan: Ceritakanlah salah satu pengalaman kebahagiaan saudari dalam persaudaraan.

a) Hasil Penelitian

Tabel 3.7

Penghayatan Kebahagiaan Sejati N = 20

No Jawaban Responden %

(1) (2) (3) (4)

1 Dalam persaudaaraan dapat saling menghibur, sharing, saling menegur walau beda suku, dan umur.

5 25 2 Saat makan bersama dalam persaudaraan saling

mendengarkan, membahagiakan saudari lain.

3 15 3 Ketika saya mengalami banyak tantangan dipersalahkan,

dipojokkan. Namun ketika saya membawakan dalam doa saya menjadi lebih berpikir positif dan menyadari sebagai ujian untuk kesetiaanku

3 15

4 Bagi anggota komunitas yang kurang akur ada saling memaafkan untuk memulai relasi yang lebih baik

2 10

5 Diterima berkaul 1 5

6 Ketika mendengar ungkapan lapar dari saudari yang sudah lansia, mengubah hatiku yang tadinya jengkel menjadi lembut dan lebih sabar

1 5

7 Ketika ulang tahun para suster di komunitas sangat mendukung lewat doa, sapaan dan perhatian lainnya

1 5 8 Ketika seorang saudari yang tidak pernah terlibat di

komunitas, namun pada saat itu dia ikut ambil bagian dan dia juga bisa diganggu hal itu sangat menggembirakan saya

1 5

9 Ketika saya sakit, tetapi ada seorang saudari yang cuek, namun dengan doa saya dapat menerimanya walau awalnya saya sakit hati dan dapat memaafkannya

1 5

10 Ketika saya dimarahi oleh seorang suster dan saya diusir di depan teman-teman saya. Tidak lama kemudian dia memanggil saya latihan koor dan tersenyum, hal itu membuat saya bahagia

11 Ketika ada saudari yang selalu memperhatikan keluarganya, saya sharingkan kepada saudari yang lain akhirnya saya mampu menerima situasi suster tersebut walau dengan proses.

1 5

b) Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 3.7 di atas penulis mengelompokkan pengalaman responden menjadi dua jenis pengalaman kebahagiaan dalam persaudaraan. Berikut adalah jenis pengalaman kebahagiaan dalam persaudaraan.

● Suasana dalam persaudaraan

Berkaitan dengan suasana persaudaraan sebanyak 60% responden mengalami pengalaman kebahagiaan. Adapun pengalaman kebahagiaan tersebut dialami pada suasana persaudaraan yang saling mendengarkan, komunitas yang saling memaafkan, pada saat perayaan ulang tahun, dan pada saat diterima berkaul.

● Relasi dengan para suster yang lain

Sebanyak 40% responden mengalami kebahagiaan melalui relasi dengan para suster. Adapun pengalaman kebahagiaan yang dialami para suster yunior adalah ketika seorang saudari dapat mengubah dirinya yang sebelumnya cuek dapat menjadi lembut. Saat mengalami banyak tantangan dalam relasi dengan para suster, dapat dilihat sebagai ujian untuk kesetiaannya. Ketika sakit kurang mendapat perhatian tetapi suater yunior mampu menerima situasi tersebut.

c) Tingkat pengalaman kebahagiaan responden dalam persaudaraan

suasana komunitas yang harmonis, saat merasa diterima, saling meneguhkan dan menghibur satu dengan yang lain. Selain itu responden juga mengalami kebahagiaan melalui relasi dengan para saudari yang lain.

6) Faktor pendukung penghayatan kebahagiaan sejati

Pertanyaan: faktor-faktor apa saja yang mendukung saudari dalam penghayatan kebahagiaan sejati Franssiskan?

a) Hasil Penelitian

Tabel 3.8

Aspek Pendukung Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan N =20

No Jawaban Responden %

(1) (2) (3) (4)

1 Relasi dengan Tuhan, kedewasaan diri, refleksi, mampu bersyukur, situasi komunitas, motivasi dalam menjalani panggilan

13 65

2 Dukungan persaudaraan dan keinginan untuk membuka diri

2 10 3 Sharing dari pengalaman para suster senior, doa-doa dan

teladan para kudus

1 5

4 Lingkungan, pengalaman yang baik maupun yang tidak baik

1 5

5 Ketika dimarahi langsung minta maaf, dukungan saudari lain (teguran, saling bertanya)

1 5

6 Adanya kesadaran hidup bersama orang lain 1 5 7 Selalu ingat akan ketiga kaul dan berusaha untuk

menjalaninya.

1 5

b) Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 3.8 di atas, penulis membagi jawaban responden menjadi dua bagian. Jawaban tersebut berkaitan dengan faktor pendukung dalam m enghayati kebahagiaan sejati Fransiskan yang dipaparkan sebagai berikut.

● Faktor intern/pribadi

Faktor intern adalah faktor pendukung dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan yang berasal dari dalam diri atau pribadi responden sendiri. Adapun faktor intern tersebut adalah memilliki relasi yang baik dengan Tuhan, memliki kebiasaan berefleksi, kedewasaan diri, kesadaran hidup dengan orang lain, kerendahan hati, dan selalu mengingat dan menghayati ketiga kaul.

● Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor pendukung dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan yang berasal dari luar diri responden. Adapun faktor tersebut adalah komunitas atau persaudaraan dan relasi dengan para suster.

c) Faktor-faktor pendukung penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan, penekanannya lebih pada diri sendiri daripada faktor yang lain. Artinya responden menemukan bahwa faktor utama dalam penghayatan kebahagiaan sejati adalah diri sendiri dan pentingnya kesadaran dan kebiasaan yang baik dalam diri responden. Responden juga mengungkapkan bahwa lingkungan atau komunitas yang baik juga akan mendukung dalam penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan.

7) Faktor Penghambat Pengahayatan Kebahagiaan Sejati

Pertanyaan: Faktor-faktor apa saja yang menghambat saudari dalam penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan?

a) Hasil Penelitian

Tabel 3.9

Faktor Penghambat Penghayatan Kebahagiaan Sejati N =20

No Jawaban Responden %

(1) (2) (3) (4)

1 Dari diri sendiri: merasa jenuh, ingin mendapatkan kenyamanan, egois, curiga, tidak siap dikritik

Dari luar: sikap saudari yang mengecewakan, menilai tidak objetif, kurang mendukung orang lain untuk berkembang

5 25

2 Mengeluh bila mendapat tantangan, hidup doa monoton/dangkal. Tidak mau mendengarkan

5 25 3 Kurang setia membina doa, komitmen dan dari luar diri

saya kurang mendukung, dan berbagai godaan yang mempengaruhi diri

5 25

4 Bersikap egois, kurang rendah hati, kurang mau terbuka, mudah tersinggung dan tdak saba

4 20 5 Kurang bersyukur dan menerima kritikan orang lain 1 5

b) Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasakan tabel 3.9 di atas penulis membagi jawaban responden tentang faktor penghambat penghayata kebahagiaan sejati Fransiskan menjadi dua bagian yang dipaparkan sebagi berikut.

● Faktor intern

Faktor intern adalah faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan yang berasal dari diri responden sendiri. Adapun faktor-faktor tersebut adalah adanya keinginan mendapatkan kenyamanan, sikap egois dan sikap curiga, tidak siap dikeritik, keadaan doa yang menoton dan tidak mau