• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DAN INTERPRETASI

IV. A.2. Gambaran Diri responden A

Responden A dalam penelitian ini adalah seorang wanita muda berusia 22 tahun. Responden A sudah menjadi seorang pecandu alkohol sejak 2 tahun yang lalu. Peneliti mengenal responden A dari salah seorang teman peneliti yang merupakan teman kuliah responden A.

Responden A adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Responden A tinggal di M bersama dengan orang tuanya dan adik kandungnya, sedangkan kakak

kandungnya berdomisili di Jakarta. Responden A adalah seorang mahasiswi semester 7 Fakultas Ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Medan. Keseharian responden A tidak bekerja, hanya mengikuti perkuliahan saja.

Pertemuan pertama peneliti dengan responden A terjadi pada tanggal 16 Agustus 2008 di sebuah restoran bersama teman responden A dan peneliti. Pertemuan pertama ini sudah dijanjikan terlebih dahulu oleh teman peneliti kepada responden A serta maksud dan tujuan pertemuan ini. Peneliti menjelaskan lebih lengkap mengenai maksud dan tujuan wawancara yang akan dilakukan. Responden A menyatakan bersedia menjadi subjek penelitian ini. Dalam pertemuan pertama ini, peneliti juga melakukan rapport terhadap responden A. Setelah terjadi obrolan sekitar 1 jam, peneliti dan responden menyepakati mengenai waktu dan tempat untuk pertemuan kedua.

Pertemuan kedua dilakukan di rumah responden A, pada hari Rabu tanggal 20 Agustus 2008 pukul 15.00 wib. Proses wawancara berlangsung di sebuah ruangan tempat responden biasanya bersantai. Keadaan ruangan ini sepi tidak terdapat orang lain selain peneliti dan responden A, terasa nyaman dan santai. Awal pertemuan kedua ini tidak langsung terjadi proses wawancara yang sebenarnya, peneliti dijamu oleh responden A dengan segelas minuman dan beberapa makanan ringan. Wawancara dimulai sekitar pukul 15.10 wib. Peneliti tidak terlalu sulit untuk membuat responden merasa nyaman dan aman dengan wawancara ini, karena pada pertemuan pertama sudah dilakukan rapport terhadap responden A.

Awal wawancara langsung disambut oleh responden A dengan jawaban yang cukup terbuka. Responden A menceritakan awal mulanya mengkonsumsi

minuman beralkohol, menceritakan kesehariannya dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan keluarga, bagaimana cara dan sikap responden A ketika sedang menghadapi masalah, hingga cerita mengenai adanya niat dalam dirinya untuk merubah kebiasaannya yang mecandu minuman beralkohol.

Hubungan responden A dengan keluarga tidak terlalu dekat. Komunikasi di antara orang tua terhadap anak-anaknya maupun sesama anggota keluarga sangat jarang terjadi. Keterbatasan dalam hal komunikasi ini juga mempengaruhi sikap dan perilaku responden A setiap hari, khususnya dalam hal kecanduan minuman beralkohol. Responden A mengatakan dirinya merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Kehangatan keluarga sudah tidak pernah lagi dirasakan di dalam rumah. Setiap anggota keluarga memiliki kesibukan masing-masing. Orang tua tidak mengetahui sama sekali kebiasaan responden A yang selalu mengkonsumsi minuman beralkohol.

Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol responden A biasa dilakukan bersama dengan teman-temannya. Biasanya mereka pergi ke suatu kafe atau ke tempat hiburan malam untuk sekedar melewati malam bersama teman untuk bersenang-senang. Kadang-kadang responden A dan teman-temannya juga dapat melakukan kebiasaan mereka meminum minuman beralkohol ini di salah satu rumah teman yang mengundang atau sedang merayakan suatu hal. Selain bersama teman-temannya, responden A juga sering mengkonsumsi minuman beralkohol sendirian di rumah. Responden A dapat dikategorikan dalam golongan sosial ekonomi menengah. Terlihat dari kebiasaannya yang membeli sendiri minuman beralkohol untuk dikonsumsi oleh

diri responden A sendiri, dan harga setiap satu botol minuman beralkohol rata-rata diatas Rp 150.000,-.

Responden A memiliki ambang frustrasi yang rendah. Jika sedang mengalami masalah, cepat merasa putus asa. Pada akhirnya akan meluapkan perasaannya yang sedang emosi dengan cara melampiaskannya ke minum minuman beralkohol. Responden A juga sering kali memendam pikiran ataupun masalah dalam diri sendiri, merasa mampu untuk menyelesaikan semua masalahnya dengan diri sendiri. Selain itu dalam keseharian responden A, juga orang yang cenderung melakukan segala sesuatu dengan diri sendiri tanpa tergantung terhadap orang lain.

IV.A.3. Tahapan Penemuan Makna Hidup pada Responden A IV.A.3.a. Tahap Derita

Penderitaan yang dialami responden A setelah menjadi pecandu alkohol adalah ketika responden A ditinggal oleh sahabat-sahabatnya karena kebiasaan buruknya yaitu mecandu minuman beralkohol. Sahabat-sahabatnya yang pada awalnya tidak mengetahui kebiasaan buruk responden A, perlahan-lahan meninggalkan responden A. Responden A merasa semakin kesepian dan merasa kehilangan orang-orang yang disayanginya.

”Enggak sih. Jadi waktu yang aku diajakin ama temenku untuk minum-minum itu, nah temen akrabku ini emang gak tau, dan aku gak ngasih tau. Soalnya pasti mereka marahin aku tu. Jadi…itu kan prosesnya aku gak langsung jadi ketagihan. Tiap malam makin lama makin sering lah aku keluar ma temen-temen baruku ini, disitu temen akrabku pada sadar ada yang berubah sama aku. Mereka nanyain aku, kok hampir tiap malam sih pergi ma orang itu. Ngapain? Minum-minum kau ya? Gitu mereka nanyanya ke aku. Aku ngaku karena rasanya gak ada ruginya mereka tahu aku minum.”

”Pokoknya mulai hari itu, berlanjut ke besok besoknya, yah satu-satu ilang. Dari yang enggak mau jalan dengan alasan sibuk ini itulah, enggak mau angkat telfon lah. Pokoknya sampai akhirnya lose contact.”

”Aku awalnya ngerasa mbok los lah ama orang itu. Lagian aku ada temen-temen baru, yang lebih asik ya menurutku. Tapi lama-lama kerasa, kayak gak berteman. Soalnya aku bisa nyambungnya ama anak-anak yang minum ini kalau lagi pada minum aja. Selain itu enggak. Terasa lah, kangen ma temen-temenku yang dulu, yang bisa diajakin seneng sedih sama-sama. Jadi yang gak enaklah. Udahlah aku ini gak nyaman ama orang rumah, kasih sayang tak ada, eh malah makin ditinggalin ma orang-orang yang aku sayang.”

Perasaan hampa sering dirasakan oleh responden A, merasa hari-harinya tidak berarti dan terasa monoton dengan kejadian yang setiap hari terulang terus menerus. Tidak tahu harus berbuat apa dan merasa tidak perlu untuk berbuat sesuatu karena pada akhirnya tidak ada satu orangpun yang akan memperhatikannya. Responden A membutuhkan kehadiran dan kasih sayang dari orang tua.

”Apa ya..ya bosan. Blank aja gitu..gak tau apa yang mesti dikerjain, bosen ama hari-hari yang gak ada apa-apanya. Seneng-seneng,biasa aja, gak seneng-seneng amat. Dataaar aja gitu loh…akhirnya aku cari minuman.” (Subjek I/W2/L.../Lampiran A/Hal...)

”Mmm…gak tau ya ini bisa dibilang alasan atau enggak. Aku kadang-kadang ngerasain yang namanya kebosanan, rasanya hari-hari aku ya kok gitu-gitu aja ya, gak ada something yang gimana gitu, yang berarti. Mmm…kayak apa ya bilangnya, kosong gitu, hampa. Iya...kayaknya pas tuh kata-katanya hampa.”

(Subjek I/L.../Lampiran A/Hal...)

Gak tau, have no feeling…gak ada yang bisa dibuat, gak ada yang bisa diajak ngobrol, orang rumah pada gak ada. Tau rasanya gak disayang? Kayak gitulah mungkin kira-kira…

(Subjek I/L.../Lampiran A/Hal...)

Pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut berubah menjadi penghayatan tidak bermakna dalam wujud upaya kompensasi dan kehendak yang berlebihan untuk bersenang-senang mencari kenikmatan. Mencari kenikmatan

tersebut dilakukan responden A dengan cara mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

”Iya…rasa bosan yang gak ketulungan itu memang aku rasain sendiri kok. Itu bukan jadi titik baliknya aku jadi candu ya.. Waktu aku terbiasa dengan kehidupan yang tiap-tiap hari minum terus, makin berkembang jadi yang bisa dibilang candu ama minuman keras, karna rasa bosan itu tadi.”

(Subjek I/W2/L.../Lampiran A/Hal...) IV.A.3.b. Tahap Penerimaan Diri

Dukungan yang diperoleh berdampak pada penerimaan diri responden A. Responden A lebih banyak menerima dukungan sosial dari pacar. Sang pacar selalu bersedia menjadi pendengar yang baik dan memberi responden A pandangan untuk dapat menerima kenyataan bahwa kondisi keluarga dan orang sekitar yang tidak selalu dapat menjadi seperti yang responden A inginkan. Selain itu responden A merasakan kasih sayang yang tulus dari sang pacar.

"Selain itu, dia juga banyak ngebantu aku soal nerima keadaan. Dia ngebantu aku nerima kenyataan, maksudnya gini, situasi keluarga ku yang cukup banyak berdampak negatif ke aku, itu mungkin suatu hal yang buruk ya. Nah dia bantu aku nerima kenyataan yang gak enak kayak gini, dia sering bilang sih ke aku gak mungkin kita hindari semua yang enggak kita pengen, mau gak mau kita harus hadapi. Yah, itu juga yang sekarang buat aku rasanya lebih bisa terima keadaan, gak berontak lagi, gak banyak ngeluh lagi soal apapun lah, mau soal keluarga, temen, atau apa gitu. Lebih bisa nerima keadaan. Tapi, kalau disangkut pautin ama kebiasaan aku minum, tetep belum bisa bo'.. masih kecarian aku kalau dijauhin ama yang kayak gituan.”

(Subjek I/W2/L.../Lampiran A/Hal...)

Responden A saat ini menerima keadaan dirinya sebagai seorang pecandu alkohol. Hanya saja responden A tidak dapat dikatakan menerima segala resiko yang akan muncul akibat dari kecanduan mengkonsumsi minuman beralkohol. Respoden A mengetahui hanya secara garis besar mengenai resiko-resiko yang dapat diakibatkan karena mengkonsumsi minuman beralkohol. Penerimaan diri yang terjadi pada responden A hanya dalam cakupan menerima keadaan dirinya

saat ini sebagai seorang pecandu alkohol dan segala konsekuensinya yang terlihat dan yang mungkin terjadi pada saat ini saja, tidak memikirkan dan menyiapkan diri akan resiko penyakit lain yang kemungkinan muncul.

”Kalau tahu resikonya sih iya…memahami. Tapi kalau sanggup menerima segala resikonya sih enggak. Hanya saja sejauh ini, sampai saat ini aku ya aku terima, aku suka minum minuman beralkohol, aku tahu resikonya. Ya udah sebatas itu aja.”

(Subjek I/L.../Lampiran A/Hal...)

Responden A dapat memahami alasan sahabat-sahabatnya yang dahulu meninggalkan dirinya. Sang pacar memberikan penjelasan bahwa hal itu wajar saja dilakukan oleh sahabat-sahabatnya dulu. Hal itu terjadi karena sikap responden A yang semakin hari semakin tidak menyenangkan yang berakibat menjadi ditinggalkan oleh sahabat yang disayangi. Responden A juga dapat menerima keadaan keluarga yang tidak dapat memberikan kasih sayang dan perhatian yang seperti diinginkan karena sudah menjadi kebiasaan dan bukan suatu hal yang aneh lagi dalam keluarga.

Keluarga tidak mengetahui sama sekali keadaan diri responden A sebagai seorang pecandu alkohol. Baik keluarga inti (orang tua, kakak dan adik) maupun keluarga lainnya (saudara, sepupu). Hal ini terjadi karena komunikasi yang terjadi antara responden A dengan anggota keluarga yang lain tidak terlalu lancar. Sehingga keterbatasan informasi yang didapatkan keluarga khususnya orang tua, membuat orang tua tidak dapat mengontrol keseharian atau kegiatan responden A. Dalam hal ini tidak dapat disimpulkan apakah keluarga menerima atau tidak keadaan diri responden A sebagai seorang pecandu alkohol.

”Ooo…gak, gak tau mereka. Cuman ya biasa aja, gak ada yang gimana-gimana. Intinya sih keluarga gak tau.”

”Pada jarang ketemu sih bisa dibilang. Sama orang tua kalau pagi udah pada pergi kerja semua, adikku juga masih sekolah kan jadi pagi-pagi dah gak ada lagi orangnya. Sedangkan aku bangunnya gak pernah pagi. Hehehehe… Kalau pulang juga, dah pada tidur semua. Yah gitu lah, jarang kali ketemunya. Jadi gak pernah berkomunikasi.”

(Subjek I/L.../Lampiran A/Hal...)

Komponen perubahan sikap dalam tahap penerimaan diri ini juga terlihat dalam diri responden A. Hadirnya niat untuk mengurangi kuantitas mengkonsumsi minuman beralkohol pada diri responden A merupakan awal dari proses perubahan sikap.

”Kadang ada niat, tapi gini ya…susah juga ya. Yang paling susah ya ngelawan diri sendiri kan. Kadang emang pengen berhenti, dikurangi. Tapi balik lagi, susah…..susah realisasinya. Mungkin suatu saat ada lah.” (Subjek I/L.../Lampiran A/Hal...)

”Yang udah aku lakuin sekarang belum banyak ya…kayak niat, niat aku berhenti minum itu kan juga salah satu yah bisa dibilang proses menuju yang lebih baik kan. Trus berusaha, maksudnya liat temen-temen yang udah berhenti minum, juga pengen jadi seperti itu. yah gitu lah..”

(Subjek I/L.../Lampiran A/Hal...)

Selain niat yang merupakan awal dari sebuah proses perubahan sikap, responden A juga mengalami perubahan sikap dalam hal ibadah. Saat ini responden A merasa lebih banyak melakukan kegiatan ibadah atau sholat dibandingkan sebelumnya.

”Apa ya….beribadah bisa gak? Hehehehe…iya, aku belakangan ini lebih sering sholat dibandingin dulu. Tetep gak lengkap sih dalam satu hari, tapi daripada enggak ada sama sekali kan lebih bagus…hahahaha….”

(Subjek I/L.../Lampiran A/Hal...)

Perubahan sikap lainnya juga dilakukan oleh responden A yaitu mencoba merubah sikap yang tidak menyenangkan terhadap orang lain menjadi lebih baik. Perubahan sikap yang ditunjukkan responden A adalah mencoba untuk menjalin persahabatan kembali bersama sahabat-sahabatnya yang dulu meninggalkannya.

”Hal pertama yang aku lakuin itu adalah menelfon teman lamaku satu per satu. Ajakin mereka ketemuan, terus kita ngobrol lamaaa kali. Kangen kan dah lama gak ketemu. Terus aku juga minta maaf sama mereka. Mereka maafin aku. That's it.”

IV.A.3.c. Tahap Penemuan Makna Hidup IV.A.3.c.1. Nilai Kreatif (creative values)

Menjalani perkuliahan dan berencana untuk secepatnya menyelesaikan pendidikan merupakan keinginan responden A. Eesponden A adalah seorang pecandu minuman beralkohol, namun ia tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang anak dan pelajar untuk menjalani proses pendidikan di bangku kuliah yang saat ini sedang dijalani.

”Terus kuliah…. Aku emang suka minum, tapi aku tetep jalani kewajiban, aku tetep kuliah, masih aktif. Walaupun kadang suka gak masuk, abisnya kan malamnya sering pulang pagi, kan masih ngantuk. Cuman aku sering maksain juga sih masuk kuliah…”

(Subjek I/L..../Lampiran A/Hal...)

”Di ekonomi…sekarang dah semester 7. Lagi ngajuin judul juga sih, buat skripsi. Mudah-mudahan lah ntar lagi bisa selesai kuliahnya. Soalnya target ku paling gak tahun depan udah selesai lah semuanya. Harus bisa selesai.”

(Subjek I/L.../Lampiran A/Hal...)

Penerapan nilai kreatif pada diri responden A bukan hanya dalam hal menjalani kewajibannya sebagai anak dan pelajar saja. Responden A merasa daripada ia menyusahkan orang lain, lebih baik ia melakukan sesuatu untuk membantu orang lain. Selain itu, responden A merasa dengan mengisi hari-harinya dengan kegiatan positif, akan membantunya mengurangi waktu dan keinginan untuk mengkonsumsi minuman beralkohol. Responden A kadang-kadang ikut bekerja dengan sebuah event organizer milik temannya sebagai

freelancer. Hal ini memang tidak selalu dilakukannya setiap hari karena bukan bekerja sebagai pegawai, dalam arti responden A hanya bersifat membantu bekerja jika diperlukan saja. Oleh sebab itu, kebiasaan responden A mengkonsumsi minuman beralkohol belum dapat benar-benar hilang dari kehidupannya.

”Iya…jadi temenku itu kerjanya di event organizer gitu. Kadang-kadang aku suka ikut kerja itung-itung bantu temen juga sih. Tapi itu bisa dibilang kerja gak ya? Soalnya kan gak ada jam kerjanya yang tetep gitu, freelance aja. Lagian kadang bagus juga, daripada akunya bengong-bengong aja kesana kemari, gak jelas, buntut-buntutnya ya itu tadi jadi ngerasa bosen, trus minum lagi. Hehehe...kadang akal sehat ku masih jalan juga..Yah itung-itung, bagusan aku bantu orang daripada nyusahin orang lain kan..” (Subjek I/L...-L.../Lampiran A/Hal...)

IV.A.3.c.2. Nilai Bersikap (attitudinal values)

Kesadaran ketika responden A menyaksikan langsung di depan mata, seorang teman laki-lakinya menggelepar hingga tak sadarkan diri karena terlalu banyak minum minuman beralkohol dan mencampurnya dengan zat lain, membuat responden A berfikir untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol lagi. Niat itu muncul karena responden A membayangkan jika dirinya mengalami hal yang sama.

”Iya…kenapa aku bisa terlintas dan punya niat untuk berhenti minum itu karena waktu itu, waktu bulan 2 itu, aku sama temen-temen ku lagi party. Kalo gak salah sih itu pas lagi ada temen ku ngadain acara kayak farewell party gitu, soalnya dia mau pindah ke luar kota. Jadi tu acara pokoknya dalamnya tu orang mabuk semua. Uhh...aku agak ngeri juga kalo inget itu. Hehehe... Jadi ada 1 orang, laki-laki, aku gak kenal-kenal kali sih, tapi tau la. Jadi dia kebanyakan minum, overdosis. Kayaknya dia nyampurin apa lah gitu ke minumannya, jadi di tengah-tengah orang rame, tiba-tiba dia jatuh terus kayak menggelepar gitu. Aduuhh…serem lah. Pokoknya abis malam itu, aku kepikiran aja, takut kalo nanti aku kayak gitu pula. Dari situlah muncul niat aku untuk berhenti minum. Tapi...ya gitu deh. Hehehe..masih belum bisa sampe sekarang.”

Niat berhenti untuk mengkonsumsi minuman beralkohol lagi memang ada dalam benak responden A, namun belum dapat merubah perilaku responden A yang masih mengkonsumsi minuman beralkohol hampir setiap hari hingga saat ini. Ketika niat itu terlintas dalam pikiran dan ia dapat memahami dan meyakini manfaatnya, ia mampu mengurangi frekuensi mengkonsumsi minuman beralkohol. Ketika responden A merasakan kehampaan ataupun sedang mengalami masalah, ia akan kembali ke kebiasaannya mengkonsumsi minuman beralkohol, baik bersama teman-temannya maupun sendirian.

”Kadang ada niat, tapi gini ya…susah juga ya. Yang paling susah ya ngelawan diri sendiri kan. Kadang emang pengen berhenti, dikurangi. Tapi balik lagi, susah…..susah realisasinya. Mungkin suatu saat ada lah.” (Subjek I/L.../Lampiran A/Hal...)

Dokumen terkait