• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Metode Perhitungan Production/Service Cost

2.2.1 Activity Based Costing

1. Pendekatan penyerapan (sepenuhnya)

Pendekatan ini merupakan penekanan biaya menurut fungsinya, dimana pokok biaya meliputi biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya administrasi dan umum digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan mark up. Berikut ini rumus yang digunakan dalam penentuan mark up dengan pendekatan penyerapan (sepenuhnya):

% Mark up =

(2.7)

2. Pendekatan Kontribusi

Pendekatan ini melibatkan penekanan biaya menurut perilakunya, dimana pokok biaya yang terlibat meliputi biaya variabel yang melekat pada produk (termasuk biaya produksi, penjualan, dan administrasi variabel). Biaya tetap digunakan sebagai pertimbangan penentuan nilai mark up. Berikut ini rumus yang digunakan dalam penentuan mark up dengan pendekatan kontribusi:

% Mark up =

(2.8)

2.2 Metode Perhitungan Production/Service Cost

2.2.1 Activity Based Costing

2.2.1.1Pengertian Activity Based Costing

Berikut ini merupakan definisi Activity Based Costing menurut beberapa ahli. Menurut Hilton (2003), Activity Based Costing sebagai sistem perhitungan biaya yang berusaha memperbaiki sistem perhitungan tradisional yang menekankan pada aktivitas sebagai objek biaya dasar. Biaya biaya yang tidak dapat dibebankan langsung kepada produk bisa dibebankan pada aktivitas aktivitas dan biaya biaya pada masing masing aktivitas tersebut dibebankan kepada produk berdasarkan proporsi konsumsi produk tersebut pada masing masing aktivitas.

Selanjutnya, Franklin (2006) memiliki definisi lain yaitu Activity Based Costing merupakan suatu pendekatan akuntansi biaya yang membebankan biaya resource kepada objek biaya seperti produk atau jasa berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya.

28

Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman bahwa produk atau jasa perusahaan merupakan hasil dari sejumlah aktivitas. Aktivitas aktivitas tersebut membutuhkan sejumlah resource, dimana resource tersebut membutuhkan biaya tertentu.

Sedikit berbeda dengan sebelumnya, Akyol et al (2007) mendefiniskan Activity Based Costing sebagai suatu konsep akuntansi dimana dalam memproduksi sebuah produk membutuhkan sejumlah aktivitas dimana setiap aktivitas mengonsumsi sumber daya dengan kategori yang berbeda beda. Total biaya dari suatu produk sama dengan biaya raw material ditambah jumlah biaya dari semua aktivitas yang member nilai tambah dalam memproduksi suatu produk.

Lebih lanjut Hicks (1992) menjelaskan bahwa Activity Based Costing (ABC) yaitu suatu konsep akuntansi biaya yang didasarkan pada pemahaman bahwa produk mengkonsumsi aktivitas dan aktivitas menimbulkan biaya. Dalam sistem biaya ABC biaya yang tidak dapat dialokasikan secara langsung kepada produk. Selanjutnya tujuan dari metode Activity Based Costing menurut Dewi dan Kristianto (2013) adalah mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilakukan pada organisasi dan mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk/jasa sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk. Manfaat dari Activity Based Costing ini adalah memperbaiki kualitas pembuatan keputusan, menyediakan informasi biaya berdasarkan aktivitas sehingga memungkinkan manajemen melakukan manajemen berbasis aktivitas dan perbaikan berkesinambungan terhadap aktivitas untuk mengurangi biaya overhead pabrik.

2.2.1.2Terminologi pada Metode Activity Based Costing

Terminologi penting yang harus dimengerti dalam melakukan perhitungan metode Activity Based Costing adalah:

1. Activity

Menurut Benjamin (2006) aktivitas adalah suatu tindakan yang harus dikerjakan. Aktivitas dapat berupa tunggal atau beberapa tindakan. Misalnya memindahkan inventory dari workstation A ke workstation B membutuhkan hanya satu tindakan.

2. Resource

Menurut Benjamin (2006), resource merupakan elemen ekonomi yang dibutuhkan atau dikonsumsi untuk melakukan suatu aktivitas. Misalnya gaji karyawan dan biaya lainnya merupakan resource yang dibutuhkan pada kegiatan jasa.

29 Cost object menurut Benjamin (2006) merupakan item terakhir yang dimana semua biaya terakumulasi. Dapat berupa produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan untuk dijual kepada konsumen.

4. Driver

Menurut Dewi dan Kristanto pada buku Akuntansi Biaya (2013) perhitungan harga pokok produksi dengan metode Activity Based Costing dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik disebut sebagai pemicu atau driver. Pemicu sumber daya merupakan dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek biaya akhir lainnya. Menurut Matz dan Usry (1980) cost driver atau pemicu biaya merupakan faktor yang digunakan untuk mengukur bagaimana suatu biaya terjadi atau dapat dikatakan juga sebagai cara untuk membebankan biaya pada aktivitas atau produk. Penentuan atau pengukuran cost driver ditentukan berdasarkan pembebanan biaya resource terhadap aktivitas dan pembebanan biaya aktivitas terhadap objek biaya karena cost driver berhubungan dengan perubahan biaya.

5. Cost Pool

Menurut Benjamin (2006) cost pool merupakan sekelompok biaya yang memiliki karakteristik yang sama. Karakteristik ini berkaitan dengan aktivitas yang sama, untuk maksud pembebanan biaya ke produk/jasa.

2.2.1.3Kelebihan dan Kekurangan Activity Based Costing

Berikut ini merupakan kelebihan metode Activity Based Costing menurut beberapa para pakar.

1. Metode Activity Based Costing menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat (Akyol, 2007).

2. Dengan menggunakan metode Activity Based Costing, aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi aktivitas yang memberikan nilai tambah dan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah sehingga dapat meningkatkan performansi sistem dengan mengeliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (Akyol, 2007).

3. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area tanggung jawab manajerial, dan juga biaya produk (Nurhayati, 2004).

4. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya

30

tersebut adalah berbasis transaksi (transaction based) daripada berbasis volume produk (Nurhayati, 2004).

Selain memiliki kelebihan, Activity Based Costing juga memiliki beberapa kekurangan, berikut ini kekurangan dari Activity Based Costing menurut Benjamin (2006):

1. Membutuhkan pengumpulan data yang relatif banyak

2. Sulit untuk memonitor semua aktivitas dalam suatu proses kerja

3. Biaya yang dikeluarkan untuk mengimplementasikan metode Activity Based Costing lebih mahal

4. Hanya berorientasi kepada keputusan jangka panjang, tidak melihat unsur keputusan jangka pendek.

2.2.1.4Perbandingan Metode Activity Based Costing dengan Perhitungan Tradisional

Berikut ini secara singkat perbandingan antara sistem perhitungan biaya tradisional dengan sistem biaya Activity Based Costing tertera dalam Tabel 2.2 dibawah ini:

Tabel 2.2 Perbandingan Metode Activity Based Costing dengan Perhitungan Tradisional

Activity Based Costing Perhitungan Tradisional

Biaya produk ditentukan berdasarkan pada aktivitas

Biaya produk ditentukan berdasarkan penggunaan sumber daya

Memfokuskan pada faktor biaya, mutu, dan waktu

Fokus pada performansi keuangan jangka pendek dan laba

Menggunakan dasar pemicu aktivitas atas beberapa level atau tingkatan

Lebih menekankan pada penggunaan volume atas dasar alokasi

Lebih berorientasi pada proses Lebih berorientasi pada struktur

Sumber: Actvity Based Costing untuk Manufaktur dan Pemasaran, Amin Widjaja, 2000

Berikut ini penjelasan perbandingan antara sistem perhitungan biaya tradisional dengan sistem biaya Activity Based Costing yang dikemukakan oleh Widjaya (2000) dalam bukunya

“Activity Based Costing untuk manufakturing dan pemasaran”.

1. Sistem biaya Activity Based Costing menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya (cost driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk/jasa. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non representatif.

31 2. Sistem biaya Activity Based Costing memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya tradisional hanya terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.

3. Sistem biaya Activity Based Costing memerlukan masukan dar seluruh departemen, persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.

4. Sistem biaya Activity Based Costing memililki kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu Activity Based Costing dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilangkan biaya aktual apabila kebutuhan muncul.

Dokumen terkait