• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adanya penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida Pengendalian hama merupakan upaya manusia untuk mengusir,

menghindari dan membunuh secara langsung maupun tidak langsung terhadap spesies hama. Pengendalian hama tidak bermaksud memusnahkan spesies hama, melainkan hanya menekan sampai pada tingkat tertentu saja sehingga secara ekonomi dan ekologi dapat dipertanggungjawabkan. Falsafah pengendalian hama yang digunakan adalah Pengelolaan/Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT tidak pernah mengandalkan satu taktik pengendalian saja dalam memcahkan permasalahan hama yang timbul, melainkan dengan tetap mencari alternatif pengendalian yang lain.

Beberapa taktik pengendalian hama yang dikenal meliputi: taktik pengendalian secara mekanis, fisis, hayati, dengan varietas tahan, mengatur pola tanam, sanitasi dan eradikasi, dan cara kimiawi. Penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida dilaksanakan secara rutin. Kegiatan penyuluhan pengendalian hama terpadu maupun penggunaan pestisida yang ramah lingkungan dilaksanakan oleh petugas penyuluh pertanian pada masing – masing kecamatan, baik kepada kelompok tani maupun pembinaan lapangan pada petani. Disamping itu juga telah dilakukan Demplot pada tiap – tiap kecamatan.

Pengendalian hama terpadu pada awalnya muncul akibat penggunaan pestisida kimia yang berlebihan pada pertanian. Setelah pesitsida sintetis dikembangkan banyak kalangan yang berpendapat bahwa masalah hama telah

24

hanya dapat ditemukan di museum. Pestisida sintetis semakin dikembangkan dan penggunaannya semakin luas yang mengakibatkan timbulnya resistensi, residu yang berbahaya bagi kesehatan manusia, munculnya hama baru, dan pencemaran terhadap lingkungan.

Penggunaan pestisida pertanian berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi pengguna, konsumen, lingkungan, serta dampak sosial ekonomi. Oleh karena itu, Penggunaan pestisida harus dilakukan secara hati-hati. Tujuan penggunaan pestisida harus ditekankan untuk menurunkan populasi hama, menghentikan serangan penyakit, dan mengendalikan gulma agar keberadaanya tidak menyebabkan kerugianekonomis atau bisa menekan kehilangan hasil pertanian

Pestisida tidak dimaksudkan untuk menaikan produksi tanaman, tidak pula untuk menyuburkan tanaman. Jika produksi tanaman yang diperlakukan dengan pestisida lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi aplikasi pestisida, hal tersebut merupakan konsekuensi logis. Sebagai contoh, jika petak yang tidak mendapatkan aplikasi pestisida sebagian hasilnya hilang kareana dirusak OPT, petak yang mendapatkan aplikasi pestisida mengeluarkan hasil yang normal.

Memang ada beberapa bahan aktif pestisida memiliki efek fitotonik seperti pada beberapa senyawa triazole. Namun, efek ini harus dianggap sebagai efek samping saja, bukan tujuan utama penggunaan pestisida. Untuk menghindari atau menekan hal-hal yang tidak diinginkan, penggunaan pestisida pertanian sebaiknya memperhatikan tiga prinsip berikut:

1. Digunakan secara legal artinya penggunaan pestisida tidak boleh bertentangan dengan peraturan atau perundangan yang berlaku di Indonesia

2. Digunakan secara benar harus sesuai dengan rekomendasi dari pembuatnya atau lembaga yang berwenang. Selain itu, pengguna juga harus memperhatikan syarat-syarat teknis sesuai dengan metode aplikasi yang digunakan. Pestisida yang digunakan harus mampu menampilkan efikasi biologisnya yang optimal.

Efikasi biologis (biological efficacy) adalah kemampuan pestisida untuk mengendalikan OPT sasaran seperti yang dicantumkan dalam label atau petunjuk penggunaan. Penggunaan secara benar bertujuan untuk mengefektifkan kerja pestisida

3. Digunakan secara bijaksana harus sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu mengendalikan OPT. Penggunaan pestisida yang bijaksana adalah penggunaan pestisida yang lebih rasional, lebih mengedepankan akal sehat daripada emosi.

Dalam pelaksanannya, pengguna perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Penggunaan pestisida yang bijaksana tidak berdampak negatif bagi keselamatan pengguna, konsumen, dan kelestarian lingkungan

25

 Pengguna pestisida yang bijaksana sejalan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

 Penggunaan pestisida yang bijaksana seharusnya mengikutsertakan manajemen resistensi untuk mencegah atau menunda terjadinya resistensi OPT terhadap pestisida

 Penggunaan pestisida yang bijaksana juga berati penggunaan pestisida yang tidak berlebihan dan ekonomis

Kegiatan Gerdal Tikus dan Wereng oleh Kelompok Tani

Penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida dilaksanakan secara rutin. Kegiatan penyuluhan pengendalian hama terpadu maupun penggunaan pestisida yang ramah lingkungan dilaksanakan oleh penyuluh pertanian lapangan bersama-sama dengan mantri tani dan petugas pengendali organisme pengganggu tanaman yang ada pada masing – masing kecamatan di kabupaten trenggalek, baik kepada kelompok tani (Poktan) maupun Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Kegiatan gerakan pengendalian OPT (Organisasi Pengganggu Tanaman) secara rutin dilaksanakan melalui penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida. (Data Terlampir)

Kegiatan Festival Pertanian Kabupaten Trenggalek

26 kelompok tani)

Ketahanan pangan masyaratkan terwujudnya secara simultan ketersediaan pangan yang cukup dan merata di seluruh wilayah, sekaligus kemampuan setiap rumah tangga mengkonsumsi pangan yang cukup untuk hidup sehat dan produktif.

Untuk itu, pembangunan ketahanan pangan antara lain harus mencakup peningkatan kapasitas penyediaan pangan dalam rangka memenuhi kebutuhan penduduk yang terus berkembang sekaligus peningkatan kemampuan akses rumah tangga terhadap pangan yang cukup, baik dari produksi sendiri maupun dari pasar/membeli. Disamping itu, pembangunan ketahanan pangan juga mencakup upaya membangun kemandirian pangan, yaitu memenuhi kebutuhan pangan dengan mengoptimalkan sumber daya domestik agar dalam pemenuhan pangan pokoknya tidak tergantung pihak lain.

Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat merupakan kegiatan dalam rangka meningkatkan kemampuan Gapoktan di wilayah sentra produksi padi agar mampu membantu anggotanya dalam mendistribusikan/

memasarkan/mengolah hasil produksi pangannya disaat menghadapi panen raya dan mampu menyediakan pangan bagi kebutuhan anggotanya disaat menghadapi paceklik. Pada umumnya disaat panen raya bersamaan dengan datangnya musim hujan, dimana petani mengalami kesulitan untuk mengeringkan gabah sehingga mereka menjual kepada pelepas uang dengan harga yang sangat murah. Dampaknya harga gabah/beras di tingkat petani jatuh sehingga petani sebagai produsen pangan selalu berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Sedangkan di sisi lain petani disaat mereka tidak mempunyai panen (saat paceklik), maka petani akan menjadi konsumen, sehingga mereka membutuhkan akses terhadap pangan untuk kebutuhan anggota keluarganya.

Mengingat petani selalu berada pada posisi yang kurang menguntungkan di saat menghadapi panen maupun menghadapi paceklik, Pemerintah Kabupaten Trenggalek telah memfasilitasi dan mendorong petani untuk tidak berjalan sendiri-sendiri tetapi dapat membangun kebersamaan dalam bentuk kumpulan petani dalam satu kelompok tani (Poktan) ataupun bergabung dalam bentuk gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dengan adanya kesamaan kepentingan dan kesamaan masalah yang dihadapi, sehingga mereka mempunyai kekuatan yang sama untuk meningkatkan posisi tawar khususnya dalam mendistribusikan hasil panennya pada saat panen raya maupun mengembangkan jejaring pemasaran dengan mitra usahanya sehingga dapat memberikan keuntungan bagi Gapoktan dan anggotanya. Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat pemerintah mendorong Gapoktan agar mampu memberdayakan seluruh sumberdaya yang dimiliki dalam upaya meningkatkan daya saing dan pendapatan serta kesejahateraan anggota.

27

Kegiatan Panen Raya dan Pelatihan Budidaya Tanaman Untuk Kelompok Tani

Bagi petani-petani yang berada dalam wadah Gapoktan, dapat terpenuhi kebutuhan pokok pangannya jika mereka memerlukan. Hal ini mengingat dalam aktivitas kegiatan LDPM terdapat usaha pengembangan cadangan pangan untuk tujuan memudahkan petani anggota mengakses pangan, khususnya pada saat paceklik. Melalui pendekatan ini para anggota petani mampu memenuhi kebutuhan hidup yang paling mendasar untuk dapat menjalankan kehidupan sehari-hari menjadi lebih produktif. Disisi lain, diharapkan Gapoktan mampu memberdayakan unit usahanya agar mampu membeli gabah/beras/ terutama dari hasil produksi petani anggotanya dengan harga serendah-rendahnya sesuai dengan HPP.

Lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat (Koperasi, Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dan Kelompok Tani (POKTAN). Lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat berfungsi dengan baik. Lembaga terkait meliputi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Koperasi Tani, Kios Usaha Tani, pertokoan maupun pasar. (Data Terlampir)

Dokumen terkait