• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKATOR PENYELENGGARAAN KABUPATEN/KOTA SEHAT. Tatanan : 5 Ketahanan Pangan Dan Gizi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INDIKATOR PENYELENGGARAAN KABUPATEN/KOTA SEHAT. Tatanan : 5 Ketahanan Pangan Dan Gizi"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

0

INDIKATOR PENYELENGGARAAN KABUPATEN/KOTA SEHAT

Tatanan : 5

Ketahanan Pangan Dan Gizi

TAHUN 2021

(2)

1

Tabel. Indikator Khusus Tatanan 5. Ketahanan Pangan dan Gizi

NO

TATANAN

SCORE NILAI

Usulan NILAI

Dokumen *CATATAN NILAI

Verifikasi *CATATAN INDIKATOR KHUSUS

5 KETAHANAN PANGAN (1.200)

1

Adanya regulasi yang mengatur ketahanan pangan dan gizi

100 100 Perda Kabupaten Trenggalek Nomor 19 Tahun 2013 tentang

Ketahanan Pangan

a. Berdasarkan/dituangkan dalam Peraturan Daerah 100 b. Berdasarkan/dituangkan dalam Peraturan Kepala Daerah 50 c. Berdasarkan/dituangkan dalam Instruksi/Keputusan Kepala

Daerah/Surat Edaran 25

d. Tidak ada regulasi 0

2

Meningkatnya produksi tanaman pangan

100 100

Produksi padi tahun 2020 sebesar 164.784 ton meningkat dibandingkan produksi padi tahun 2019 sebesar 163.807 ton. Hal ini disebabkan karena tercukupinya air dengan lebih baik. Produksi jagung tahun 2020 sebesar 104.260 ton mengalami penurunan disebabkan adanya peralihan komoditas tanaman pangan (porang) di lahan kering.

Produksi kedelai tahun 2020 sebesar 1.721 ton mengalami penurunan dikarenakan adanya peralihan ke komoditas jagung di lahan sawah. Produksi kacang tanah tahun 2020 sebesar 1.928 ton menurun karena beralih ke komoditas

a. Meningkat 100

(3)

2

b. Sama dengan tahun sebelumnya 50

Produksi ubi kayu tahun 2020 sebesar 135.206 ton menurun karena adanya peralihan komoditas tanaman pangan lain/ janggelan (hortikultura).

Produksi kacang hijau tahun 2020 sebesar 453 ton meningkat karena adanya bantuan pemerintah berupa benih. Produksi ubi jalar tahun 2020 sebesar 2.331 ton

meningkat karena adanya uji varietas di Kecamatan Dongko.

c. Menurun 0

3

Tersedianya cadangan pangan dan lumbung pangan di

masyarakat

100 100

Jumlah lumbung pangan di masyarakat sebanyak 39 unit dan sarana pendukung berupa:

lantai jemur 5 unit, rumah RMU 1 unit, dan RMU 1 unit.

Lumbung pangan masyarakat yang tersedia dan berfungsi baik jumlahnya 32 unit, sedangkan 7 unit tersedia tapi tidak

berfungsi.

a. Tersedia dan berfungsi dengan baik 100

b. Tersedia tetapi tidak berfungsi 50

c. Tidak tersedia 0

4 Ketersediaan pangan (diambil dari neraca bahan makanan): 100 100

Ketersediaan pangan per kapita tahun 2020 untuk ketersediaan energi sebesar 5.840,86

kkal/kap/hr, ketersediaan protein sebesar 147,21 gr/kap/hr. Sedangkan

(4)

3

a. Energi Lebih besar sama dengan 2.400 Kkal/perkapita/hari 100

ketersediaan pangan per kapita tahun 2019 untuk ketersediaan energi sebesar 6.328

kkal/kap/hr, ketersediaan protein sebesar 122,95 gr/kap/hr. Secara umum ketersediaan energi dan protein pada tahun 2020 sudah terpenuhi, akan tetapi apabila dibandingkan dengan tahun 2019 mengalami penurunan baik ketersediaan energi dan protein. Sesuai WNPG X tahun 2012 besaran AKG ketersediaan energi sebesar 2.400

kkal/kap/hr dan protein sebesar 63 gr/kap/hr.

b. Energi 2.150 sampai dengan 2.400 Kkal/perkapita/hari 50

c. Energi kurang dari 2.150 Kkal/perkapita/hari 0

5

Adanya kasus keracunan pestisida pada petani

100 100

Dalam kurun waktu tahun 2019 sampai tahun 2020 tidak ada kasus keracunan pestisida pada petani. Melalui intensifikasi pembinaan pada kelompok tani tentang penggunaan bahan pembasmi hama (pestisida) yang ramah lingkungan dan aman serta gerakan pengendalian hama oleh kelompok tani maka para petani lebih bijaksana dalam pemakaian pestisida.

(Data Terlampir)

a. Tidak ada 100

b. Ada dan menurun dari tahun sebelumnya 50

c. Ada dan meningkat dari tahun sebelumnya 0

(5)

4

6

Adanya penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan

pestisida

100 100

Penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida dilaksanakan secara rutin. Kegiatan penyuluhan pengendalian hama terpadu maupun penggunaan pestisida yang ramah lingkungan dilaksanakan oleh penyuluh pertanian lapangan bersama- sama dengan mantri tani dan petugas pengendali organisme pengganggu tanaman yang ada pada masing – masing

kecamatan di kabupaten trenggalek, baik kepada

kelompok tani (Poktan) maupun Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Kegiatan gerakan pengendalian OPT (Organisasi Pengganggu Tanaman) secara rutin dilaksanakan melalui penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida. (Data Terlampir)

a. Ada dan rutin 100

b. Ada dan kadang-kadang 50

c. Tidak ada 0

7

Berfungsinya lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat

(koperasi, kelompok tani)

100 100

Lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat (Koperasi, Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dan Kelompok Tani (POKTAN). Lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat berfungsi dengan baik. Lembaga terkait meliputi Gabungan

a. Ada dan berfungsi 100

(6)

5

b. Ada dan tidak berfungsi 50

Kelompok Tani (Gapoktan), Koperasi Tani, Kios Usaha Tani, pertokoan maupun pasar. (Data Terlampir)

c. Tidak ada 0

8

Adanya program pertanian organic oleh pemerintah dan

masyarakat

100 100

Program pertanian organik diintensifkan di Kabupaten Trenggalek baik oleh pemerintah maupun masyarakat melalui pemanfaatan pupuk organik maupun penggunaan pestisida ramah lingkungan. Disamping itu juga optimalisasi

pembudayaan kompos yang berasal dari sampah kandang, dapur maupun limbah tanaman lainnya. Program pertanian organik telah lama

diimplementasikan di

Kabupaten Trenggalek, yaitu di Desa Cakul dan Desa

Salamwates Kecamatan Dongko yaitu dengan mengembangkan padi organik. Luas area

pertanian organik dalam kurun waktu tahun 2019 sampai tahun 2020 yaitu 17,0 Ha di Desa Cakul dan 1,30 Ha di Desa Salamwates. Produksi padi organik pada tahun 2020

a. Ada dan luas areanya meningkat 100

b. Ada dan luas areanya tetap 50

(7)

6

c. Tidak ada 0

Cakul 94.905 kg dan 5.460 kg di Desa Salamwates. (Data Terlampir)

9

Persentase desa/kelurahan yang memiliki kelompok masyarakat yang mengelola PMT lokal untuk pemenuhan gizi pada balita dan

ibu hamil KEK

100 100

Terdapat 157 desa di Kabupaten Trenggalek yang mana melalui Program Gerbang Angkasa Biru (Gerakan Perbaikan Gizi dan Pendampingan Upaya Akselerasi Penurunan Angka Kematian dan Kesakitan Ibu dan Bayi Baru Lahir) setiap desa memiliki kelompok yang mengelola PMT lokal untuk pemenuhan gizi pada balita dan ibu hamil KEK atau 100%

a. > 80% 100

b. 60% - 80% 75

c. 30% - 59% 50

d. < 30% 0

10

Persentase bayi yang mendapatkan Asi Eksklusif

100 100

bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif pada tahun 2019 sebanyak 63,2% sedangkan tahun 2020 sebanyak 79,5%

sehingga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya (Data Terlampir)

a. > 80% 100

b. 60% - 80% 75

c. 30% - 59% 50

d. < 30% 0

11 Persentase balita yang mengikuti program suplementasi kapsul vitamin A

untuk anak 6-59 bulan 100 100 balita yang mengikuti program

suplementasi kapsul vitamin A

untuk anak 6-59 bulan pada

(8)

7

a. > 90% 100 tahun 2019 sebanyak 97%

sedangkan tahun 2020 sebanyak 95,7% sehingga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dikarenakan adanya pandemi Covid-19 (Data Terlampir)

b. 71%-90% 50

c. 50%-70% 25

d. <50% 0

12

Persentase Desa/Kel yang melaksanakan gerakan keluarga sadar

gizi

100 100

Desa/Kelurahan yang

melaksanakan gerakan keluarga sadar gizi sebanyak 157

desa/kelurahan atau 100%

(Data Terlampir)

a. > 80% 100

b. 60% - 80% 75

c. 30% - 59% 50

d. < 30% 0

TOTAL

1.200

1.200

(9)

8

PEMBAHASAN INDIKATOR KHUSUS TATANAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan Pangan dan Gizi bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, memenuhi kecukupan Gizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk mewujudkan Status Gizi yang baik agar dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Di dalam mewujudkan ketahanan pangannya, setiap negara memiliki konsep yang unik tergantung dari kondisi masing-masing negara. Indonesia sebagai negara dengan kondisi wilayah geografis, sosial, budaya, ekonomi, dan penguasaan terhadap teknologi yang khas; seharusnya mampu membangun sistem ketahanan pangan yang tidak hanya unik tapi juga kokoh dan mengakar. Untuk itu, diperlukan suatu upaya yang menyeluruh untuk membangun ketahanan pangan sesuai dengan kondisi Indonesia.

Strategi yang dapat digunakan meliputi pemantapan ketersediaan pangan dengan basis kemandirian yang berkedaulatan dengan mengutamakan potensi lokal mulai dari penyediaan input hingga industri pengolahan akhir, peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan, peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang berbasis pada pangan lokal, peningkatan status gizi masyarakat, serta peningkatan mutu dan keamanan pangan.

Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Pemerintah No 17/2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi sebagai pelaksana UU No 18/2012 tentang Pangan. PP yang diteken dan diundangkan 19 Maret 2015 ini mengatur cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan pemerintah daerah, penganekaragaman pangan dan perbaikan gizi masyarakat, kesiapsiagaan krisis pangan dan penanggulangannya, distribusi pangan serta perdagangan dan bantuan pangan, pengawasan, sistem informasi pangan gizi dan peran serta masyarakat.

Ketahanan pangan merupakan salah satu isu utama upaya peningkatan status gizi masyarakat yang paling erat kaitannya dengan pembangunan pertanian. Situasi produksi pangan dalam negeri serta ekspor dan impor pangan akan menentukan ketersediaan pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan di tingkat wilayah. Sementara ketahanan pangan pada tingkat rumahtangga, akan ditentukan pula oleh daya daya beli masyarakat terhadap pangan. Keberhasilan tumbuh kembang pada masa kanak-kanak menentukan kualitas sumberdaya manusia yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap keberhasilan pemba- ngunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, diantaranya faktor gizi, kesehatan dan praktek pengasuhan (caring) yang terkait satu sama lain. Anak balita merupakan kelompok penduduk yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi.

Ketahanan pangan keluarga merupakan kemampuan keluarga untuk memenuhi

(10)

9

kebutuhan pangan anggota rumah tangga dari segi jumlah, mutu, dan ragamnya sesuai dengan budaya setempat. Sedangkan ketahanan pangan keluarga tercermin dari ketersediaan, kemampuan daya beli, dan keterjangkauan keluarga dalam memenuhi pangan. Ketersediaan pangan keluarga akan dipengaruhi oleh faktor keterjangkauan (jarak) dan kemampuan daya beli keluarga terhadap bahan makanan. Bila keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menyediakan makanan karena jarak tepuh untuk mendapatkan makanan tidak terjangkau atau tidak mampu membeli karena segi ekonomi, maka keluarga tersebut dikatakan tidak tahan pangan. Kondisi ketahanan pangan yang menurun, akan berakibat pada kurangnya pemenuhan gizi anggota keluarga.

Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Trenggalek Tahun 2015-2025 dan juga prioritas Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek periode 2016-2021 (Dr. Emil Elestianto Dardark, M.Sc dsan H. Mochamad Nur Arifin). Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu sasaran pengembangan wilayah di bagian selatan Jawa Timur yang diduga penganekaragaman penyediaan pangan (Pola Pangan Harapan) di beberapa kecamatannya masih rendah. Skor Pola Pangan Harapan di Kabupaten Trenggalek tergolong rendah, dengan skor Pola Pangan Harapan tertinggi adalah Kecamatan Bendungan yaitu sebesar 61.18. Beberapa kecamatan di Kabupaten Trenggalek juga masih perlu ditingkatkan potensi ketahanan pangannya.

Penjabaran Misi Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek terkait Ketahanan Pangan dan Gizi

MISI 2 : Meningkatkan pembangunan sektor pertanian serta memberikan perlindungan terhadap masyarakat untuk mewujudkan tata niaga yang adil dan menyejahterakan;

2 . 1 . M e n g o p t i m a l k a n pengelolaan potensi p e r t a n i a n b e r b a s i s teknologi tepat guna dan p e n i n g k a t a n kesejahteraan petani, peternak dan nelayan

TUJUAN : SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH :

2.1.1. Meningkatnya ketersediaan dan keanekaragaman pangan

2.1.2. Meningkatnya produksi, produktivitas, dan daya saing produk pertanian dan peternakan serta kesejahteraan petani dan peternak   2.1.3. Meningkatnya produksi, produktivitas, daya

saing dan nilai tambah produk perikanan, kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan, serta kelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan

(11)

10

Program Unggulan Intensifikasi Lahan Pertanian (Swasembada Pajale)

Program Unggulan Kawasan Agropolitan PROGRAM UNGGULAN︎

MISI 2

PROGRAM UNGGULAN︎

MISI 2

(12)

11

Program Unggulan International Durio Forestry

Program Unggulan Kakao Land PROGRAM UNGGULAN︎

MISI 2

PROGRAM UNGGULAN︎

MISI 2

(13)

12

Program Unggulan Revitalisasi Kebun Kopi Dilem Wilis

Program Unggulan Sentra Peternakan Rakyat PROGRAM UNGGULAN︎

MISI 2

PROGRAM UNGGULAN︎

MISI 2

Swasembada daging (ternak besar, kecil dan unggas);

Sentra Peternakan Rakyat (SPR) dalam rangka Peningkatan Populasi Ternak dan Produksi Susu :

! Kecamatan Bendungan : Sapi Perah

! Kecamatan Tugu : Sapi Potong

! Kecamatan Suruh : Kambing PE

! Kecamatan Durenan : Unggas

Pelestarian dan Pengembangan Sapi “GALEKAN”

"Plasma Nutfah asli Trenggalek;

"populasi saat ini tinggal 16 ekor;

"Keunggulan: tahan penyakit, karkas > 50%,

"daging kenyal.

(14)

13

Program Unggulan Peningkatan Populasi Sapi

Program Unggulan Kawasan Minapolitan PROGRAM UNGGULAN︎

MISI 2

PROGRAM UNGGULAN︎

MISI 2

SEBARAN FASILITAS UTAMA Kawasan Prigi

PARIWISATA

PERIKANAN

PELABUHAN LAUT

• Pantai Pasir Putih & Simbaronce (panjang: 1 km, luas: 4 ha)

• Pantai Prigi (panjang: 2 km, luas:

5 ha)

• Pantai Damas (panjang: 2 km, luas: 5.5 ha)

• Ecowisata mangrove Cengkrong

• Rencana kenaikan status Pelabuhan Nusantara menjadi Pelabuhan Samudera

• Kegiatan industri: Pabrik tepung ikan, Pemindangan Ikan Bengkorok, pabrik es

T

Area Pariwisata Area Perikanan Area Pelabuhan Niaga Kws Rawan Tsunami

Jalan Kolektor Jalan Lokal Rencana JLS Boulevard ke Kota Trenggalek

44km

ke Tulungagung (rencana JLS) ke Kec, Munjungan

26 km

Pantai Damas Pantai Cengkrong

Pantai Prigi

Pelabuhan Perikanan

Pantai Pasir Putih

Pelabuhan Laut

14

Informasi panjang GARIS

pantai • Belum terbangun

Pantai prigi termasuk obyek wisata KPP Koridor selatan (Damas, III- 5)

Panjang garis pantai + 15.2 km

Effective use : 5 km

(15)

14

Pemerintah Kabupaten Trenggalek dalam penanganan dan mengatur ketahanan pangan dan gizi di masyarakat telah menerbitkan regulasi yaitu Perda Kabupaten Trenggalek Nomor 19 Tahun 2013 tentang Ketahanan Pangan. Dalam perda tersebut menyebutkan Dalam mewujudkan Ketersediaan Pangan melalui pengembangan Pangan Lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah menetapkan jenis Pangan lokalnya. (3) Penyediaan Pangan diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi Pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara berkelanjutan. (4) Untuk mewujudkan Ketersediaan Pangan melalui Produksi Pangan di Daerah dilakukan dengan:

a. Mengembangkan Produksi Pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal;

b. Mengembangkan efisiensi system usaha pangan;

c. Mengembangkan sarana, prasarana, dan teknologi untuk produksi, penanganan pascapanen, pengolahan, dan penyimpanan Pangan;

d. Membangun, merehabilitasi, dan mengembangkan prasarana Produksi Pangan;

e. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif;

f. Melindungi lahan pertanian berkelanjutan;

g. Membangun kawasan sentra produksi pangan;

h. Mengusulkan penetapan sentra produksi pangan lokal kepada pemerintah.

Regulasi Ketahanan Pangan

(16)

15 2. Meningkatnya produksi tanaman pangan

Adapun penggunaan lahan di Kabupaten Trenggalek beberapa tahun terakhir jika dilihat dari jenisnya berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Trenggalek, ternyata penggunaan tanah untuk budidaya pertanian (sawah dan budidaya pertanian) masih lebih dari 50% dari total luas tanah tiap tahunnya. Sedangkan untuk jenis tanah yang digunakan sebagai sungai dan perairan selama tahun berturut-turut 2013 - 2019 relatif tetap atau tidak berubah.

Produksi tanaman pangan pada tahun 2018 untuk padi sebesar 166.815 ton, jagung sebesar 84.446 ton, kedelai sebesar 8.380 ton, dan ubi kayu sebesar 246.430 ton. Produksi tanaman pangan pada tahun 2019 untuk padi sebesar 163.807 ton, jagung sebesar 110.052 ton dan ubi kayu sebesar 183.107 ton. Untuk produksi padi dan ubi kayu pada tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 3008 ton (padi) dan 63.323 ton (ubi kayu). Akan tetapi ada penambahan produksi untuk tanaman jagung sebesar 25.606 ton. Hal ini dikarenakan adanya peralihan fungsi komoditas pangan (dari padi ke jagung dan dari kedelai ke jagung) dan curah hujan yang lebih rendah dibandingkan pada tahun 2018. Jadi secara umum untuk produksi tanaman pangan dalam keadaan surplus. (Data Terlampir)

Penggunaan lahan di Kabupaten Trenggalek dalam kurun waktu lima tahun terakhir berdasarkan data yang diperoleh, untuk lahan pertanian masih lebih besar dibanding dengan lahan bukan pertanian dengan rata-rata 90,87% lahan pertanian dan 9,13% digunakan untuk lahan bukan pertanian.

Lahan pertanian pada tahun 2016 dan tahun 2017 mengalami penurunan yaitu terlihat pada luasan lahan pertanian dengan luasan sebesar 115.634 ha di Tahun 2016 menurun menjadi seluas 114.616 ha pada Tahun 2017. Pada tahun 2018, jumlah luasan lahan pertanian mampu dipertahankan dengan luasan yang sama dibandingkan dengan tahun 2017. Luasan lahan sawah khususnya sawah irigasi teknis mengalami peningkatan sebesar 206 ha, dari 11.396 ha pada tahun 2017 menjadi 11.602 pada tahun 2018. Sedangkan pada tahun 2019 luas lahan sawah menjadi 12.029 ha atau menurun seluas 852 ha jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang luasannya mencapai 12.881 ha. Penurunan luas lahan sawah ini terjadi pada sawah irigasi teknis dari 11.602 ha di tahun 2018 menjadi 8.809 ha di tahun 2019 atau menurun sebesar 2.793 ha. Namun demikian jumlah luasan lahan bukan sawah meningkat cukup signifikan dari luasan 101.737 ha di tahun 2018 meningkat sebesar 852 ha menjadi 102.589 ha di tahun 2019.

Secara rinci penggunaan lahan di Kabupaten Trenggalek ditunjukkan pada tabel berikut ini:

(17)

16

No. Penggunaan Lahan Luas (ha)

Th 2014 Th 2015 Th 2016 Th 2017 Th 2018 Th 2019 1 Lahan Pertanian 115.146 115.146 114.634 114.616 114.616 114.618

1.1 Lahan Sawah

a. Irigasi Teknis 11.600 11.600 11.396 11.396 11.601 8.809

b. Tadah Hujan 1.216 1.216 1.485 1.485 1.279 3.220

c. Rawa Pasang Surut - - - - - -

d. Rawa Lembak - - - - - -

Jml Lahan Sawah 12.816 12.816 12.881 12.881 12.881 12.029

1.2 Lahan Bukan Sawah

a. Tegal/kebun 1.655 25.440 25.666 25.579 25.570 27.176

b. Ladang huma 2.536 1.655 1.435 1.435 1.444 1.404

c. Perkebunan 5.756 2.536 2.536 2.536 2.536 2.826

d. Ditanami/hutan rakyat - 5.756 5.754 5.754 5.754 5.464

e. Padang Penggembalaan/

padang rumput - - - - - -

f. Sementara tidak diusahakan *) 66.943 - - - - -

g. Lainnya (tambak, kolam, empang,

hutan negara dll) 102.330 66.943 66.362 66.431 65.719

Jumlah Lahan Bukan Sawah 10.994 102.330 101.735 101.735 101.737 102.589 2 Lahan Bukan Pertanian (Jalan, Pemukiman,

Perkantoran, Sungai, dll) 10.994 126.140 11.506 11.524 11.522 11.522

Jumlah Total 126.140 126.140 126.140 126.140 126.140 126.140

Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Trenggalek, 2020

Lahan Pertanian dan Perkebunan di Kabupaten Trenggalek

(18)

17

Dalam RPJMD Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2021 direncanakan Program Pengembangan Pertanian Terpadu. SISTEM Pertanian terpadu (Integrated Farming System/ IFS) adalah sebuah sistem pertanian yang terintegrasi dengan alam yang ada di sekitarnya. Istilah ini muncul pada zaman orde baru, yang pada saat itu begitu memprioritaskan masalah pertanian.

Pertanian terpadu adalah sebuah sistem atau pola pengembangan pertanian menggabungkan berbagai teknik budidaya pertanian, peternakan, dan perikanan agar bisa saling terhubung, saling memberi manfaat, dan tidak saling merugikan.

Sampah yang dihasilkan pertanian bisa dimanfaatkan untuk peternakan. Begitu juga sebaliknya, sampah yang ada pada peternakan bisa digunakan untuk pertanian.

Contoh nyata dari sistem seperti ini adalah sawah atau ladang yang tempatnya berdekatan dengan peternakan. Sampah–sampah dari ladang, bisa diberikan pada hewan ternak sebagai pangan. Setelah dimakan maka hewan akan mengeluarkan kotoran. Kotoran ini nantinya bisa digunakan sebagai pupuk untuk tanaman tadi.

Dengan begitu, tercipta hubungan saling menguntungkan. Sistem ini juga yang disebut dengan Crop Livestock System (CLS).

Landmark Taman Pertanian Terpadu / Trenggalek Agropark

Konsep Pertanian Terpadu di Kabupaten Trenggalek diwujudkan dengan dibukanya Trenggalek Agropark pada akhir tahun 2018. Di Trenggalek Agropark terdapat berbagai macam tanaman pertanian dan perkebunan yang dipadukan dengan peternakan.

(19)

18

Produksi padi tahun 2020 sebesar 164.784 ton meningkat dibandingkan produksi padi tahun 2019 sebesar 163.807 ton. Hal ini disebabkan karena tercukupinya air dengan lebih baik. Produksi jagung tahun 2020 sebesar 104.260 ton mengalami penurunan disebabkan adanya peralihan komoditas tanaman pangan (porang) di lahan kering. Produksi kedelai tahun 2020 sebesar 1.721 ton mengalami penurunan dikarenakan adanya peralihan ke komoditas jagung di lahan sawah.

Produksi kacang tanah tahun 2020 sebesar 1.928 ton menurun karena beralih ke komoditas porang di lahan kering. Produksi ubi kayu tahun 2020 sebesar 135.206 ton menurun karena adanya peralihan komoditas tanaman pangan lain/ janggelan (hortikultura). Produksi kacang hijau tahun 2020 sebesar 453 ton meningkat karena adanya bantuan pemerintah berupa benih. Produksi ubi jalar tahun 2020 sebesar 2.331 ton meningkat karena adanya uji varietas di Kecamatan Dongko.

Perkembangan Produksi Hasil Pertanian Tahun 2015-2020 dijelaskan pada Tabel berikut :

Tabel. Produksi Hasil Pertanian (ton)

Uraian Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th. 2019 Th. 2020 Padi 184.604 210.925 187.226 166.815 163.807 164.784 Jagung 90.959 98.668 66.897 84.446 110.052 104.260 Kacang kedelai 10.326 9.202 11.551 8.380 4.800 1.721 Ubi kayu 350.727 205.653 228.245 246.430 183.107 2.331 Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Trenggalek, 2020

Pengembangan tanaman perkebunan di Kabupaten Trenggalek dituntut untuk tetap memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, ekologi dan sosial yang merupakan indikator pengelolaan sumber daya perkebunan dan kehutanan yang lestari. Jenis komoditi perkebunan yang cukup potensial dan merupakan tanaman unggulan di Kabupaten Trenggalek antara lain adalah kelapa, nilam, coklat, cengkeh, dan tebu. Tabel berikut menjelaskan jumlah produksi hasil perkebunan di Kabupaten Trenggalek Tahun 2015-2019.

Tabel. Produksi Hasil Perkebunan (ton)

Uraian Th. 2015 Th. 2016 2017 Th. 2018 Th. 2019 Kelapa 10.399,60 15.960,14 11.509,73 11.235,41 9.028,90 Cengkeh 2.462,96 1.838,12 593,40 663,08 644,19

Kopi 291,95 316,32 304,19 270,8 285,66

Coklat 820,10 1.171,90 1.306,91 1.231,73 1000,18 Nilam 231,64 920,00 2.743,20 2.466,09 2.337,46 Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Trenggalek, 2020

Komoditi hortikultura pada umumnya terjadi fluktuasi produksi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018 produksi biofarmaka mencapai 7.392,36 ton sedangkan tahun 2019 naik menjadi 9.070,49 ton.

Adapun Tabel berikut menjelaskan tentang jumlah produksi komoditas hortikultura di Kabupaten Trenggalek Tahun 2015-2019 :

(20)

19

Tabel. Produksi Hasil Hortikultura (ton)

Jenis Hortikultura Th. 2015 Th. 2016 Th.2017 Th. 2018 Th. 2019 Lombok/ Cabe 437,60 393,30 54,50 710,63 750,1

Bawang merah 63,00 25,20 93,60 128,1 215,1

Sayuran 709,20 379,60 891,19 679,99 782,1

Buah-buahan 39.537,00 66.732,00 41.654,80 89.425,18 72.439,40 Biofarmaka 5.370,70 5.962,44 9.027,29 7.392,36 9.070,49 Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Trenggalek, 2020

3. Tersedianya cadangan pangan dan lumbung pangan di masyarakat

Cadangan Pangan masyarakat dan Lumbung Pangan di masyarakat tersedia.

Dalam upaya penyediaan pangan secara mandiri dan keberlanjutan, diperlukan adanya terobosan program melalui konsep pemanfaatan lahan pekarangan secara intensif di setiap rumah tangga untuk menghasilkan bahan-bahan pangan sumber karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral serta toga antara lain dengan model Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan hidroponik. Selain itu yang juga menjadi perhatian adalah mengenai konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) yang aplikasikan melalui Lomba Cipta Menu (LCM) baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi dan terpenuhinya cadangan pangan masyarakat di Kabupaten Trenggalek.

Cadangan pangan masyarakat dilaksanakan dengan membangun fisik lumbung pangan. Jumlah bangunan fisik lumbung pangan masyarakat sampai dengan tahun 2019 terbangun sebanyak 39 unit (yang dibangun dari sumber dana DAK Bidang Pertanian maupun APBD Provinsi Jatim), ada penambahan bangunan fisik lumbung pangan pada tahun 2019 sebanyak 1 unit. Cadangan pangan di Kab Trenggalek yang tercatat sampai tahun 2019 sebesar 192.000 Kg bersumber dari hibah APBD Kabupaten trenggalek; APBD Provinsi Jatim dan APBN. Rincian Penguatan modal cadangan pangan adalah sebagai berikut : APBD Provinsi Jatim sebesar Rp.300 juta (setara dengan 60.000 kg cadangan pangan); APBN sebesar Rp 200 Juta (setara dengan 40.000 Kg cadangan pangan); dan APBD kabupaten Trenggalek sebesar 92.000 kg. (Data Terlampir)

Pengembangan cadangan pangan Pemerintah Kabupaten Trenggalek dan masyarakat dilaksanakan dengan membuat lumbung pangan. Isi lumbung dapat berupa gabah, jagung, kedelai, kacang tanah dan bahan pangan pokok lainnya.

Pengembangan lumbung pangan diarahkan pada daerah miskin dan rawan pangan, Kegiatan dikembangkan ke arah penguatan cadangan pangan masyarakat dan simpan pinjam pangan saat panen atau masa paceklik. Peran kelembagaan lumbung pangan selain berperan sebagai fungsi sosial dalam penyediaan cadangan pangan masyarakat diharapkan juga berperan sebagai fungsi ekonomi bagi kesejahteraan anggota dan masyarakat sekitar.

Dalam rangka memenuhi ketersediaan pangan serta kelancaran pendistribusian bahan pangan khususnya di wilayah Kabupaten Trenggalek

(21)

20

menyelenggarakan Sosialisasi Pengembangan Ketersediaan dan Distribusi pangan Kabupaten Trenggalek. Sasaran sosialisasi adalah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Kelompok Lumbung Pangan, Kelompok Cadangan Pangan di Pekarangan, Kelompok Tani Jual, Gapoktan Pelaksana Cadangan Pangan Masyarakat serta Lembaga Pembeli Gabah. Sosialisasi ini diharapkan mampu memotivasi pemerintah untuk menghasilkan kebijakan yang mampu menciptakan kinerja distribusi pangan yang kondusif dan efisien yang akan memberikan kontribusi positif khususnya terhadap stabilisasi harga pangan dan menjaga kondisi pasokan pangan.

Ketahanan pangan merupakan upaya sistematis dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi pangan setiap individu dalam suatu wilayah yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. Penyediaan pangan di Kabupaten Trenggalek hingga saat ini masih terkendala oleh beberapa faktor diantaranya: (i) keterbatasan lahan, (ii) anomali iklim dan (iii) bencana banjir.

Gudang P - LDPM Gapoktan Mitra Sejahtera Ds Nglongsor Kec. Tugu

Produksi pangan akan meningkat secara optimal bila pendapatan petani meningkat. Sedangkan pendapatan petani akan meningkat bila produksi pangan yang dihasilkan mendapatkan imbalan harga yang menguntungkan secara ekonomi.

Selain itu, untuk ketersediaan modal bagi para Gapoktan, diharapkan Perbankan bersedia memberikan kredit dengan bunga rendah sehingga mampu diakses oleh semua kelompok tani.

(22)

21

Lumbung Pangan di Kabuapaten Trenggalek

4. Ketersediaan pangan (diambil dari neraca bahan makanan)

Harga bahan pangan yang semakin tinggi, daya beli masyarakat untuk membeli bahan pangan yang bermutu, bergizi dan aman semakin menurun hal ini dikawatirkan akan mengakibatkan jumlah penderita gizi buruk meningkat. Untuk mengantisipasi hal tersebut Pemerintah Kabupaten Trenggalek melalui Dinas Pertanian dan Pangan menggelar sosialisasi antisipasi kerawanan pangan untuk kader pangan Kecamatan tiap tahunnya. Acara tersebut melibatkan kader pangan yang terdiri dari Tim Penggerak PKK Kecamatan, kader pangan Kecamatan, TP PKK Kabupaten Trenggalek serta Forum Trenggalek Sehat. Kegiatan ini bertujuan untuk menginformasikan kondisi gizi dan pangan di Kabupaten Trenggalek hingga tahun berkenaan, memberi solusi pencegahan dan penanganan kerawanan pangan di masyarakat, dan terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan terjangkau.

Usaha untuk meningkatkan pangan dalam negeri dan menerapkan atau diversifikasi konsumsi pangan guna menstabilkan harga bahan pangan agar tetap terjangkau oleh masyarakat dapat dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia yaitu melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola oleh rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga sekarang namun belum dirancang dengan baik dan sistemastis pengembangannya.

Pemerintah Kabupaten Trenggalek terus berkomitmen untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu dilakukan dalam memberikan semangat untuk menggalakkan budaya menanam di lahan pekarangan, baik di kota maupun pedesaan. Semua pihak terutama kader pangan di Desa, Kecamatan maupun Kabupaten untuk bahu membahu menanggulangi kerawanan pangan ini, sehingga tidak sampai menimbulkan permasalahan baru seperti mengakibatkan terjadinya kelaparan, kurang gizi, gizi buruk, gangguan jiwa bahkan sampai kematian.

(23)

22

sebesar 7.605 kkal/kapita/hari, ketersediaan protein sebesar 151,21 gram/kapita/hari. Sedangkan tahun 2019 untuk ketersediaan energi sebesar 6.328 kkal/kapita/hari, ketersediaan protein sebesar 122,95 gram/kapita/hari. Secara umum ketersediaan energi dan protein pada tahun 2019 sudah terpenuhi, akan tetapi apabila dibandingkan dengan tahun 2018 mengalami penurunan baik ketersediaan energi dan protein, alasan menurunnya ketersediaan energi dan protein adalah adanya penurunan produksi komoditas padi-padian yang cukup besar daripada tahun sebelumnya yang diperkirakan karena adanya anomali iklim yang tidak menentu sehingga petani yang akan memproduksi padi menjadi berkurang dan memilih untuk memproduksi tanaman lainnya seperti ubi kayu, jagung dan tanaman berpati lainnya. Hal tersebut dikarenakan tanaman pangan tersebut lebih tahan dengan iklim yang tidak menentu.

Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan Pangan dan Gizi bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, memenuhi kecukupan Gizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk mewujudkan Status Gizi yang baik agar dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Penyediaan pangan di Kabupaten Trenggalek hingga saat ini masih terkendala oleh beberapa faktor diantaranya: (i) keterbatasan lahan, (ii) anomali iklim dan (iii) bencana banjir. Atas intensifikasi lahan pertanian dan diversifikasi lahan pekarangan hasil produksi pangan di Kabupaten Trenggalek mengalami surplus. (Data Terlampir)

Sosialisasi P2KP /Workshop Pengembangan Ketersediaan Pangan Non Beras

(24)

23

Bimbingan Teknis Pengolahan Pangan dan Sosialisasi Peningkatan Mutu dan Ketahanan Pangan 5. Adanya kasus keracunan pestisida pada petani

Dalam kurun waktu tahun 2019 sampai tahun 2020 tidak ada kasus keracunan pestisida pada petani. Melalui intensifikasi pembinaan pada kelompok tani tentang penggunaan bahan pembasmi hama (pestisida) yang ramah lingkungan dan aman serta gerakan pengendalian hama oleh kelompok tani maka para petani lebih bijaksana dalam pemakaian pestisida. (Data Terlampir)

6. Adanya penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida Pengendalian hama merupakan upaya manusia untuk mengusir, menghindari dan membunuh secara langsung maupun tidak langsung terhadap spesies hama. Pengendalian hama tidak bermaksud memusnahkan spesies hama, melainkan hanya menekan sampai pada tingkat tertentu saja sehingga secara ekonomi dan ekologi dapat dipertanggungjawabkan. Falsafah pengendalian hama yang digunakan adalah Pengelolaan/Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT tidak pernah mengandalkan satu taktik pengendalian saja dalam memcahkan permasalahan hama yang timbul, melainkan dengan tetap mencari alternatif pengendalian yang lain.

Beberapa taktik pengendalian hama yang dikenal meliputi: taktik pengendalian secara mekanis, fisis, hayati, dengan varietas tahan, mengatur pola tanam, sanitasi dan eradikasi, dan cara kimiawi. Penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida dilaksanakan secara rutin. Kegiatan penyuluhan pengendalian hama terpadu maupun penggunaan pestisida yang ramah lingkungan dilaksanakan oleh petugas penyuluh pertanian pada masing – masing kecamatan, baik kepada kelompok tani maupun pembinaan lapangan pada petani. Disamping itu juga telah dilakukan Demplot pada tiap – tiap kecamatan.

Pengendalian hama terpadu pada awalnya muncul akibat penggunaan pestisida kimia yang berlebihan pada pertanian. Setelah pesitsida sintetis dikembangkan banyak kalangan yang berpendapat bahwa masalah hama telah

(25)

24

hanya dapat ditemukan di museum. Pestisida sintetis semakin dikembangkan dan penggunaannya semakin luas yang mengakibatkan timbulnya resistensi, residu yang berbahaya bagi kesehatan manusia, munculnya hama baru, dan pencemaran terhadap lingkungan.

Penggunaan pestisida pertanian berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi pengguna, konsumen, lingkungan, serta dampak sosial ekonomi. Oleh karena itu, Penggunaan pestisida harus dilakukan secara hati-hati. Tujuan penggunaan pestisida harus ditekankan untuk menurunkan populasi hama, menghentikan serangan penyakit, dan mengendalikan gulma agar keberadaanya tidak menyebabkan kerugianekonomis atau bisa menekan kehilangan hasil pertanian

Pestisida tidak dimaksudkan untuk menaikan produksi tanaman, tidak pula untuk menyuburkan tanaman. Jika produksi tanaman yang diperlakukan dengan pestisida lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi aplikasi pestisida, hal tersebut merupakan konsekuensi logis. Sebagai contoh, jika petak yang tidak mendapatkan aplikasi pestisida sebagian hasilnya hilang kareana dirusak OPT, petak yang mendapatkan aplikasi pestisida mengeluarkan hasil yang normal.

Memang ada beberapa bahan aktif pestisida memiliki efek fitotonik seperti pada beberapa senyawa triazole. Namun, efek ini harus dianggap sebagai efek samping saja, bukan tujuan utama penggunaan pestisida. Untuk menghindari atau menekan hal-hal yang tidak diinginkan, penggunaan pestisida pertanian sebaiknya memperhatikan tiga prinsip berikut:

1. Digunakan secara legal artinya penggunaan pestisida tidak boleh bertentangan dengan peraturan atau perundangan yang berlaku di Indonesia

2. Digunakan secara benar harus sesuai dengan rekomendasi dari pembuatnya atau lembaga yang berwenang. Selain itu, pengguna juga harus memperhatikan syarat-syarat teknis sesuai dengan metode aplikasi yang digunakan. Pestisida yang digunakan harus mampu menampilkan efikasi biologisnya yang optimal.

Efikasi biologis (biological efficacy) adalah kemampuan pestisida untuk mengendalikan OPT sasaran seperti yang dicantumkan dalam label atau petunjuk penggunaan. Penggunaan secara benar bertujuan untuk mengefektifkan kerja pestisida

3. Digunakan secara bijaksana harus sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu mengendalikan OPT. Penggunaan pestisida yang bijaksana adalah penggunaan pestisida yang lebih rasional, lebih mengedepankan akal sehat daripada emosi.

Dalam pelaksanannya, pengguna perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Penggunaan pestisida yang bijaksana tidak berdampak negatif bagi keselamatan pengguna, konsumen, dan kelestarian lingkungan

(26)

25

 Pengguna pestisida yang bijaksana sejalan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

 Penggunaan pestisida yang bijaksana seharusnya mengikutsertakan manajemen resistensi untuk mencegah atau menunda terjadinya resistensi OPT terhadap pestisida

 Penggunaan pestisida yang bijaksana juga berati penggunaan pestisida yang tidak berlebihan dan ekonomis

Kegiatan Gerdal Tikus dan Wereng oleh Kelompok Tani

Penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida dilaksanakan secara rutin. Kegiatan penyuluhan pengendalian hama terpadu maupun penggunaan pestisida yang ramah lingkungan dilaksanakan oleh penyuluh pertanian lapangan bersama-sama dengan mantri tani dan petugas pengendali organisme pengganggu tanaman yang ada pada masing – masing kecamatan di kabupaten trenggalek, baik kepada kelompok tani (Poktan) maupun Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Kegiatan gerakan pengendalian OPT (Organisasi Pengganggu Tanaman) secara rutin dilaksanakan melalui penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida. (Data Terlampir)

Kegiatan Festival Pertanian Kabupaten Trenggalek

(27)

26 kelompok tani)

Ketahanan pangan masyaratkan terwujudnya secara simultan ketersediaan pangan yang cukup dan merata di seluruh wilayah, sekaligus kemampuan setiap rumah tangga mengkonsumsi pangan yang cukup untuk hidup sehat dan produktif.

Untuk itu, pembangunan ketahanan pangan antara lain harus mencakup peningkatan kapasitas penyediaan pangan dalam rangka memenuhi kebutuhan penduduk yang terus berkembang sekaligus peningkatan kemampuan akses rumah tangga terhadap pangan yang cukup, baik dari produksi sendiri maupun dari pasar/membeli. Disamping itu, pembangunan ketahanan pangan juga mencakup upaya membangun kemandirian pangan, yaitu memenuhi kebutuhan pangan dengan mengoptimalkan sumber daya domestik agar dalam pemenuhan pangan pokoknya tidak tergantung pihak lain.

Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat merupakan kegiatan dalam rangka meningkatkan kemampuan Gapoktan di wilayah sentra produksi padi agar mampu membantu anggotanya dalam mendistribusikan/

memasarkan/mengolah hasil produksi pangannya disaat menghadapi panen raya dan mampu menyediakan pangan bagi kebutuhan anggotanya disaat menghadapi paceklik. Pada umumnya disaat panen raya bersamaan dengan datangnya musim hujan, dimana petani mengalami kesulitan untuk mengeringkan gabah sehingga mereka menjual kepada pelepas uang dengan harga yang sangat murah. Dampaknya harga gabah/beras di tingkat petani jatuh sehingga petani sebagai produsen pangan selalu berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Sedangkan di sisi lain petani disaat mereka tidak mempunyai panen (saat paceklik), maka petani akan menjadi konsumen, sehingga mereka membutuhkan akses terhadap pangan untuk kebutuhan anggota keluarganya.

Mengingat petani selalu berada pada posisi yang kurang menguntungkan di saat menghadapi panen maupun menghadapi paceklik, Pemerintah Kabupaten Trenggalek telah memfasilitasi dan mendorong petani untuk tidak berjalan sendiri- sendiri tetapi dapat membangun kebersamaan dalam bentuk kumpulan petani dalam satu kelompok tani (Poktan) ataupun bergabung dalam bentuk gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dengan adanya kesamaan kepentingan dan kesamaan masalah yang dihadapi, sehingga mereka mempunyai kekuatan yang sama untuk meningkatkan posisi tawar khususnya dalam mendistribusikan hasil panennya pada saat panen raya maupun mengembangkan jejaring pemasaran dengan mitra usahanya sehingga dapat memberikan keuntungan bagi Gapoktan dan anggotanya. Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat pemerintah mendorong Gapoktan agar mampu memberdayakan seluruh sumberdaya yang dimiliki dalam upaya meningkatkan daya saing dan pendapatan serta kesejahateraan anggota.

(28)

27

Kegiatan Panen Raya dan Pelatihan Budidaya Tanaman Untuk Kelompok Tani

Bagi petani-petani yang berada dalam wadah Gapoktan, dapat terpenuhi kebutuhan pokok pangannya jika mereka memerlukan. Hal ini mengingat dalam aktivitas kegiatan LDPM terdapat usaha pengembangan cadangan pangan untuk tujuan memudahkan petani anggota mengakses pangan, khususnya pada saat paceklik. Melalui pendekatan ini para anggota petani mampu memenuhi kebutuhan hidup yang paling mendasar untuk dapat menjalankan kehidupan sehari-hari menjadi lebih produktif. Disisi lain, diharapkan Gapoktan mampu memberdayakan unit usahanya agar mampu membeli gabah/beras/ terutama dari hasil produksi petani anggotanya dengan harga serendah-rendahnya sesuai dengan HPP.

Lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat (Koperasi, Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dan Kelompok Tani (POKTAN). Lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat berfungsi dengan baik. Lembaga terkait meliputi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Koperasi Tani, Kios Usaha Tani, pertokoan maupun pasar. (Data Terlampir)

8. Adanya program pertanian organik oleh pemerintah dan masyarakat

Program pertanian organik diintensifkan di Kabupaten Trenggalek baik oleh pemerintah maupun masyarakat melalui pemanfaatan pupuk organik maupun penggunaan pestisida ramah lingkungan. Disamping itu juga optimalisasi pembudayaan kompos yang berasal dari sampah kandang, dapur maupun limbah tanaman lainnya. Program pertanian organik di Kabupaten Trenggalek sudah dikembangkan, salah satunya dengan dikembangkannya padi organik di Desa Cakul Kecamatan Dongko. Padi Organik yang dikembangkan sudah mendapatkan Sertifikat

(29)

28

Organik diserahkan oleh Wakil Menteri Pertanian di Jakarta pada acara Pameran Komoditas Organik se-Indonesia pada tahun 2014.

Program pertanian organik diintensifkan di Kabupaten Trenggalek baik oleh pemerintah maupun masyarakat melalui pemanfaatan pupuk organik maupun penggunaan pestisida ramah lingkungan. Disamping itu juga optimalisasi pembudayaan kompos yang berasal dari sampah kandang, dapur maupun limbah tanaman lainnya. Program pertanian organik telah lama diimplementasikan di Kabupaten Trenggalek, yaitu di Desa Cakul dan Desa Salamwates Kecamatan Dongko yaitu dengan mengembangkan padi organik. Luas area pertanian organik dalam kurun waktu tahun 2019 sampai tahun 2020 yaitu 17,0 Ha di Desa Cakul dan 1,30 Ha di Desa Salamwates. Produksi padi organik pada tahun 2020 adalah sebagai berikut: Desa Cakul 94.905 kg dan 5.460 kg di Desa Salamwates. (Data Terlampir)

Selain data program pertanian organic di wilayah tersebut, pemerintah juga telah menerapkan pertanian organic di kawasan perkantoran dan perumahan. Selain itu masyarakat juga mengembangkan pertanian organik secara mandiri.

(30)

29

Pertanian Organik Di Kabupaten Trenggalek

Kecamatan Pule yang meliputi : a. Sentra Olahan Janggelan b. Perkebunan Organik

Kecamatan Dongko yang meliputi:

a. Pertanian Organik

Kecamatan Gandusari yang meliputi:

a. Lumbung Pangan

Kecamatan Kampak yang meliputi:

a. Sentra Produksi Padi b. Pasar Agrobisnis Kampak c. Lumbung Pangan

Kecamatan Durenan yang meliputi:

a. Sentra Produksi Padi b. Sentra Produksi Jagung c. Budidaya Empon-empon

Kecamatan Karangan yang meliputi:

a. Kakao Land UPH Karangan b. Sentra Produksi Kedelai

LOKASI UNGGULAN

(31)

30 Kecamatan Bendungan yang meliputi:

a. Kawasan Agropolitan b. Kawasan Selingkar Wilis c. Kebun Kopi Dilem Wilis

Kecamatan Trenggalek yang meliputi:

a. Kawasan Perkantoran

b. Kawasan Pertanian Terpadu/ Trenggalek Agropark

9. Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Masyarakat yang Mengelola PMT Lokal untuk Pemenuhan Gizi pada Balita dan Ibu Hamil KEK

Terdapat 157 desa di Kabupaten Trenggalek yang mana melalui Program Gerbang Angkasa Biru (Gerakan Perbaikan Gizi dan Pendampingan Upaya Akselerasi Penurunan Angka Kematian dan Kesakitan Ibu dan Bayi Baru Lahir) setiap desa memiliki kelompok yang mengelola PMT lokal untuk pemenuhan gizi pada balita dan ibu hamil KEK atau 100%.

Keseriusan Pemerintah Daerah dalam menangani dan menurunkan jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Trenggalek terlihat dari diselenggarakannya kegiatan Sosialisasi Kelas Gizi dan Pendampingan Bumil Tingkat Kabupaten yang melibatkan berbagai lintas sektor masyarakat dan pemerintah serta keberlanjutan program Pendampingan Ibu Hamil Risti yang telah melahirkan SK Kepala Dinas yang mengatur mengenai Kader Pendamping Ibu Hamil Risti dan meningkatnya kerja antara Dinas Kesehatan dengan PNPM GSC dan lintas sektor terkait dalam pelaksanaan Kelas Gizi di tingkat desa.

Upaya penanggulangan masalah gizi telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Dalduk KB beserta jajarannya melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Masalah gizi timbul bukan hanya karena kurangnya asupan makanan akan tetapi juga karena beberapa faktor seperti tingkat ekonomi, pendidikan dan pengetahuan orang tua juga karena faktor sosial budaya. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan masalah gizi sangat diperlukan agar masyarakat dapat memahami dan menangani permasalahan tersebut secara mandiri. Pemberdayaan masyarakat tersebut melalui penyuluhan dan pembinaan dengan sasaran ibu – ibu rumah tangga, dimana ibu rumah tangga mempunyai peran yang besar dalam penentuan gizi keluarga.

(32)

31

Sosialisasi Kelas Gizi dan Kelas Ibu Bumil

Penanggulangan masalah gizi oleh masyarakat di Kabupaten Trenggalek dilaksanakan melalui beberapa kegiatan seperti : GEMARIKAN (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan), Pelaksanaan Program Kelas ASI, Kelompok Masyarakat Peduli ASI, Pelaksanaan program kelas gizi, penggunaan dana jimpitan desa / kelurahan untuk pemberian makanan tambahan bagi balita dari keluarga kurang mampu, gerakan pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk tanaman pangan. Bahwa dalam rangka penggerakan ASI Eksklusif telah dibentuk Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pemberian ASI Eksklusif. (Data Terlampir) Pada Tahun 2015 ini telah diluncurkan Program Inovasi GERBANG ANGKASA BIRU (Gerakan Perbaikan Gizi dan Akselerasi Pencegahan Kesakitan dan Kematian Ibu dan Bayi).

Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian, angka kesakitan serta status gizi. Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu ke waktu.

Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator penting, antara lain Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status gizi balita, anemia gizi besi pada ibu hamil dan wanita usia subur, serta Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Status gizi balita merupakan salah satu indikator SDGs yang perlu mendapatkan perhatian. Kasus gizi buruk dapat diperoleh dari indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Data tersebut diperoleh dari laporan masyarakat, kader Posyandu atau kasuskasus yang langsung dibawa ke tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas dan rumah sakit.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk

(33)

32

setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan. Data Riskesda 2013, 1 dari 3 anak Indonesia diidentifikasi stunting yang akan berpotensi menyebabkan perkembangan otak si anak kurang maksimal dan dampaknya menyebabkan turunnya produktifitas.

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.

Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha/masyarakat. Untuk memastikan konvergensi program/intervensi dan sinergitas upaya intervensi stunting, maka Pemerintah Pusat menetapkan lokasi-lokasi untuk intervensi stunting di 100 kabupaten/kota dan 1.000 desa prioritas di Tahun 2018. Pemilihan lokus ini didasarkan atas kriteria jumlah dan prevalensi balita stunting, yang dibobot dengan tingkat kemiskinan provinsi (desa-kota) dan juga aksesibilitas fasilitas kesehatan.

Pada saatnya nanti intervensi ini akan mencakup seluruh Kabupaten/Kota. Grafik dibawah ini menjelaskan prevelansi balita Stunting di Kabupaten Trenggalek.

Grafik. Data Balita Stunting Di Kabupaten Trenggalek Tahun 2015-2019

Sumber : Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Trenggalek, 2020

Upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Trenggalek berkaitan dengan penurunan angka stunting adalah berkaitan dengan perbaikan

(34)

33

gizi di masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), antara lain dengan semakin gencarnya sosialisasi ASI-Eksklusif, pendidikan gizi untuk ibu hamil, pemberian TTD untuk ibu hamil, IMD, Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), pemberian mikro nutrien (taburia), sosialisasi GEMARIKAN, program penyehatan lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi.

GEMARIKAN (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan)

GEMARIKAN merupakan program nasional dan wajib dilaksanakan di tingkat daerah, dalam rangka peningkatan konsumsi ikan, yang mempunyai dua peran penting, yakni : pendorong

o peningkatan produksi perikanan yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan khususnya dan

o peningkatan kualitas SDM melalui peningkatan asupan protein hewani dari ikan.

Gemarikan dan Masa Depan Bangsa, GEMARIKAN bukan hanya tentang variasi menu ikan sehari-hari, bukan pula sekedar menunjang kesehatan, tetapi lebih dari itu, GEMARIKAN mempunyai niat mulia yakni membangun bangsa, menyiapkan generasi yang cerdas dan berdaya saing, karena fakta berkata bangsa yang gemar makan ikan, masyarakatnya cerdas

FORIKAN Trenggalek, dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Trenggalek Nomor: 188.45/140/406.013/2011 tanggal 8 Pebruari 2011 tentang FORIKAN Kabupaten Trenggalek, dengan tujuan membangun jaringan dan kemitraan dengan berbagai pihak terkait dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi ikan

Kegiatan GEMARIKAN (i) Rapat Koordinasi, bersama pihak terkait (anggota dan pengurus FORIKAN Trenggalek) yang membahas strategi peningkatan konsumsi ikan dengan dukungan dari berbagai pihak terkait; (ii) Safari GEMARIKAN bersama anak – anak sekolah tingkat pemula (Taman Posyandu, PAUD, TK/RA, SD/MI dan pihak terkait dalam rangka peningkatan konsumsi ikan di Kecamatan Karangan, Durenan dan Pogalan; (iii) Workshop GEMARIKAN bersama ibu guru TK; (iv) Gebyar GEMARIKAN bersama anak- anak SDN 1 Sumbergedong, SDN 2 Sumbergedong, SDN 3 Ngantru, SDN 2 Surodakan dan SMPN 3 Trenggalek; (v) Partisipasi dalam Lomba Masak Ikan Tingkat Propinsi Jawa Timur dan beberapa kali menjadi juara baik untuk kategori Menu Dewasa maupun anak-anak

Tujuan/Materi GEMARIKAN, memberikan edukasi tentang jenis, manfaat ikan bagi kesehatan dan kecerdasan, mengenalkan olahan ikan baik berupa kudapan/snack maupun lauk makan siang

(35)

34

dewasa terutama ibu hamil, menyusui maupun yang memilliki putra/putri batita dan balita. Untuk sasaran dewasa, selain diberikan pengetahuan tentang manfaat ikan, juga disampaikan tentang “Menjadi Konsumen Cerdas dalam membeli ikan” dan Tips mengolah ikan yang sehat, semuanya bertujuan agar manfaat ikan bisa diperoleh anak dan seluruh anggota keluarga ketika bahan baku-nya baik dan cara mengolahnya juga sehat.

Dokumentasi Kegiatan GEMARIKAN

Pelaksanaan program kelas gizi

Kelas Gizi bertujuan dan meningkatkan Pengetahuan, Tindakan, dan Pola Asuh Ibu balitanya. Dengan adanya Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Ibu balita terhadap balitanya balita dapat mengaplikasikannya kesehariannya dan Berat kurang dapat meningkat standart pertumbuhannya. Pelaksanaan Kelas Gizi menggunakan metode FGD (Focus Group Discussion) dimana kelompok masyarakat diintervensi untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizipada saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi, dengan demikian diharapkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Trenggalek dapat menurun.

Peningkatan Pola Asuh diharapkan sesuai dengan elaksanaan pendekatan positive deviance Discussion). Pendekatan positive deviance didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk masalah masyarakat sudah ada dalam masyarakat dan hanya perlu untuk ditemukan. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan Sosialisasi Kelas Gizi dan Pendampingan Bumil di Tingkat Kabupaten, Dinas Kesehatan telah menyelenggarakan Pembentukan Kelas Gizi Kecamatan.

Keterkaitan berbagai pihak tersebut sangat berperan pada keberhasilan pelaksanaan Kelas Gizi di masyarakat. Mengingat Kelas Gizi sangat butuh Penyuluh pertanian dalam mensukseskan Kelas Gizi dengan menjelaskan dan memaparkan apa saja dan tanaman sayur buah sebagai sumber gizi masyarakat terbatas. Pada saat pelaksanaan Kelas Gizi ditekankan pemanfaatan bahan makanan lokal yang ada di sekitar masyarakat untuk menanggulangi masalah kurang gizi di masyarakat tersebut. Beberapa desa yang telah terpapar kegiatan

(36)

35

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dari Kantor Ketahanan Pangan diharapkan lebih mudah dalam akses pangan karena ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga mampu disediakan dengan pelatihan maupun penyediaan benih dari Kantor Ketahanan Pangan. Peran bagaimana cara menanam maupun meskipun dengan lahan.

Deteksi Dini Tumbuh Kembang untuk balita peserta Kelas Gizi dilaksanakan setiap 3 bulan sekali oleh petugas kesehatan. Hasil DDTK dilaporkan berupa ceklist DDTK yang kemudian dijadikan sebagai record tumbuh kembang balita.

GERBANG ANGKASA BIRU (Gerakan Perbaikan Gizi dan Akselerasi Pencegahan Kesakitan dan Kematian Ibu dan Bayi)

Program ini adalah salah satu hasil implemnetasi dari rekomendasi Forum Trenggalek Sehat atas masih adanya permasalahan diantaranya : Masih tingginya Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan masih adanya kasus Kelainan Bawaan, BBLR, KEK semasa Kehamilan, Infeksi, Anemia Bumil, GAKY, Konsumsi Garam Beriodium. Dari masalah tersebut sehingga dibutuhkan suatu gerakan yang melibatkan lebih banyak lagi stakeholder dan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Ruang lingkup kegiatan yang menjadi prioritas pada program GERBANG ANGKASA BIRU ini adalah : 1) Kelas Ibu, 2) Kelas Asi, 3) Kelas Gizi, 4) PMT Gizi Buruk, 5) PMT Ibu Hamil , 6) Pendampingan ibu hamil Risti melalui KSPR ( 2014 : 535 bumil 6x pend kader. 1 bumil 1 kader 2015: 268 ibu) kader dilatih dg bukti mengisi rapot pendampingan APBD, 7) AMBR ( Audit Maternal Bumil Risti ), dan 8) Pertemuan Bidan dan dokter pusk bahas risti dan rtl penanganan oleh rujuk.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap gambaran mikroskopis hepar yang diberi perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman pada masa pra implantasi 0-3 hari dan

Gambar 15BCD merupakan proses yang terjadi dimana asap dari pengelasan dihisap keluar oleh exhaust fan.untuk pola aliran yang dihasilakn tidak ada perbedaan yang

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014, dengan menggunakan metode deskriptif.Metode pemilihan lokasi menggunakan purposive sampling yang dilakukan di 12

memberikan laporan tentang tugas yang telah dilaksanakan/dikerjakan secara periodik kepada pimpinannya masing-masing, oleh karena itu sebaiknya para pegawai di kabag humas harus

Keterangan : Chromodoris lochi memiliki warna putih kebuan dengan garis hitam melingkar pada bagian tubuhnya dengan bagian tubuh terdiri dari rhinophore (a), mantel

Berdasarkan hasil analisis data kualitatif dan kuantitatif, maka dapat diketahui bahwa hasil observasi kegiatan siswa dan guru pada siklus I masih mencapai kategori cukup , dan hasil

Laminasi dengan sistem dingin (cold) untuk menempelkan plastik pada benda kerja dengan menggunakan lem dengan basis air, untuk mencairkan lem sesuai dengan

Dari tahap testing yang dilakukan oleh penulis, maka dapat disimpulkan Sistem informasi penjadwalan penagihan yang dibuat peneliti dapat digunakan karena sudah