• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Masyarakat yang Mengelola PMT Lokal untuk Pemenuhan Gizi pada Balita dan Ibu Hamil KEK

LOKASI UNGGULAN

9. Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Masyarakat yang Mengelola PMT Lokal untuk Pemenuhan Gizi pada Balita dan Ibu Hamil KEK

Terdapat 157 desa di Kabupaten Trenggalek yang mana melalui Program Gerbang Angkasa Biru (Gerakan Perbaikan Gizi dan Pendampingan Upaya Akselerasi Penurunan Angka Kematian dan Kesakitan Ibu dan Bayi Baru Lahir) setiap desa memiliki kelompok yang mengelola PMT lokal untuk pemenuhan gizi pada balita dan ibu hamil KEK atau 100%.

Keseriusan Pemerintah Daerah dalam menangani dan menurunkan jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Trenggalek terlihat dari diselenggarakannya kegiatan Sosialisasi Kelas Gizi dan Pendampingan Bumil Tingkat Kabupaten yang melibatkan berbagai lintas sektor masyarakat dan pemerintah serta keberlanjutan program Pendampingan Ibu Hamil Risti yang telah melahirkan SK Kepala Dinas yang mengatur mengenai Kader Pendamping Ibu Hamil Risti dan meningkatnya kerja antara Dinas Kesehatan dengan PNPM GSC dan lintas sektor terkait dalam pelaksanaan Kelas Gizi di tingkat desa.

Upaya penanggulangan masalah gizi telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Dalduk KB beserta jajarannya melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Masalah gizi timbul bukan hanya karena kurangnya asupan makanan akan tetapi juga karena beberapa faktor seperti tingkat ekonomi, pendidikan dan pengetahuan orang tua juga karena faktor sosial budaya. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan masalah gizi sangat diperlukan agar masyarakat dapat memahami dan menangani permasalahan tersebut secara mandiri. Pemberdayaan masyarakat tersebut melalui penyuluhan dan pembinaan dengan sasaran ibu – ibu rumah tangga, dimana ibu rumah tangga mempunyai peran yang besar dalam penentuan gizi keluarga.

31

Sosialisasi Kelas Gizi dan Kelas Ibu Bumil

Penanggulangan masalah gizi oleh masyarakat di Kabupaten Trenggalek dilaksanakan melalui beberapa kegiatan seperti : GEMARIKAN (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan), Pelaksanaan Program Kelas ASI, Kelompok Masyarakat Peduli ASI, Pelaksanaan program kelas gizi, penggunaan dana jimpitan desa / kelurahan untuk pemberian makanan tambahan bagi balita dari keluarga kurang mampu, gerakan pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk tanaman pangan. Bahwa dalam rangka penggerakan ASI Eksklusif telah dibentuk Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pemberian ASI Eksklusif. (Data Terlampir) Pada Tahun 2015 ini telah diluncurkan Program Inovasi GERBANG ANGKASA BIRU (Gerakan Perbaikan Gizi dan Akselerasi Pencegahan Kesakitan dan Kematian Ibu dan Bayi).

Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian, angka kesakitan serta status gizi. Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu ke waktu.

Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator penting, antara lain Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status gizi balita, anemia gizi besi pada ibu hamil dan wanita usia subur, serta Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Status gizi balita merupakan salah satu indikator SDGs yang perlu mendapatkan perhatian. Kasus gizi buruk dapat diperoleh dari indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Data tersebut diperoleh dari laporan masyarakat, kader Posyandu atau kasuskasus yang langsung dibawa ke tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas dan rumah sakit.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk

32

setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan. Data Riskesda 2013, 1 dari 3 anak Indonesia diidentifikasi stunting yang akan berpotensi menyebabkan perkembangan otak si anak kurang maksimal dan dampaknya menyebabkan turunnya produktifitas.

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.

Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha/masyarakat. Untuk memastikan konvergensi program/intervensi dan sinergitas upaya intervensi stunting, maka Pemerintah Pusat menetapkan lokasi-lokasi untuk intervensi stunting di 100 kabupaten/kota dan 1.000 desa prioritas di Tahun 2018. Pemilihan lokus ini didasarkan atas kriteria jumlah dan prevalensi balita stunting, yang dibobot dengan tingkat kemiskinan provinsi (desa-kota) dan juga aksesibilitas fasilitas kesehatan.

Pada saatnya nanti intervensi ini akan mencakup seluruh Kabupaten/Kota. Grafik dibawah ini menjelaskan prevelansi balita Stunting di Kabupaten Trenggalek.

Grafik. Data Balita Stunting Di Kabupaten Trenggalek Tahun 2015-2019

Sumber : Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Trenggalek, 2020

Upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Trenggalek berkaitan dengan penurunan angka stunting adalah berkaitan dengan perbaikan

33

gizi di masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), antara lain dengan semakin gencarnya sosialisasi ASI-Eksklusif, pendidikan gizi untuk ibu hamil, pemberian TTD untuk ibu hamil, IMD, Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), pemberian mikro nutrien (taburia), sosialisasi GEMARIKAN, program penyehatan lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi.

GEMARIKAN (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan)

GEMARIKAN merupakan program nasional dan wajib dilaksanakan di tingkat daerah, dalam rangka peningkatan konsumsi ikan, yang mempunyai dua peran penting, yakni : pendorong

o peningkatan produksi perikanan yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan khususnya dan

o peningkatan kualitas SDM melalui peningkatan asupan protein hewani dari ikan.

Gemarikan dan Masa Depan Bangsa, GEMARIKAN bukan hanya tentang variasi menu ikan sehari-hari, bukan pula sekedar menunjang kesehatan, tetapi lebih dari itu, GEMARIKAN mempunyai niat mulia yakni membangun bangsa, menyiapkan generasi yang cerdas dan berdaya saing, karena fakta berkata bangsa yang gemar makan ikan, masyarakatnya cerdas

FORIKAN Trenggalek, dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Trenggalek Nomor: 188.45/140/406.013/2011 tanggal 8 Pebruari 2011 tentang FORIKAN Kabupaten Trenggalek, dengan tujuan membangun jaringan dan kemitraan dengan berbagai pihak terkait dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi ikan

Kegiatan GEMARIKAN (i) Rapat Koordinasi, bersama pihak terkait (anggota dan pengurus FORIKAN Trenggalek) yang membahas strategi peningkatan konsumsi ikan dengan dukungan dari berbagai pihak terkait; (ii) Safari GEMARIKAN bersama anak – anak sekolah tingkat pemula (Taman Posyandu, PAUD, TK/RA, SD/MI dan pihak terkait dalam rangka peningkatan konsumsi ikan di Kecamatan Karangan, Durenan dan Pogalan; (iii) Workshop GEMARIKAN bersama ibu guru TK; (iv) Gebyar GEMARIKAN bersama anak-anak SDN 1 Sumbergedong, SDN 2 Sumbergedong, SDN 3 Ngantru, SDN 2 Surodakan dan SMPN 3 Trenggalek; (v) Partisipasi dalam Lomba Masak Ikan Tingkat Propinsi Jawa Timur dan beberapa kali menjadi juara baik untuk kategori Menu Dewasa maupun anak-anak

Tujuan/Materi GEMARIKAN, memberikan edukasi tentang jenis, manfaat ikan bagi kesehatan dan kecerdasan, mengenalkan olahan ikan baik berupa kudapan/snack maupun lauk makan siang

34

dewasa terutama ibu hamil, menyusui maupun yang memilliki putra/putri batita dan balita. Untuk sasaran dewasa, selain diberikan pengetahuan tentang manfaat ikan, juga disampaikan tentang “Menjadi Konsumen Cerdas dalam membeli ikan” dan Tips mengolah ikan yang sehat, semuanya bertujuan agar manfaat ikan bisa diperoleh anak dan seluruh anggota keluarga ketika bahan baku-nya baik dan cara mengolahnya juga sehat.

Dokumentasi Kegiatan GEMARIKAN

Pelaksanaan program kelas gizi

Kelas Gizi bertujuan dan meningkatkan Pengetahuan, Tindakan, dan Pola Asuh Ibu balitanya. Dengan adanya Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Ibu balita terhadap balitanya balita dapat mengaplikasikannya kesehariannya dan Berat kurang dapat meningkat standart pertumbuhannya. Pelaksanaan Kelas Gizi menggunakan metode FGD (Focus Group Discussion) dimana kelompok masyarakat diintervensi untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizipada saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi, dengan demikian diharapkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Trenggalek dapat menurun.

Peningkatan Pola Asuh diharapkan sesuai dengan elaksanaan pendekatan positive deviance Discussion). Pendekatan positive deviance didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk masalah masyarakat sudah ada dalam masyarakat dan hanya perlu untuk ditemukan. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan Sosialisasi Kelas Gizi dan Pendampingan Bumil di Tingkat Kabupaten, Dinas Kesehatan telah menyelenggarakan Pembentukan Kelas Gizi Kecamatan.

Keterkaitan berbagai pihak tersebut sangat berperan pada keberhasilan pelaksanaan Kelas Gizi di masyarakat. Mengingat Kelas Gizi sangat butuh Penyuluh pertanian dalam mensukseskan Kelas Gizi dengan menjelaskan dan memaparkan apa saja dan tanaman sayur buah sebagai sumber gizi masyarakat terbatas. Pada saat pelaksanaan Kelas Gizi ditekankan pemanfaatan bahan makanan lokal yang ada di sekitar masyarakat untuk menanggulangi masalah kurang gizi di masyarakat tersebut. Beberapa desa yang telah terpapar kegiatan

35

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dari Kantor Ketahanan Pangan diharapkan lebih mudah dalam akses pangan karena ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga mampu disediakan dengan pelatihan maupun penyediaan benih dari Kantor Ketahanan Pangan. Peran bagaimana cara menanam maupun meskipun dengan lahan.

Deteksi Dini Tumbuh Kembang untuk balita peserta Kelas Gizi dilaksanakan setiap 3 bulan sekali oleh petugas kesehatan. Hasil DDTK dilaporkan berupa ceklist DDTK yang kemudian dijadikan sebagai record tumbuh kembang balita.

GERBANG ANGKASA BIRU (Gerakan Perbaikan Gizi dan Akselerasi Pencegahan Kesakitan dan Kematian Ibu dan Bayi)

Program ini adalah salah satu hasil implemnetasi dari rekomendasi Forum Trenggalek Sehat atas masih adanya permasalahan diantaranya : Masih tingginya Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan masih adanya kasus Kelainan Bawaan, BBLR, KEK semasa Kehamilan, Infeksi, Anemia Bumil, GAKY, Konsumsi Garam Beriodium. Dari masalah tersebut sehingga dibutuhkan suatu gerakan yang melibatkan lebih banyak lagi stakeholder dan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Ruang lingkup kegiatan yang menjadi prioritas pada program GERBANG ANGKASA BIRU ini adalah : 1) Kelas Ibu, 2) Kelas Asi, 3) Kelas Gizi, 4) PMT Gizi Buruk, 5) PMT Ibu Hamil , 6) Pendampingan ibu hamil Risti melalui KSPR ( 2014 : 535 bumil 6x pend kader. 1 bumil 1 kader 2015: 268 ibu) kader dilatih dg bukti mengisi rapot pendampingan APBD, 7) AMBR ( Audit Maternal Bumil Risti ), dan 8) Pertemuan Bidan dan dokter pusk bahas risti dan rtl penanganan oleh rujuk.

36

Kelompok Masyarakat Peduli ASI

Lingkungan ibu menyusui juga mempengaruhi keberhasilan ibu dalam menyusui. Oleh karena itu di kabupaten trenggalek juga diadakan kegiatan berupa pembentukan KP-ASI (Kelompok Pendukung Air Susu Ibu) dan Kelas ASI.

KP-ASI merupakan sekelompok orang yang peduli terhadap pemberian ASI kepada bayi yang beranggotakan laki-laki dan perempuan baik dari masyarakat umum, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan sebagainya. KP-ASI di Kabupaten Trenggalek mulai dilaksanakan di Desa Salamrejo Kec. Karangan Kabupaten Trenggalek dengan sejumlah pendukung dari Tim Penggerak PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), Kepala Desa, Camat, Bidan Desa, Perawat Desa, Komandan Koramil, Kapolsek dan masyarakat umum. Kegiatan KP-ASI tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan pembentukan Kelas ASI. Kelas ASI bertujuan untuk membina dan memberikan pendidikan kepada sasaran (ibu hamil trimester akhir dan ibu menyusui) mengenai pemberian ASI dan mengupas tuntas semua permasalahan yang dihadapi di masyarakat dalam pemberian ASI pada bayinya.

Kelas ASI tersebut dilaksanakan dengan metode FGD (Focus Group Discussion).

Dengan demikian, tidak akan ada lagi halangan bagi ibu pekerja (wanita karir) untuk memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya. KP ASI dan Kelas ASI salah satu desa di Kecamatan Karangan tepatnya di desa Salamrejo berhasil menyabet juara 3 se Provinsi Jawa Timur pada Tahun 2013. Prestasi tersebut merupakan bukti kepedulian yang nyata dari berbagai sektor dalam rangka mendukung keberhasilan menyusui Eksklusif di wilayah kerjanya. Hal tersebut tak lepas dari kerja keras kader, bidan desa dan seluruh aspek masyarakat yang sangat peduli terhadap keberhasilan menyusui secara eksklusif. Yang dimaksud ASI Eksklusif adalah memberikan ASI saja kepada bayi, tanpa makanan lain, sampai bayi mencapai usia 6 bulan. Kebijakan menyusui termasuk penegasan larangan pengiklanan susu formula dan pembatasan pemberian rekomendasi bagi pemberian susu formula.

Ruang Laktasi dan fasilitas menyusui yang dimaksud harus memenuhi persyaratan: ada ruangan tertutup, wastafel (tempat cuci tangan), lemari es, meja bayi, dan kursi untuk tempat duduk ibu yang menyusui/memerah ASI. Ruang Laktasi dan fasilitas menyusui terutama disediakan di tempat kerja (instansi pemerintah dan swasta), ditempat umum (pusat perbelanjaan, stasiun, bandara, dll) dan tempat layanan public lainnya, merujuk pada Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

Pelaksanaan Program Kelas ASI

Pelaksanaan Kelas ASI berupa serangkaian kegiatan antara lain pendataan sasaran, pembentukan kelas ASI, Pemberian Materi dan Konseling

37

Menyusui, Pembuatan contoh Makanan Pendamping ASI dengan bahan lokal serta Monitoring dan evaluasi. Pemberian Materi dan konseling menyusui serta pembuatan contoh makanan Pendamping ASI dilaksanakan setiap 2 bulan sekali.

Dalam serangkaian kegiatan tersebut, bayi yang menjadi peserta dalam kelas ASI secara tidak langsung mendapatkan pendampingan dalam pelaksanaan pemberian ASI hingga tercapainya ASI Eksklusif hingga 6 bulan penuh.

Dokumentasi Kegiatan Kelas ASI di Desa

Di Kabupaten Trenggalek untuk presentase bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif pada tahun 2019 sebanyak 63,2% sedangkan tahun 2020 sebanyak 79,5% sehingga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.(Data

Terlampir)

12. Persentase Balita yang Mengikuti Program Suplementasi Kapsul Vitamin

Dokumen terkait