• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Alam (cuaca, iklim, makanan, minuman, air, sarana dan prasarana)

TEMUAN DAN INTERPRESTASI DATA 4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

4.4 Latar Belakang Hadirnya Mahasiswa Asal Papua Di USU

4.5.1 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Alam (cuaca, iklim, makanan, minuman, air, sarana dan prasarana)

Adapun penyesuaian adaptasi mahasiswa asal Papua terhadap alam merupakan hal pertama yang terjadi ketika mereka pertama kali sampai di kota Medan khususnya di Universitas Sumatera Utara (Asrama Putra dan Putri). Mereka ada yang buta sama sekali mengenai tentang wilayah Medan. Mereka hanya mengetahui kalau tempat itu adalah sangat jauh dari mereka tinggal. Hal ini tergambarkan dari lamanya perjalanan dan rasa capek secara fisik dan tentunya keadaan alam Papua dan Sumatera jelas berbeda.

Hal ini seperti yang diutarakan informan Berlinda,yaitu :

“…iya kaka, ketika sudah sampai disini kaka, Medan ini sungguh panas kaka. Tidak seperti disana dingin karena saya tinggal di bawah kaki gunung Jayawijaya yang atasnya ada saljunya kaka, jadi dingin terlalu daripada disini…”

Berdasarkan hasil wawancara salah satu informan diatas adalah jarak yang mereka tempuh untuk belajar ke wilayah ini sangatlah jauh. Hal ini dapat dilihat dari jarak rata-rata yang ditempuh untuk ke daerah ini memerlukan waktu seharian penuh. Dengan jarak yang terlalu jauh tentunya kondisi keadaan alam sangat jauh

74 berbeda dengan daerah asalnya. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa asal Papua harus dapat menyesuaikan diri mereka selama belajar di Universitas Sumatera Utara.

Selain itu, dalam hal makanan dan minuman sangat jauh berbeda dengan di Papua. Terdapat beranekaragam pilihan untuk ingin makan, minum dengan rasa yang berbeda dengan harga yang sangat terjangkau pula. Untuk makanan sendiri, mahasiswa asal Papua tidak terlalu terkejut dengan adanya perbedaan cita rasa dari makanan yang ada disini. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Paskalis :

“…saya suka pedas kaka, jadi saya tidak terlalu kaget dengan rasa masakan yang ada disini kaka. Hanya disini banyak yang mau pilih-pilih dimakan misalnya rending dan sambal…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa mahasiswa asal Papua tersebut dapat menyesuaikan dengan cita rasa makanan yang berada di daerah ini. Rasa pedas menjadi ciri khas dan hal yang sama disini dengan yang ada di Papua, hanya beda di jenis makanan, masakan dan harganya saja.

Kemudian dari segi pengairan di Medan dengan yang ada di Papua sangatlah berbeda. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Berlinda :

“…biasanya kan kaka, air dikampung kami lebih banyak memakai air dari pegunungan kaka, mungkin karena kampung kami di daerah pegunungan ya kaka..tapi ya setau kami kebanyak manfaatkan air dari alam sih kaka. Makanya air disana dingin bersih dan lancar aja kaka…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa dari segi pengairan bahwa perbeedaan disana masih banyak menggunakan pengairan secara tradisional yaitu

75 memanfaatkan air dari gunung sedangkan di sini terutama di asrama yang menjadi tempat tinggal mereka menggunakan PAM atau air sumur bor.

Mengenai sarana dan prasarana di Medan lebih ramai dibandingkan di Papua dalam artian memang sama-sama memiliki pendatang dari luar kota yang menjadikan Kota Medan adalah kota metropolitan dan sebagai contoh terdapatnya sarana-sarana hiburan yang tersedia baik indoor maupun outdoor. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Rince :

“…sarana dan prasarana yang ada di Medan cukupla lengkap kaka bagi kami. Sangat jauh beda dengan yang ada di Papua kaka. Berbagai hiburan ada. Kemudian mau kemana-mana dan mau ngapa-ngapai semuanya serba ada. Tinggal kita milih aja kaka.contohnya selain tempat hiburan seperti mall, disini banyak tempat fotokopy, warnet, banyak yang jual pulsa, itu semuakan dapat mempermudah kita dalam mengurusi urusan kampus kaka. Itu juga yang membuat saya tidak kesusahan disini…”

Berdasarkan wawancara informan diatas bahwa banyaknya sarana dan prasarana yang terdapat di kota Medan ini dapat membantu khususnya bagi mahasiswa asal Papua dalam mempermudah setiap aktifitasnya. Selain itu, banyaknya terdapat hiburan yang telah disediakan untuk memanjakan setiap masyarakat yang berada di Kota Medan juga menjadi faktor penarik banyaknya mahasiswa asal dari daerah lain khususnya asal Papua untuk menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara Kota Medan walaupun di Papua itu sendiri masih ada universitas negeri tetapi mereka lebih memilih untuk keluar dan akhirnya memilih atau sampai di Universitas Sumatera Uta

76 4.5.2 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Lingkungan Sosial (Bahasa, Budaya Lokal, Orang-orang disekitar dan Tempat Tinggal).

Penyesuaian mahasiswa asal Papua terhadap lingkungan sosialnya dapat dilihat dari proses pertama kali hadir atau sampai di Universitas Sumatera Utara seperti bahasa dimana di Kota Medan terdapat banyaknya berbagai bahasa local atau daerah seperti bahasa Batak, Bahasa Melayu, Bahasa Jawa, Bahasa Cina, Bahasa Gaul Medan dan bahasa-bahasa lainnya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Paskalis :

“…dulu pertama kali saya sangat susah untuk bisa berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan lancar karena pengaruh logat daerah aku kaka. Jadi sering kali teman-teman aku yang berasal dari daerah lain kurang mengerti akan perbincangan aku kaka…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa mahasiswa yang berasal dari Papua tersebut mengakui sangatlah sulit untuk bisa beradaptasi dari segi bahasa dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa dari daerah lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh logat dari bahasa daerah mereka sendiri. Tetapi dengan begitu mahasiswa asal Papua terus mencoba terus belajar dan beradapatsi dengan bahasa yang digunakan di daerah ini karena bahasa menjadi patokan utama seseorang individu untuk dapat beradaptasi ditempat tinggalnya demikian juga untuk proses interaksinya.

Dalam hal ini mereka juga harus bisa beradaptasi dengan budaya local yang ada disini misalnya saja disana masih ada yang tidak mengenakan pakaian baik perempuan maupun laki-laki karena sifatnya yang masih tradisional. Disini

77 semua orang sudah memakai pakaian baik perempuan maupun laki-laki, diluar maupun didalam rumah, baik ketika menjalankan aktifitas ataupun rutinitas.

Selain itu terdapat bercampurnya budaya seperti akulturasi dan asimilasi yang terjadi disini, bisa saja mahasiswa asal Papua berteman kemudian mempelajari dan mengetahui budaya dari mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Sebagai contoh, jika dilihat dari segi budaya pertanian baik dilihat dari cara menanam, memanen, dan hasil pertaniannya. Misalnya mahasiswa asal Papua yang kuliah di jurusan pertanian yang akan mengelola hasil pertanian dengan baik setelah dia belajar dan kuliah di jurusan pertanian USU. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Uta salah satu informan yang berasal dari pertanian:

“…berbicara untuk mengelola pertanian, biasanya kan kaka disana masih banyak menggunakan alat0alat tradisional berbeda dengan yang disini yang menggunakan alat modern. Kalaupun ada alat-alat modern disana masih sedikit disana jumlahnya. Jadi rencana dan harapannya saya bisa memodernkan alat-alat produksi pertanian disana dengan ilmu yang didapat disini…”

Hal ini ditambahkan oleh informan Rince jurusan Kesehatan Masyarakat : “…kami sebagai perempuan disana kaka biasanya kalau tidak sekolah ataupun pulang sekolah biasanya kami pergi ke lading. Kami sudah biasa begitu ka.. mau perempuan mau laki-laki yang penting kami ke ladang. Mungkin beda dengan orang yang ada disini, pulang sekolah bisa jalan-jalan ke kota bersama dengan teman-teman…”

78 Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukan bahwa budaya lokal antara di Papua dengan budaya daerah sini jelas berbeda. Perbedaan itu hanya sebagai bentuk keragaman budaya Indonesia dan di dalam penelitian ini hanya sebagai pendukung dalam proses sosial adaptasi mahasiswa asal Papua tersebut.

Mengenai tempat tinggal dan orang-orang di sekitar, mereka harus mampu menyesuaikan diri karena hal tersebut untuk waktu jangka yang lama. Mereka harus tinggal di asrama (putra ataupun putri) dengan orang-orang di sekitaran tempat tinggal yang baik berasal dari Papua ataupun dari daerah lainnya. Sebagai contoh, mereka harus saling mengenal setidaknya identitas mahasiswa asal daerah lain yaitu nama, asal orang tersebut, dan identitas lainnya. Hal ini untuk kepentingan keberlangsungan hidup selama tinggal di tempat tersebut seperti yang diutarakan salah satu informan UTA yang mengatakan bahwa :

“…ya, namanya disini kami pendatang, pastinya perlu banyak untuk kenal orang disini. Kan, gak mungkin kami gak punya teman. Tidakpun teman kuliah hanya sekedar berkenalan pun bisa agar tidak dilihat sebagai orang yang sombong. Sebenarnya tidak kami saja yang berkenalan duluan begitu juga dengan orang lain yang mau berkenalan dengan kami…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, mahasiswa asal Papua harus bisa membiasakan diri dengan tempat tinggal asrama baik putra maupun putri, mematuhi peraturan, menjaga ketertiban dan fasilitas yang diberikan selama tinggal. Harus memiliki sikap ramah tamah agar tidak terkesan sombong dan sendiri, begitu juga sebaliknya dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Hal ini menjadi patokan agar kesan pertama ketika berkenalan dengan orang lain

79 yang bukan berasal dari Papua merupakan penerimaan sosial yang baik. Sebagai contoh mahasiswa asal Papua setidaknya harus bisa berkenalan dengan mahasiswa atau orang dari daerah lain agar proses adaptasi dan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan sosialnya baik. Setidaknya orang lain tersebut paling tidak bisa menggambarkan atau menjelaskan kepada mahasiswa asal Papua mengenai keadaan dan kondisi sosial di Universitas Sumatera Utara.

4.5.3 Pola Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Mahasiswa dari Daerah