• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN DAN INTERPRESTASI DATA 4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

4.3 Profil Informan Mahasiswa Asal Papua Dan Mahasiswa Asal Daerah Lain

4.3.3 Elliyus Pase

Elliyus Pase adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Peternakan. Elliyus lahir di Wamena dan telah berumur dua puluh satu tahun. Elliyus sudah tinggal di Medan selama tiga tahun. Ia bersuku nayak.

56 Salah satu alasan Elliyus berkuliah di USU agar bisa berkuliah di luar daerah Papua walaupun jauh dari orangtua. Elliyus mengatakan kalau kami anak-anak Papua memang sengaja dikirim keluar daerah untuk berkuliah dari pemerintah dengan tujuan mengembangkan potensi daerah kami ketika kami kembali nanti. Ia memilih USU pada pilihan ke tiga ketika ujian seleksi penerimaan beasiswa mahasiswa ke perguruan tinggi. Perasaan Elliyus pertama kali sangat senang karena bisa berkuliah jauh dari daerah sendiri.

Pertama kali Elliyus datang ke Medan bersama dengan teman-teman yang berasal dari Papua yang berkuliah di USU. Mereka melakukan pengarahan tentang pengenalan daerah dan lingkungan sekitar yang dibuat dari USU melalui perwakilan dari pemerintahan Papua dan mereka bertempat tinggal di Asrama Putra USU. Hal inilah Elliyus banyak dapat berkenalan dengan teman-teman yang berasal dari Papua yang sudah berkuliah lebih dahulu maupun teman-teman yang berasal dari daerah lain yang sama-sama tinggal di Asrama Putra.

Rutinitas awal yang dilakukan oleh Elliyus adalah berkeliling di lingkungan asrama dan kampus seperti pergi bersama dengan teman-teman yang satu daerah untuk berkeliling di lingkungan asrama, pergi ke kampus dan mengikuti kegiatan awal yang diadakan di kampus, serta bermain futsal dengan teman-teman satu asrama. Menurut Elliyus, semua kondisi lingkungan yang berada disini sangatlah asing baginya. Elliyus terkadang masih kurang percaya diri untuk berteman dengan teman-teman yang berasal dari daerah lainnya sehingga terkadang Elliyus masih mau menutup diri tetapi Elliyus tetap berusaha untuk berbaur dan bersosialisasi dengan orang-orang yang ada baik di lingkungan

57 kampus maupun di asrama. Elliyus juga sudah mengikuti kegitan-kegiatan aktif yang di adakan oleh kampus seperti sebagai anggota acara seminar yang diselenggarakan oleh kampus, dan aktif mengikuti organisasi-organisasi.

Pada awalnya Elliyus merasa bahwa orang-orang yang berada disini terlalu asing melihat kami sehingga terkadang diejekin dengan mereka. Tetapi dengan begitu Elliyus tetap saja bergabung dan berbaur dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Elliyus mengakui sangatla sulit untuk bisa berbaur dengan orang-orang disekitar. Dari segi bahasa dan cara bergaul yang sangat berbeda tetapi Elliyus ingin belajar untuk memahaminya. Elliyus betah untuk tinggal disini> Menurut Elliyus walaupun awalnya mereka sangatla asing dengan kedatangan kami tetapi lama kelamaan mereka juga sudah mulai terbuka dengan kami, bahkan mahasiswa yang berasal dari daerah lain baik dan mau membantu ketika mau kita kesulitan dalm mengatasi masalah. Selain itu, jika dilihat dari segi cuaca, tempat tinggal, dan makanan yang sangat jauh berbeda tetapi Elliyus masih bisa untuk menyesuaikannya. Inilah caranya untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.

Mengenai interaksi keluarga, Elliyus sering berkomunikasi terutama dengan orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Elliyus pulang ke kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya transportasi yang sangat mahal harganya.

58 4.3.4 Rince Wenda

Rince Wenda adalah salah satu mahasiswi yang berasal dari dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ia lahir di Tembagapura dan telah berumur dua puluh satu tahun. Ia bersuku Lanny. Sudah tiga tahun ia tinggal di Medan untuk berkuliah.

Alasan Rince untuk memilih berkuliah di USU ini adalah karena rasa ingin tahu dia tentang USU dan mencoba untuk berkuliah di wilayah Sumatera. Sebelumnya Rince sudah mencari banyak informasi tentang USU dari internet maupun dari teman-teman perantauan yang dahulunya tinggal di Medan sehingga ia memilih kuliah di USU pada pilihan ketiga di saat seleksi program beasiswa penerimaan mahasiswa baru yang diadakan oleh pemerintah pusat Papua. Walaupun merasakan perasaan senang tetapi Rince juga takut dan sedih berpisah dengan orangtua ketika pertama kali sampai di USU.

Setibanya Rince sampai di USU, Rince dan bersama dengan teman-teman sedaerahnya yang ikut juga berkuliah di USU mengikuti pengarahan-pengarahan tentang memperkenalkan masyarakat dan lingkungan disini bersama dengan perwakilan dari pemerintah Papua dan bertempat tinggal di asrama putri USU. Hal inilah yang menyebabkan Rince mulai bertemu dan berkenalan dengan senior-senior yang berasal dari Papua maupun yang berasal dari daerah lain.

Awalnya rutinitas yang di lakukan Rince hanya sekitaran asrama dan kampus dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang di adakan baik dari kampus seperti mengikuti acara keagamaan maupun dari pihak ikatan mahasiswa dari Papua itu sendiri. Dengan begitu Rince dapat berteman dengan teman-teman baru

59 yang berasal dari daerah lain. Hal inilah cara Rince untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar selama berkuliah di USU.

Rince mengakui bahwa ia betah untuk tinggal disini walaupun pada awalnya ia merasa takut dan tidak percaya diri untuk menghadapi orang-orang disekitarnya karena Rince merasa takut kalau masyarakat tidak menerimanya tetapi setelah beberapa lama Rince tinggal di daerah ini, penerimaan masyarakat sekitar yang dirasakan oleh Rince adalah terbuka, baik dan ramah terhadap kelompok kami. Rince mengatakan walaupun cara bergaul kami yang beridentik dengan kasar serta cara berbicara dan bahasa kami yang sulit dimengerti tetapi Rince tetap berusaha untuk aktif dan belajar menggunakan bahasa Indonesia yang benar agar bisa berbaur dengan teman-teman yang berasal dari daerah lain. Selain itu, dari segi makanan, tempat tinggal dan cuaca walaupun sangat berbeda jauh dengan daerah asal tetapi Rince masih bisa beradaptasinya dan menyukainya.

Mengenai interaksi keluarga, Rince sering berkomunikasi terutama dengan orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Rince pulang ke kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya transportasi yang sangat mahal harganya.