• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Administrasi Tes

1. Pengertian Administrasi Tes

Pengertian administrasi tes dapat dibedakan menjadi dua pengertian yaitu:

a. Administrasi tes dalam arti sempit

Menurut Soewarno Handayaningrat “Administrasi secara sempit berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda) yaitu meliputi kegiatan catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, keti-mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan administrasi dalam arti sempit merupakan kegiatan ketatausahaan yang meliputi kegiatan catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan dan pengarsipan surat serta

hal-hal lainnya yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh informasikembali jika dibutuhkan.

b. Administrasi dalam arti luas.

Menurut The Liang Gie mengatakan“Administrasi secara luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Administrasi secara luas dapat disimpulkan pada dasarnya semua mengandung unsur pokok yang sama yaitu adanya kegiatan tertentu, adanya manusia yang melakukan kerjasama serta mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pendapat lain mengenai administrasi dikemukan oleh Sondang (2000) ia mengemukakan“Administrasi adalah keseluruhan proses kerjaasama antara 2 orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Berdasarkan uraian dan definisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa administrasi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan melalui kerjasama dalam suatu organisasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan uraian definisi administrasi, maka dapat disimpulkan bahwa Pengadministrasian tes adalah proses kegiatan pelaksanaan tes yang dimulai dari proses perencanaan, penyusunan naskah tes sampai dengan pelaksanaan tes (mengerjakan tes ).

2. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Administrasi Tes

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan menyelenggarakan suatu tes (Anastasi & Urbina, 2007), yaitu:

a. Persiapan tester sebelum dilakukan tes

Prosedur tes yang baik adalah persiapan sebelumnya yang berarti didalam pelaksanaan tes tidak boleh terjadi hal yang darurat, yang tidak dipersiapkan sebelumnya. Harus dilakukan berbagai cara untuk mencegah hal-hal yang darurat, hanya karena dengan cara ini keseragaman tes dapat dijamin.

Menghafal instruksi tes secara verbal juga merupakan hal penting untuk pelaksanaan tes perorangan maupun teskelompok, dimana instruksi dibacakan kepada peserta tes, , selain itu digunakan pemahaman (keakraban) terhadap pernyataan-pernyataan yang harus dibaca guna mencegah salah baca dan keragu-raguan dan memungkinkan cara yang lebih alamiah dan informal selama penyelenggaraan tes.

Persiapan materi tes adalah langkah awal penting lainnya, dimana pada saat akan melaksanakan tes bahan-bahan yang berhubungan dengan tes harus dipersiapkan. Hal ini berguna untuk memperlancar kegiatan tes yang akan dilakukan, dimana, bahan tes seharusnya ditempatkan di meja dekat dengan tester sehingga mudah dijangkau oleh tester tetapi tidak menggangu perhatian peserta tes. Dalam tes kelompok, semua blanko tes, lembar jawaban, pensil yang digunakan,

atau bahan-bahan lain yang dibutuhkan seharusnya diuji, dihitung, diperiksa dan diatur terlebih dahulu sebelum hari tes.

Untuk tes individual, pelatihan administrasi tes adalah hal yang sangat penting. Pelatihan yang dilakukan haruslah meliputi demonstrasi dan pelatihan pemberian instruksi dan dilakukan lebih dari satu tahun.

Untuk tes yang sifatnya kelompok, perlu diadakan briefing terlebih dahulu antara tester dan penyelenggara tes, sehingga masing-masing pihak mengetahui dengan baik tugas dan fungsi yang akan dilakukan.

b. Kondisi Tes

Prosedur tes yang terstandarisasi berlaku tak hanya pada instruksi-instruksi verbal, penentuan waktu, bahan-bahan, dan aspek-aspek tes lainnya, tetapi juga pada lingkungan tes. Perhatian harus diberikan pada pemilihan ruang tes yang sesuai. Ruangan harus bebas dari suara dan gangguan yang tidak perlu, serta seharusnya memiliki pencahayaan, ventilasi, tempat duduk dan ruangan yang memadai bagi orang yang mengikuti tes. Langkah-langkah khusus juga harus diambil untuk mencegah interupsi selama tes dilaksanakan. Menempelkan tanda dipintu bahwa tes sedang berlangsung adalah cara yang efektif.

Sedangkan, untuk tes yang kelompoknya lebih besar mengunci pintu atau menempatkan asisten diluar setiap pintu mungkin diperlukan untuk mencegah masuknya orang-orang yang datang terlambat.

Penting untuk menyadari sejauh mana kondisi tes bisa mempengaruhi skor tes. Bahkan aspek-aspek situasi tes yang tampaknya tidak penting bisa amat mempengaruhi kinerja orang yang dites.

Misalnya, sekelompok siswa yang mengikuti tes diberikan sebagian kelompok kursi dan meja dan sebagian lagi diberikan kursi tanpa meja, hasilnya siswa yang mengikuti tes dengan kursi dan meja memperoleh nilai yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti tes tanpa meja (T.L. Kelly, 1943; Trakler dan Hilkert, 1942; dalam Anastasi &

Urbina,1997).

F.O.Bell, Hoff and Hoyt (1964) mengemukakan bahwa penggunaan lembar jawaban yang tidak terstandarisasi juga mempengaruhi hasil dari skor tes (dalam Anastasi dan Urbina,1997).

Administrasi yang menggunakan lembar jawaban yang terpisah pada anak dibawah kelas lima sekolah dasar dapat memyebabkan skor tes lebih rendah dibandingkan dengan lembar jawaban yang tidak dipisah dari soal dan disatukan dalam bentuk booklet.

Banyak kondisi tes yang dapat mempenagruhi hasil tes, hal ini telah terbukti pada tes bakat dan tes kepribadian. Faktor lain, seperti apakah penguji orang asing atau orang yang sudah dikenal oleh peserta tes, bisa cukup menimbulkan perbedaan pada skor tes (Sacks,1952;Tsudxuki, Hatta & Kuze, 1957; dalam Anastasi & Urbina, 1997). Selain itu Wickes (1956) mengungkapkan cara dan prilaku tester seperti tersenyum, menganggukkan kepala, memberi komentar pujian seperti “baik” juga terbukti memeberi penagruh terhadap hasil tes (dalam Anastasi & Urbina, 1997).

Ada tiga hal yang harus di perhatikan pada saat melakukan pengadministrasian tes. Pertama, ikuti prosedur tes secara terstandart

secara terperinci. Kedua, catatlah setiap kondisi tes yang dianggap tidak biasa dalam arti yang dapat berpenagruh terhdap peserta tes maupun hasil tes sekecil apapun. Ketiga, jadikanlah catatan yang telah dibuat mengenai kondisi tes menjadi bahan pertimbangan pada saat menginterppretasi hasil tes.

c. Memperkenalkan tes: Rapport dan orientasi peserta tes

Istilah “Rapport” mengacu pada upaya tester dalam meningkatkan minat peserta tes dan meningkatkan kerja sama pada saat tes sedang berlangsung serta mendorong testee memberika respon yang tepat pada sasaran-sasaran tes. Teknik yang digunakan dalam membangun Rapport pada administrasi tes sangat berhubungan dengan administrasi tes. Pada saat membangun rapport, keseragaman kondisi tes terhadap semua peserta tes sangat penting agar semua tes dapat dibandingkan.

D. Differential Item Functioning Administrasi tes pada Adversity Response Profile versi Manual dan Online

Psikologi berasal dari bahasa Yunani, Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harfiah psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, oleh karena “ilmu jiwa” diganti menjadi ilmu prilaku yang dapat diamati, dirasakan, dilihat dan tampak oleh mata. Jadi

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang prilaku manusia. Untuk mengukur prilaku manusia diperlukan tes Psikologi.

Tes Psikologi berguna untuk mengukur perbedaan-perbedaan reaksi individu yang sama terhadap berbagai situasi yang berbeda. Penggunaan alat tes psikologi digunakan diberbagai bidang Psikologi seperti: Bidang kepribadian yang mencakup pemeriksaan orang-orang yang mengalami gangguan emosi yang parah dan masalah-masalah prilaku lainnya, dibidang pendidikan tes psikologi digunakan untuk mengklarifikasi anak-anak berdasarkan kemampuan mereka, mana pembelajar yang cepat dan lamban, konseling pendidikan untuk tingkat sekolah dan universitas, dan menyeleksi orang-orangyang melamar masuk sekolah profesional dan, dibidang industri dan organisasi hampir seluruhnya menggunakan tes psikologi dimana digunakan untuk penerimaan karyawan,penunjukkan tugas, pemindahan, promosi, ataupun pemutusan hubungan kerja dll.

(Anatasi & Urbina, 1997).

Salah satu tes yang sering digunakan didalam dunia pendidikan maupun dunia perusahaan adalah tes Adversity Respon Profile, tes ARP merupakan tes yang digunakan untuk melihat AQ seseorang yang bertujuan untuk melihat bagaimana individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi dan menjadikannya sebagai sebuah peluang didalam kehidupannya.

Dibidang pendidikan khususnya diperguruan tinggi kita dapat melihat bagaimana cara mahasiswa ketika menghadapi suatu kesulitan dengan menggunakan tes ARP. Kesulitan-kesulitan yang sering dihadapi

mahasiswa salah satunya ketika seorang mahasiswa memilih untuk kuliah sambil bekerja, dimana untuk melihat sejauh mana mahasiswa dapat mengendalikan kesullitan yang dihadapi menjadi sebuah tantangan atau sebaliknya kita dapat melihatnya dengan melakukan tes ARP.

Tes ARP juga telah banyak digunakan, hal ini sejalan dengan yang dikemukan oleh bapak Stoltz (2000) bahwa tes ARP telah digunakan lebih dari 7500 dari seluruh dunia dengan berbagai macam karir, usia, ras dan kebudayaan. Karena banyaknya penggunaan tes ARP seiring perkembangan zaman, tes ARP ini tidak hanya dapat diadministrasikan secara manual tetapi tes ini juga dapat diadministrasikan secara online.

Karena adanya pengadministrasian secara manual maupun online pada tes ARP maka memunculkan konsep baru yang berkaitan dengan karaktarakteristik psikometri alat tes, salah satu karakteristik psikometri yang berkaitan adalah DIF yang bertujuan untuk melihat derajat keadilan tes ketika dikenakan pada dua kelompok yang berbeda baik secara manual maupun secara online, sesuai dengan konsep DIF yaitu untuk membandingkan dua kelompok.

Pada hakikatnya pengadmistrasian dilakukan dengan meggunakan paper-and-pencil, tetapi seiring berkembangnya zaman penggunaan komputer mempengaruhi setiap fase pada pemberia tes, termasuk administrasi, skoring, pemberian laporan, dan interpretasi (FB,baker,1989;Butcher,1987;Gutkin & Wise, 1991; Roid, 1986; dalam Anastasi dan Urbina,1997). Penggunaan komputer dan internet

memberikan revolusi baru pada dunia alat tes, sehingga memunculkan metode plaksaanaan baru yaitu adminisrasi secara online.

Dalam penggunaan tes online ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu bagaimana individu tersebut bekerja, bagaimana mereka memproses informasi dan bagaimana mereka mampu breaksi pada situasi yang berbeda, termasuk pada perbedaan metode yang diberikan sewaktu administrasi tes (Bushnell & Mullin,1987). Salah satu tes yang menggunakan pengadmistrasian manual maupun online adalah tes ARP dimana tes ini banyak dilakukan oleh bidang psikologi industri dan organisasi.

Administrasi tes online merupakan metode yang menggunakan komputer, dimana tes paper-and-pancil yang biasa disebut administrasi tes manual, didesain dalam versi elektronik dan di-posting ke Web site (Osterlind,2010). Adanya administrasi tes secara online yang didasarkan pada penggunaan komputer memunculkan perbedaan dalam pengadministrasian tes. Pada administrasi tes secara online, peserta langsung memberi instruksi yang sudah ada pada layar komputer, tempat administrasi tes sudah ada bahkan bisa dilakukan oleh orang-orang yang berbeda negara, tidak menggunakan paper dan pencil melainkan menggunakan media elektronik seperti komputer, laptop atau smartphone (Kaplan & Sacuzzo, 2005; Osterlind, 2010). Usaha membangun rapport juga hampir tidak ada karena minimnya interaksi peserta tes kepada tester (Kaplan & Sacuzzon,2005 dalam Putri & Nazriani, 2014).

Adanya perbedaan pengadministrasian pada tes ARP, maka akan memungkinkan bias pengukuran yang disebabkan oleh performa butir yang berbeda ketika diterapkan pada dua sampel yang berbeda, untuk melihat hasil dari perbedaan tersebut digunakan anaslisis aitem (Sumintono & Widhiarso, 2013). Pada pengembangan alat tes, analisis aitem merupakan langkah awal yang krusial, yang meliputi berbagai jenis prosedur evaluasi termasuk karakteristik yang diukur (Coaley, 2010).

Analasis aitem memiliki berbagai istilah yang dalam psikometri dinamakan dengan butir yang terjangkit keberfungsian butir diferensial/Differentian Item Functioning (Zumbo, 1999), DIF merupakan salah satu konsep dalam pengukuran bias yang berpengaruh pada validitas (Coaley,2010). DIF mencul ketika peserta memiliki kemampuan yang sama dari kelompok yang berbeda, namun memiliki kesempatan yang tidak sama dalam merespon aitem (cenderung setuju pada pernyataan aitem tertentu). Hal ini berarti DIF adalah sebuah kondisi dimana individu dari kelompok yang berbeda, memiliki kemungkinan berbeda dalam menyetujui sebuah pernyataan aitem setelah laten trait yang diukur dikondisikan setara (Zumbo,1999; Rahmawati,2010 dalam Putri &

Nazriani 2014)

Penelitian mengenai DIF mencakup dua kelompok yang diuji, yaitu Kelompok Referensi (Reference Group) dan Kelompok Fokal (Focal Group). Dimana admistrasi secara manual dianggap sebagai kelompok refrensi diakrenakan tes secara manual merupakan senttingan asli yang menjadi awal mula, dasar dan acuan dalam pengadministrasian tes.

Sedangkan administrasi secara online dianggap yang menjadi kelompok fokal. (Camilli & Shepard, 1994 dalam Putri & Nazriani, 2013ll).

Pengadministrasian secara manual memiliki keunggulan dimana teter dapat berinteraksi secara langsung dan mengobservasi para peserta tes yang tidak bisa didapatkan dari pengadministrasian secara online (komputer), dimana penggunaan komputer juga memiliki kekurangan pada interpretasiyang berkaitan dengan Clinical judgement (Putri & Nazriani, 2014 dalam Kaplan & Sacuzzon,2005). Walaupun demikian penggunaan tes menggunakan komputer juga mempunyai beberapa keuntungan seperti mengurangi bias, menghemat waktu, data langsung masuk kedalam sistem komputer (meningkatkan akurasi skoring), mengurangi biaya, hasil respon tepat waktu karena terinput secara langsung ke komputer dan lebih dapat mengontrol bias. Hal ini dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi pada pengadministrasian secara manual pada hal standarisasi, kontrol dan error saat skoring.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa penadministrasian secara online lebih nyaman dibandingan secara manual, hal ini sejalan dengan pendapat Locke dan Gilbert pada tahun 1995 yang menunjukkan bahwa peserta tes memberikan pengalaman positif dengan komputer.

Tetapi kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa administrasi tes menggunakan komputer sama reliabelnya dengan administrasi tes secara manual (Kaplan & Sacuzzo,2005; Groth-Marnat,1999). Tetapi biar bagaimanapun pengadmisinstrasian secara secara manual tidak bisa digantikan seutuhnya walaupun penggunaan tes secara online memiliki

beberapa keunggulan, terlepas dari itu tidak ada yang bisa menggantikan secara penuh keutamaan yang dilakukan secara mandiri yang dilakukan individu itu sendiri. Dimana tes manual juga merupakan settingan asli yang dapat dianggap menjadi kelomok refrensi (Refrence Group) dan kelompok fokal (focal group).

Situasi yang berbeda dalam pelaksanaan tes akan berpengaruh pada hasil skor subjek. Selain itu perbedaan metode dalam memberikan tes juga mempenaruhi hasil tes. Sejulain itu tujuan dilakukan DIF pada tes ARP untuk melihat keberfungsian aitem ketika dilakukan pengadministrasian pada kelompok yang berbeda.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti ingin meneliti mengenai perbedaan Differential Item Functioning pengadministrasian tes pada Adversity Response Profile versi manual dan Online.

E. Hipotesis

Ada Differential Item Functioning pengadministrasian tes pada Adversity Response Profile versi Manual dan Online.

BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desaian penelitian (Sugiyono, 2013).

Menurut Sugiyono (2012) penelitian deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap onbjek yang diteiti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagai mana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku.

A. Data yang Digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah aitem-aitem ARP yang terdiri dari dua kelompok yaitu, kelompok manual dan online

B. Subjek Penelitian

Adversity Response Profile pada penelitian ini diberikan untuk mahasiswa yang kuliah sambil bekerja yang memasuki masa dewasa awal (emerging adulthood), yang dimulai dari rentang usia 18 hingga 25 tahun (Santrock,2011). Mahasiswa adalah individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi (Siswoyo, 2007). Kuliah adalah proses

pembelajaran dalam tingkat perguruan tinggi dan bekerja adalah melakukan kegiatan atau pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu untuk memperoleh pendapatan dan keuntunagan (Badan Pusat Statistik). Maka kulliah sambil bekerja adalah mahasiswa yang sedang dalam proses pembelajaran pada tingkat perguruan tinggi yang melakukan pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selam seminggu untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.

Menurut Kohen (dalam Ronen,1981) bentuk pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa adalah jenis pekerjaan paruh waktu atau Part Time. Berdasarkan Badan Pusat Statistik yang dimaksud dengan kerja Part Time adalah kerja dibawah jam normal (kurang dari 35 jam seminggu).

Dalam penelitian ini sendiri, yang dimaksud dengan kerja part time/

kerja paruh waktu adalah kerja yang dilakukan oleh mahasiswa yang menjadikan kerja paruh waktu (kurang dari jumlah jam kerja normal) sebagai pekerjaan sambilan disamping tugasnya untuk belajar diperguruan tinggi.

Teknik sampling yang digunakan adalah incident sampling. Incident sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang ditemui cocok dengan sumber data (Sugiyono, 2012).

Menurut pemodelan Rasch ukuran sampel dengan tingkat kepercayaan 95% sebanyak 50 orang (Sumianto & Widhiarso,2013). Yang mana pada penelitian ini subjek terdiri dari kelompok manual sebanyak 70 orang dan kelompok online 70 orang.

C. Defenisi Oprasional

a. Adversity Response Profile (ARP)

ARP adalah gambaran respon individu ketika menghadapi kesulitan, respon individu diukur dengan menggunakan instrumen Adversity Response Profile (ARP).

b. Administrasi Tes

Administrasi tes adalah proses kegiatan pelaksanaan tes yang dimulai dari proses kegiatan pelaksanaan tes yang dimulai dari proses perencanaan, penyusunan alat tes sampai dengan pelaksanaan tes (mengerjakan tes).

c. Administrasi tes Online

Administrasi tes secara online merupakan proses pengerjaan tes melalui handphone, komputer atau laptop dengan cara masing-masing peserta diberikan link skala untuk mengerjakan tes ARP secara online dengan tempat yang tidak ditentukan dan waktu yang telah ditetapkan oleh peneliti.

d. Administrasi tes manual

Administrasi tes secara manual merupakan proses pengerjaan tes dengan cara mengumpulkan peserta dalam suatu ruangan pada waktu yang telah ditetapkan dengan menggunakan media pensil dan kertas (Paper and Pencil) dalam bentuk booklet.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini adalah Adversity Response Profile yang dikemukan oleh Paul Stoltz yang terdiri dari 30 pernyataan, dimana setiap pernyataan terdiri dari dua aitem. Tes ARP juga terdiri dari kalimat

pernyataan favorable dan unfavourable. Kalimat pernyataan tersebut direspon dengan memilih angka 1-5. Angka 1 berarti sangat tidak mendekati diri anda hingga angka 5 sangat mendekati diri anda. Aitem diisi dengan cara melingkari angka yang paling mendekati dengan diri individu. Blueprint adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Blueprint berdasarkan aitem pada tes ARP

No Dimensi Nomor butir aitem Jumlah

Aitem

Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Membuat gambaran penelitian yang dimulai dari latar belakang, merumuskan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan juga metode penelitian.

b. Mencari Alat ukur Adversity Response Profile yang akan digunakan untuk penelitian.

c. Mengumpulkan subjek penelitian dengan menggunakan teknik sampling yaitu teknik incedental sampling, baik untuk subjek kelompok manual maupun untuk subjek kelompok online.

d. Memeriksa kembali subjek penelitian, baik kelompok manual maupun kelompok online.

e. Mengurus surat izin di Psikologi USU untuk kelompok subjek manual f. Mencetak skala dan mempersiapkan peralatan untuk keperluan

penelitian

g. Mempersiapkan rewerd untuk subjek penelitian h. Melaksanakan penelitian

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara memberikan administrasi tes yang berbeda pada kedua kelompok, yaitu kelompok manual dan kelompok online. Kelompok yang sudah mengisi online tidak diperbolehkan untuk berperan dalam mengikuti tes secara manual. Tes secara manual maupun online dilakukan pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja.

Kelompok pada administrasi tes manual akan diberikan prosedur sebagaimana pelaksanaan administrasi tes secara manual, yaitu dikumpulkan dan dipersilahkan masuk ke ruangan tertentu. Kemudian, tester akan membagikan instrumen tes ARP dan menyampaikan instruksi

tes, dan kemudian peserta tes dipersilahkan mengerjakan tes ARP menggunakan sistem “paper and pencil” dimana terdapat peneliti dan asisten lapangan yang mengawasi kinerja peserta kelompok manual.

Pelaksanaan administrasi tes dilakukan peneliti selama 2 minggu secara manual maupun online pada waktu yang tealah ditentukan yaitu peneliti menghadirkan peserta pada suatu ruangan dengan setting kelas yang sudah disetujui oleh pihak Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Administrasi tes dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 31 Mei 2018, 2Juni 2018, dan 4 Juni 2018 yang dimulai pada pukul 13.30-16.00 WIB. Penggunaan pada waktu tersebut diharapkan dapat membuat peserta untuk datang tidak bersamaan pada tes manual yang dilakukan sehingga peneliti dapat mempercepat pengambilan data,pengadministrasian tes akan dilakukan setiap kali peserta datang secara bergiliran dengan instruksi dan tempat yang sama. Perbedaan hari dalam dalam pengambilan data tidak mengubah kondisi pada tes, karena semua peserta yang melakukan tes pada hari tersebut akan diberikan kondisi tes yang setara.

Kondisi setara yang dimaksudkan peneliti adalah penggunaan setting kelas dengan menggunakan meja (tempat duduk bermeja atau menggunakan meja besar), penggunaan papan tulis, adanya tester dan asisten lapangan yang memberikan instruksi dan mengawasi peserta kelompok manual, dan juga pemberian reward yang dilakukan setelah pengerjaan tes diselesaikan oleh peserta.

Pada proses pengambilan tes peneliti sendiri bertugas sebagai tester dan asisten lapangan pada tiga hari utama, karena peneliti dan peserta yang

mengikuti tes tidak saling mengenal, sehingga dalam hal ini peneliti yang menjadi tester dalam pengadministrasian tes. Pada administrasi tes pada kelompok online, subjek akan diberikan alamat link untuk mengaskes tes ARP secara online. Subjek pada kelompok online diizinkan untuk menggunakan handphone atau komputer di tempat yang dibebaskan untuk

mengikuti tes tidak saling mengenal, sehingga dalam hal ini peneliti yang menjadi tester dalam pengadministrasian tes. Pada administrasi tes pada kelompok online, subjek akan diberikan alamat link untuk mengaskes tes ARP secara online. Subjek pada kelompok online diizinkan untuk menggunakan handphone atau komputer di tempat yang dibebaskan untuk

Dokumen terkait