• Tidak ada hasil yang ditemukan

Administratif

Dalam dokumen LAPORAN PKPA WIPA.docx (Halaman 86-103)

H. Tata Cara Pendirian Apotek

I. Pengelolaan apotek

3. Administratif

Pengelolaan administrasi di Apotek WIPA dilakukan oleh AA dibantu oleh karyawan. Administrasi yang dilakukan di Apotek WIPA meliputi:

1) Administrasi umum

Bentuk administrasi umum di Apotek WIPA adalah buku ekspedisi dimana didalamnya terdapat:

a) Surat masuk

Surat masuk berisi surat-surat yang diterima diantaranya dari dinas kesehatan terkait dengan permasalahan seperti surat edaran yang berisi ada obat yang tidak memenuhi persyaratan, surat dari BPOM, surat dari PBF terkait dengan kepindahan tempat atau pemberitahuan terjadi permasalahan di depkolektor, serta surat dari instansi yang bentuknya kerjasama

 b) Surat keluar

Surat keluar berisi surat-surat yang menyertai pelaporan seperti pelaporan narkotika

2) Administrasi pengadaan

Bentuk administrasi pengadaaa di Apotek WIPA terdiri dari beberapa macam buku yaitu:

a) Buku barang habis (defecta)

Buku ini digunakan untuk mencatat nama obat/barang yang habis atau yang harus segera dipesan untuk memenuhi kebutuhan di apotek sehingga dapat menjaga ketersediaan barang di apotek. Jumlah barang yang akan dipesan didasarkan pada  pergerakan barang tersebut apakah slow moving atau fast moving. Untuk barang

yang dipesan namun barang tersebut tidak datang maka barang dituliskan lagi di  buku defecta namun dibedakan nama PBF.

(a) Cek stok, dilakukan pada obat-obat yang keluar melalui pengecekan fisik dan komputer untuk koreksi apabila terjadi kesalahan atau ketidaksesuaian stok. Contohnya kesalahan pengambilan obat, cek control barang-barang yang tidak sesuai fisik dan data yang dapat menyebabkan kerugian bagi apotek.

(b) Pencatatan penjualan obat bebas, dilakukan untuk mengurangi kejadian ketidak sesuaian jumlah fisik barang dan data komputer. Sehingga  jumlah barang dan dijual beserta sisanya harus sesuai.

 b) Buku penerimaan barang

Buku yang digunakan untuk mencatat barang atau faktur yang masuk atau dibeli dalam rangka pengadaan barang termasuk didalamnya adalah obat konsinyasi. Setiap faktur yang masuk diberikan nomor urut dimulai angka 1 hingga akhir bulan dan masuk bulan berikutnya dimulai kembali dari angka 1.

c) Buku pelunasan

Buku pelunasan digunakan berhubungan dengan faktur yang telah dilunasi, termasuk didalamnya diberikan nomor urut pelunasan yang setiap awal bulan dimulai angka 1 hingga akhir bulan, kemudian jumlah tagihan disesuaikan dengan  buku hutang.

d) Buku hutang

Buku hutang mencatat jumlah tagihan faktur yang harus dibayarkan. Buku ini mencantumkan tanggal, nomo faktur (4 digit terakhir), nama PBF, jumlah PPN, total tagihan, pelunasan (no urut pelunasan, bulan pelunasan, tahun pelunasan) diisi saat faktur telah dilunasi.

e) Buku daftar harga

Buku ini berisi daftar harga jual di Apotek. Apotek WIPA menggunakan  buku daftar harga atas dasar Stock Opname. Yang terpenting dalam daftar harga

adalah pengelompokan obat disusun secara alfabet dan mencantumkan harga f) Buku catatan surat pesanan (SP)

Buku SP berisi nomor SP, nama PBF, nomor penerimaan dan tanggal  penerimaan. Fungsi buku SP yaitu untuk mengontrol barang –  barang yang terkirim

dan yang tidak terkirim, untuk mengontrol diskon, untuk mengontrol barang yang kosong.

g) Buku ED

Buku ED dikelompokan setiap bulan dan dicatat tanggal penerimaan. Buku ED digunakan untuk mencatat tanggal kadaluarsa setiap barang yang ada batas kadaluarsanya

h) Buku jatuh tempo

Buku ini dikelompokan berdasarkan tanggal setiap bulan, dicantumkan tanggal penerimaan, nama PBF dan total tagihan.

3). Administrasi Pelayanan dan Penjualan

Administrasi pelayanan di Apotek WIPA terdiri dari pelayanan Resep, Obat Wajib Apotek (OWA) dan Penjualan Obat Bebas (HV).

a) Administrasi Pelayanan Resep

Pelayanan resep, dibagi berdasarkan waktu penerimaan yakni pagi (JB-002) dan Malam (JB-004). Resep yang telah dilayani, dicatat pada Buku Penerimaan Resep Apotek WIPA. Dibawah ini, disajikan tabel pada BukuCatatan Penerimaan Resep WIPA

 b) Administrasi Pelayanan Penjualan Obat Wajib Apotek (OWA)

Pelayanan penjualan OWA di apotek WIPA telah mengikuti standar  pelayanan yang di tetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/ MenKes/SK/VII/1990, 347/MenKes/SK/VII/1990 dan 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Obat Wajib Apotek no 1, 2 dan 3. Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotik tanpa resep dokter. Dalam menyerahkan OWA, apotek WIPA telah memenuhi ketentuan. Apotik WIPA memberikan OWA dalam batasan jum lah yang ditentukan di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/ MenKes/SK/VII/1990,347/MenKes/SK/VII/1990 dan 1176/Menkes/SK/X/1999.

Untuk pencatatan penyerahan OWA, kini di catat dalam blanko penyerahan OWA. Blankopenyerahan OWA berisi informasi berupa jenis obat dan jumlah

yangdiberikan, nama pasien, alamat pasien dan keluhan pasien. Kini, blanko  pencatatan OWA dibedakan untuk shift pagi dan malam. Shift pagi bewarna kuning, dan malam bewarna merah muda. Berikut disajikan blanko pencatatan  penyerahan OWA di Apotek WIPA pada gambar 7.

Gambar 5. Blanko pencatatan penyerahan OWA di Apotek WIPA

Informasi terkait obat yang diberikan kepada pasien meliputi dosis, aturan  pakai, kontraindikasi, efek samping obat, di catat di balik blanko. Hanya saja, untuk  pencatatan informasi khusus ini, tidak sering dilakukan karena banyaknya  pelanggan, sehingga diperlukan pelayanan yang cepat. Untuk pelayanan penjualan

OWA, dilakukan di dalam Buku Catatan OWA Apotek WIPA .

c) Administrasi Pelayanan Penjualan Obat Bebas (HV) Administrasi

 pelayanan HV lebih ditujukan untuk melihat kesesuaian jumlah penjualan, sisa stok fisik dan stok komputer dengan perolehan pendapatan penjualan harian apotek WIPA. Selain pencatatan penjualan HV, rutin setiap hari dilakukan  pencatatan pada Buku Catatan Rekap Koreksi HV Apotek WIPA.

d) Kelengkapan Administrasi Apotek WIPA a. Kartu Stok

Kartu stok di apotek WIPA terdiri dari dua macam kartu, yakni kartu stok gudang dan kartu stelling. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penelusuran sisa  barang di gudang belakang. Kartu stok gudang diisi berdasarkan informasi dari  buku penerimaan barang dan pengeluaran barang. Kartu stok gudang digolongkan

menjadi beberapa jenis yakni, golongan obat-obat paten, obat generik, sediaan krim dan obat psikotropik atau narkotik.

Barang yang telah dikeluarkan dari gudang akan masuk pada bagian stok depan untuk pelayanan. Pada bagian pelayanan, juga memiliki kartu kontrol stok untuk tiap item obat. Kartu stelling digunakan untuk mencatat stok masuk dan keluar jenis obat generik (Tablet, kapsul, sirup, salep) dan obat paten (Tablet, kapsul, sirup, salep). Pada jenis obat bebas yang dipajang pada counter depan apotek, tidak ada pencatatanpada kartu stelling. Pencatatan penjualan obat bebas hanya didasarkan pada kesesuaian sisa stok fisik dan stok database komputer untuk memastikan tidak terjadi selisih jumlah barang.

Pada kolom keterangan, jika ada sejumlah penambahan jumlah barang, maka harus ditulis dari mana barang berasal. Contohnya, 100 buah Tablet Natrium diklofek 50 mg dari MJS. MJS adalah kode untuk PT. Muda Jaya Sukses (MJS). Lain halnya jika terjadi pengurangan. Walaupun pengurangan terjadi karena adanya  pembelian, tetapi harus tetap dicantumkan keterangan penjualannya. Jika pada

kolom keterangan berisi nomor, maka nomor tersebut menandakan nomor resep yang dilayani pada hari tersebut. Pencatatan nomer resep pada kartu stelling juga dimaksudkan untuk memudahkan penelusuran pencarian resep. Contoh pada tanggal 10/02/2015 dengan keterangan 1, maka 1 menandakan nomor pelayanan resep pada tanggal tersebut. Pembelian lainnya bisa juga berasal dari apotek lain. Contohnya pada tanggal 10/02/2015 berisi keterangan UH. UH adalah kode untuk apotek Umbulharjo. Apotek WIPA juga melayani pembelian obat dari apotek lain sehingga dalam kartu stelling juga harus di catat jumlah permintaan dan sisa stok fisik barang.

 b. Bukti Penjualan

Bukti penjualan di Apotek WIPA terdiri dari 3 macam bukti penjualan. Yakni, nota, kwitansi dan faktur. Masing-masing bukti penjualan memiliki  peruntukkannya tersendiri:

i. Nota

 Nota adalah bukti pembayaran yang ditujukan kepada seseorang atau instansi yang melakukan pembelian obat bebas (HV). Nota berisi

keterangan apotek pada bagian atas, kemudian terdapat keterangan tanggal dan kolom jumlah barang, nama barang, harga dan total harga. Nota juga di lengkapi cap “Lunas” jika pembayaran dilakukan secara cash. Gambar nota Apotek WIPA dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 6. Nota penjualan apotek WIPA ii. Kwitansi

Kwitansi adalah bukti pembayaran yang ditujukan bagi penjualan obat resep jika pasien meminta bukti pembelian obat dar resep dokter. Gambar kwitansi Apotek WIPA dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 7. Kwitansi apotek WIPA iii. Faktur

Faktur adalah bukti penjualan yang ditujukan untuk pelayanan  penjualan obat dalam jumlah banyak ke apotek lain atau kepada suatu

instansi. Jadi, faktur akan dibuat jika ada surat pesanan yang diterima Apotek WIPA dari apotek lain atau suatu instansi untuk pembelian beberapa item barang. Setelah menerima surat pesanan, maka barang yang dipesan disiapkan, dan dibuatkan faktur sebagai bukti transaksi penjualan. Gambar faktur Apotek WIPA dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 8. Faktur apotek WIPA

Blanko faktur di apotek WIPA terdiri dari 3 rangkap. Faktur copypertama diperuntukkan bagi pembeli. Sedangkan copy kedua disimpanoleh asli dan apotek sebagai arsip faktur penjualan.

c. Etiket

Etiket di apotek WIPA terbagi menjadi 3 macam etiket yakni etiket biru untuk obat-obat non-oral (salep, tetes mata, salep mata, injeksi, suppositoria, ovula), etiket putih untuk obat-obat peroral (tablet, kapsul, puyer, sirup) dan etiket  peringatan. Etiket peringatan yang tersedia di apotek WIPA antara lain adalah  peringatan “Kocok Dahulu”. Contoh etiket yang tersedia di Apotek WIPA dapat dilihat pada gambar 6. Peringatan lainnya yang dapat dibuat selain peringatan tersebutantara lain berupa peringatan “Antibiotik, Habiskan Dalam Waktu yangSama dan Terbagi Rata”, “Hindarkan Mengendarai Kendaraan danMenjalankan Mesin serta Menjauhi Alkohol”. Sedangkan untukperingatan kapan obat diminum, telah ada dalam kemasan plastik obatdengan keterangan “Diminum Sebelum/Saat/Sesudah Makan”.

Gambar 9. Etiket apotek WIPA d. Surat Pesanan

Surat pesanan (SP) adalah tanda bukti dan daftar pemesanan obat yang akan ditujukan kepada distributor atau subdistributor. SP diapotek WIPA terbagi menjadi 3 macam Surat pesanan (SP). Yakni, Surat pesanan (SP) untuk golongan obat  Narkotik, Surat pesanan (SP) untuk golongan obat Psikotropik dan Surat pesanan

(SP) untuk golongan obat Daftar G (Generik). i. Surat Pesanan (SP) Golongan Narkotik

Pemesanan obat-obat narkotika dilakukan dengan menggunakan SP khusus dengan format sudah ditentukan oleh peratura perundangundangan untuk seluruh apotek dengan model N-9. Dalam satu lembar SP hanya boleh memesan satu item narkotika, dimana yang bertanggung jawab adalah Apoteker dan ditandatangani oleh Apoteker, diberi nomor urut SP sesuai nomor apotek, serta cap apotek. Surat pesanan terdiri dari 5 rangkap.

Lembar SP asli ditujukan untuk PBF pemasok obat narkotika. Lembar copy pertama ditujukan kepada pihak Manajer kimia farma. Lembar copy kedua ditujukan kepada pihak Dinas Kesehatan kabupten/kota. Lembar copy ketiga ditujukan kepada pihak BPOM. Lembar copy keempat ditujukan sebagai arsip apotek. Pemesanan golongan narkotik dapat dilakukan oleh APA dan APING. Perbedaan pihak yang memesan, dapat dilihat dari keterangan jabatan yang terdapat pada SP Narkotik. Sedangkan untuk penerimaan obat golongan narkotik, dapat dilakukan oleh APA,

APING dan AA di apotek. Gambar surat pesanan narkotika apotek WIPA dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 10. Blanko Surat Pesanan untuk obat Narkotika ii. Surat Pesanan (SP) Golongan Psikotropik

Format dan bentuk sama dengan SP untuk narkotika yaitu sudah ditentukan oleh Peraturan perundang-undangan. Untuk Apotek WIPA menggunakan model N-6, untuk SP psikotropika tidak ada aturan jadi satu lembar SP untuk satu distributor boleh memuat beberapa item obat, diberi nomor SP, ditandatangani oleh APA dan cap apotek. Surat pesanan memuat nama dan jumlah barang yang dipesan. Selanjutnya setelah menerima surat  pesanan, PBF akan mengirimkan barang yang dipesan disertai faktur. SP

golongan Psikotropik dibuat 2 rangkap.

Apotek WIPA membuat SP golongan psikotropik menjadi rangkap 3 dimana SP asli akan ditujukan untuk PBF pemasok obat, lembar copy  pertama ditujukan untuk arsip apotek dan lembar copy kedua ditujukan untuk kepentingan administrasi pembelian obat yang akan disatukan dengan faktur pembelian obat dari PBF. Blanko Surat Pesanan untuk obat-obatan  jenis Psikotropika dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 11. Blanko Surat Pesanan untuk obat Psikotropik

iii. Surat Pesanan Untuk Obat Non Psikotropika dan Non Narkotika Format SP bebas (tidak ditentukan) jadi ukuran dan bentuk tergantung masing-masing apotek, jumlah item obat dalam tiap SP bebas, diberi nomor urut SP sesuai apotek, identitas apotek, tanggal, nama dan jumlah obat, tandatangan APA dan cap apotek. Surat pesanan biasanya dibuat rangkap 2 atau 3 sama seperti untuk psikotropika. Dibawah ini disajikan gambar SP (Surat Pesanan) untuk obat Non Psikotropika dan Non Narkotika.

Gambar 12. Surat Pesanan (SP) obat Non Psikotropikadan Non Narkotika Apotek WIPA

iv. Salinan Resep

Blanko slainan resep di Apotek WIPA memuat keterangan identitas apotek pada bagian paling atas, kemudian, keterangan tanggal, tulisan “Salinan Resep” atau “Apograph”, keterangan resep yang dilayani meliputi nama dokter, nama pasien, tanggal dan nomor resep, keterangan avocatio atau tanda R/, dan pada bagian bawah tertera tulisan “PCC” yang merupakan singkatan dari “pro copy conform” yang berarti “sesuai dengan aslinya”. Salinan resep atau copy resep di apotek WIPA dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 13. Copy resep apotek WIPA 4). Administrasi laporan

Setiap hari kasir melaporkan jumlah uang yang diterimanya disertai laporan harian dan buku setoran. Laporan ini kemudian dibukukan oleh bagian keuangan dan dilakukan rekapitulasi untuk bulanan dan tahunan, sehingga terdapat 3 macam  buku yaitu buku harian, buku bulanan, dan buku tahunan. Masing-masing terdiri 2  bagian yaitu debet dan kredit, dimana dicantumkan sumber pemasukan dan macam  pengeluaran apotek beserta jumlahnya.

Laporan yang dikerjakan ada 2 macam yaitu laporan intern dan laporan ekstern.

a. Laporan intern meliputi (1) Laporan hutang piutang

Laporan hutang adalah laporan yang berisi tentang kewajiban apotek terhadap pihak lain, misalnya hutang yang harus dibayar kepada PBF. Di Apotek WIPA laporan ini dicatat dalam buku laporan hutang.

Laporan piutang adalah laporan yang berisi tentang kewajiban langganan atau konsumen kepada kita. Barang sudah dibawa oleh pelanggan atau konsumen tetapi pembayarannya secara kredit. Di Apotek WIPA laporan ini dicatat dalam buku tersendiri, jika sudah dilunasi dicatat dalam

 buku pelunasan. Pelanggan biasanya diberi waktu 30 hari, batas waktu  pelunasan mulai tanggal satu sampai lima bulan berikutnya.

(2) Laporan rugi laba

Laporan Laba-Rugi (loss and profit statement ) yaitu laporan yang menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. HPP, biaya-biaya (termasuk  penyusutan), aktiva meliputi : kas, piutang, inventaris (yang jangka waktunya > 1 tahun) dan sewa. Passiva meliputi : modal, hutang, laba/rugi. Laporan neraca rugi laba dilaporkan tiap tahun.

(3) Laporan Neraca Akhir Tahun

 Neraca (balance sheet ) adalah laporan yang menyajikan informasi tentang posisi aktiva, utang, dan modal pada waktu tertentu. Komponen neraca terdiri dari aktiva di sebelah kiri dan pasiva di sebelah kanan. Kedua sisi selalu dalam keadaan seimbang (jumlah aktiva sama dengan passiva). Pada kolom aktiva terdiri dari semua barang dan kekayaan yang dimiliki  perusahaan yaitu aktiva lancar (kas dan bank, surat berharga, piutang dagang, persediaan dan biaya dibayar dimuka), investasi (penanganan modal dalam jangka waktu panjang), aktiva tetap (gedung, tanah, mobil, mesin, peralatan), aktiva yang tidak terwujud (hak paten yang dimiliki oleh suatu perusahaan, merek dagang dan hak cipta). Di kolom passiva terdiri dari kewajiban lancar (hutang, pajak penghasilan yang belum dibayar dan lain-lain), kewajiban jangka panjang, modal sendiri dan kewajiban lain-lain.  b. Laporan ekstern ditujukan kepada instansi-instansi di luar apotek

meliputi:

(1) Laporan penggunaan narkotika

Laporan Narkotika dilaporkan setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 pada bulan berikutnya dengan melihat buku register narkotika. Laporan tersebut memuat data: nama Apotek dan alamatnya, no urut, kode, nama obat, satuan, penerimaan (dari PBF/apotek lain dan jumlah),  penggunaan (untuk Resep/permintaan dokter/RS/apotek), pemasukan

(dari PBF/Apotek lain dan jumlah), stok akhir. Laporan dikirim melalui  program SIPNAP yang dilakukan secara online yang sudah terhubung langsung dengan Kemenkes RI sekligus Dinas Kesehatan dan Kota/Kabupaten.

(2) Laporan penggunaan psikotropika

Laporan psikotropika (murni) dibuat sama dengan laporan narkotika, yang berbeda hanya kodenya.

(3) Laporan statistika resep

Laporan statistika resep dan pelayanan obat generik berlogo berisi kolom resep seluruhnya (nama dagang, generik dan generik berlogo) meliputi jumlah resep, jumlah lembar R/, harga rata-rata per R/ dan kolom resep generik berlogo meliputi jumlah dan harga rata-rata per R/ serta persentase obat generik berlogo dibandingkan dengan jumlah resep keseluruhan. Selain itu, dilaporkan juga untuk generik berlogo yang mengalami kekosongan dengan form yang berisi tanggal mulai kosong sampai tersedia, nama sediaan, kemasan dan keterangan. Pelaporan dilakukan tiap bulan sebelum tanggal 10, dibuat rangkap 3, yaitu untuk dikirim ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Balai POM Yogyakarta dan arsip apotek.

(4) Laporan penggunaan obat dan alat-alat kontrasepsi

Kontrasepsi meliputi kontrasepsi oral, IUD, injeksi dan kondom dilaporkan setiap 3 bulan sekali ke Badan Koordinasi Berencana  Nasional (BKKBN) setempat. Laporan ini memuat data: nomor urut, nama kontrasepsi, persediaan awal, pengeluaran, saldo akhir, nama  pemakai dan alamatnya. Data penggunaan kontrasepsi/laporan akan diambil oleh BKKBN. Namun, laporan penggunaan kontrasepsi ini hanya diberlakukan terhadap apotek yang ditunjuk.

(5) Laporan tenaga kerja farmasi (APA, Apoteker Pendamping, Sarjana Farmasi, D3 Farmasi dan Asisten Apoteker)

Laporan ini memuat data yang berupa: nomor urut, nama pegawai, nomor SIK, alamat rumah, asal lulusan, tahun lulus dan tempat bekerja (instansi pemerintah atau swasta).Laporan dibuat tiap 3 bulan sekali, dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, Balai POM dan disimpan sebagai arsip apotek.

(6) Laporan tenaga kerja keseluruhan

Laporan ini diwajibkan untuk apotek yang mempunyai jumlah tenaga kerja lebih dari 20 orang, memuat data: identitas apotek (nama, alamat, bentuk, dan izin-izin), macam buruh (borongan/harian atau  bulanan), penghasilan, pendidikan dan lama waktu kerja serta kersejahteraan (THR, premi, pelayanan, uang makan, dsb). Data jumlah tenaga kerja keseluruhan dilaporkan setiap tahun sekali ke Dinas Tenaga Kerja dan dibuat rangkap 3, 2 untuk Depnaker dan 1 untuk arsip apotek. (7) Laporan Monitoring Kerusakan Obat

Laporan monitoring obat dibuat jika apotek mendapat obat yang rusak bukan karena ED. Laporan ini memuat nama obat yang rusak, tidak memenuhi persyaratan dan bentuk kerusakan, nama pabrik, nama distributor dan uraian masalah. Sebelum ED wajib dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten disertai berita acara. Laporan ini bersifat insidentil dan kalau sudah ada kejadian. Kerusakan dapat berupa kerusakan pada bentuk sediaan suspensi, kerusakan dinding kerak sudah  berubah dan kerusakan pada kemasan utuh.

(8) Laporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Apotek wajib melaporkan jika terjadi efek samping karena  pemakaian obat pada pasien. Ada 4 macam formulir laporan MESO yang

dibedakan dengan warna, yaitu :

(a) Laporan MESO Kosmetika (merah muda), dikirim ke BPOM (b) Laporan MESO Suplemen makanan (hijau tua)

(c) Laporan MESO Obat Tradisional (hijau muda) dikirim ke Direktorat Obat Tradisional

(e) Laporan MESO ini bersifat insidentil  atau jika terjadi saja dan dikirim ke Panitia MESO Nasional.

(9) Laporan Pemusnahan Resep

Pemusnahan resep dilakukan 5 tahun sekali dengan cara mengumpulkan resep selama 5 tahun, ditimbang dan dimusnahkan baik dengan cara dibakar, timbun atau dengan cara lain yang memadai oleh APA. Pada pemusnahan resep ini juga harus membuat berita acara  pemusnahan dan disaksikan oleh Apoteker atau AA. Berita acara  pemusnahan berisi :

(a) Resep dari tanggal berapa dimusnahkan

(b) Penimbangan resep yang dimusnahkan (Kg berat resep) (c) Bagaimana cara pemusnahan

Laporan pemusnahan resep dibuat rangkap 3 dan masing-masing ditujukan kepada Balai Besar POM DIY, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan arsip apotek. Berita acara dibedakan untuk resep yang mengandung narkotika dan resep yang tidak mengandung narkotika.

(10) Laporan Pemusnahan Obat

a) Laporan Pemusnahan Narkotika

 Narkotika yang akan dimusnahkan di bawa ke Balai POM atau Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota untuk dimusnahkan disana dan membuat berita acara pemusnahan narkotika. Hal ini dilakukan karena kalau menghadirkan saksi dari Balai POM/ Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten susah, terbentur dengan kesibukan pekerjaan mereka. Berita acara pemusnahan dibuat 4 rangkap ditujukan kepada Balai POM, Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi dan arsip apotek. Berita acara pemusnahan memuat:

(1) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan (2) Nama APA

(3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari pihak apotek

(4) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan (5) Cara pemusnahan (dibakar, dihancurkan, dipendam) (6) Tanda tangan APA

 b) Laporan Pemusnahan Obat daftar G dan Psikotropik

Obat-obat yang sudah rusak, kadaluwarsa atau tidak memenuhi  persyaratan dikumpulkan dan disendirikan untuk dimusnahkan dengan cara dibakar atau dibuang atau dapat diserahkan ke instansi atau sarana pendidikan untuk dimusnahkan disana dan membuat  berita acara pemusnahan yang disaksikan oleh AA. Laporan ini

dibuat setiap tahun sekali. (11) Pelaporan pajak

Bentuk pelaporan pajak berupa Surat Pemberitahuan Pajak (SPT), ada dua macam SPT yaitu SPT tahunan dan SPT massa seperti PPh pasal 21, PPh pasal 25 sebagai angsuran pajak.

(12) Pelaporan keuangan

Pelaporan keuangan terdapat dua macam yaitu:

a) Laporan keuangan bulanan berbentuk cash flow yang terdiri dari  pelaporab pendapatan dan pengeluaran untuk keperluan biaya

operasional dan pelunasan faktur.

 b) Laporan keuangan tahunan dalam bentuk neraca akhir tahun dan laporan rugi laba.

5). Administrasi keuangan

Administrasi keuangan berhubungan dengan pengelolaan keuangan yang masuk maupun yang keluar di Apotek. Pemasukan Apotek berasal dari penjualan

Dalam dokumen LAPORAN PKPA WIPA.docx (Halaman 86-103)

Dokumen terkait