Untuk mengetahui perkembangan apotek maka perlu dilakukan evaluasi secara periodik setiap akhir tahun. Evaluasi dilakukan oleh APA terhadap resep, keuangan dan kinerja pegawai. Evaluasi terhadap resep dilakukan dengan meneliti resep-resep yang masuk. Evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan melihat tanggung jawab pegawai sehari-hari.
Evaluasi kegiatan Apotek WIPA dilakukan dengan pembuatan-pembuatan laporan, yang meliputi :
a. Laporan internal, meliputi :
1) Laporan harian yaitu laporan jumlah resep, jumlah uang masuk dan jumlah penjualan obat bebas, bebas terbatas dan OWA.
2) Laporan bulanan keuangan, yaitu laporan hutang, laporan keluar masuknya uang, laporan pembayaran rekening listrik, air, telepon dan laporan gaji pegawai.
3) Buku inventaris tahunan, berguna untuk mengetahui jumlah dan macam barang yang menjadi kekayaan apotek misalnya TV, lemari es, mebel,
rak-rak obat dan lainnya beserta nilai penyusutannya.
4) Laporan rugi-laba, yang berisi penjualan bruto, harga pokok penjualan, laba bersih serta biaya-biaya perhitungan dilakukan sekali dalam setahun. 5) Neraca akhir tahun mengenai kas piutang lancar, inventaris, hutang
barang, hutang modal dan modal akhir. b. Laporan eksternal
1) Laporan penggunaan narkotika, dibuat setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan ini berisi nama sediaan, persediaan awal bulan, pemasukan, persediaan akhir bulan dan keterangan.
2) Laporan penggunaan psikotropika. Laporan ini dibuat setiap bulan, dengan ketentuan penyerahan sama seperti laporan penggunaan bulanan narkotika.
3) Laporan penggunaan obat generik berlogo. Laporan ini di buat setiap bulan untuk mengetahui tingkat penggunaan obat generik berlogo. Laporan ini dibuat berdasarkan buku register yang memuat nama dan alamat dokter, dan jumlah resep obat generik dan laporan ini dibuat rangkap tiga.
4) Laporan jumlah tenaga kerja farmasi yang dilaporkan 3 bulan sekali. c. Laporan keuangan
Laporan keuangan berfungsi untuk menganalisa keuangan apotek, sehingga dapat diketahui likuiditas, rentabilitas apotek tersebut. Disamping itu juga sebagai dasar pembuatan rencana kerja yang akan datang dan penentuan kebijaksanaan.
Evaluasi keuangan diperlukan laporan perhitungan laba rugi dan neraca akhir tahun. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui besar nya laba yang diperoleh dan digunakan untuk menghitung macam-macam rasio keuangan yang berguna bagi evaluasi apotek. Rasio yang sering dipakai untuk evaluasi keuangan di apotek
1) Persentasi laba bersih setiap penjualan
2) Membandingkan dengan rasio tahun lalu, sehingga dapat dilihat jalannya apotek yang dapat memberikan peringatan untuk perbaikan.
3) Persentase laba bersih terhadap jumlah modal
4) Besarnya penjualan selama setahun dibandingkan dengan aktiva apotek 5) Besarnya perbandingan nilai pembelian barang selama setahun dengan
106 A. Pengelolaan Apotek
Berdasarkan PMK No 9 Tahun 2017, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Apotek seba gai salah satu institusi bisnis yang bertujuan untuk mencari keuntungan dengan memberikan pelayanan jasa di bidang kefarmasian. Apoteker Pengelola Apotek (APA) diharapkan senantiasa aktif, kreatif dan berkompeten agar dapat mengembangkan apotek yang dikelola serta professional dalam memberikan pelayanan dan informasi kepada masyarakat mengenai obat. Dalam hal ini kedua hal tersebut harus selaras dan seimbang antara kepentigan bisnis dengan pengabdian profesi Apoteker di Apotek.
Dalam melaksanakan peranannya di masyarakat Apotek WIPA memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai institusi pelayanan kesehatan yang menyediakan perbekalan farmasi dengan keamanan, mutu, manfaat, khasiat yang terjamin, serta pemberian informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, sebagai institusi bisnis yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan atas jasa pelaksanaan pelayanan kefarmasian demi kelangsungan hidupnya dan sebagai institusi pendidikan yang memberikan wadah bagi calon Apoteker untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman praktis, dan keterampilan dalam mengelola apotek melalui kegiatan praktek kerja lapangan.
1. Pengelolaan Obat
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan habis medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan darmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan. Pengeluaran obat menggunakan sistem FIFO ( First In
First Out ) dimana barang yang baru diterima disimpan dibagian belakang dari barang yang diterima sebelumnya, sedangkan sistem FEFO ( First Expired First
Out ) berdasarkan kadaluwarsa barang.
Pengelolaan obat di apotek WIPA seperti dalam Drug Management Cycle misalnya seperti sistem pengadaan obat, penyimpanan, distribusi obat serta pemusnahan obat yang sudah kadaluwarsa
a. Perencanaan
Tujuan perencanaan adalah untuk mengefisienkan jumlah perbekalan farmasi dengan kondisi keuangan yang ada di apotek. Selain itu perencanaan bertujuan agar persediaan barang tidak over stok dan low stok . Apotek WIPA dalam perencanaan pembelian obat utamanya berdasarkan frekuensi pemakaian barang (fast moving atau slow moving) yang dapat dilihat melalui buku defecta (buku catatan barang habis). Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kerugian akibat penumpukan barang di gudang, banyaknya obat kadaluwarsa dan berhentinya perputaran uang. Perencanaan pembelian obat di Apotek WIPA mempertimbangkan kondisi keuangan, pola penyakit yang sering terjadi (epidemiologi), peresepan oleh dokter dan pola konsumsi masyarakat sehingga permintaan obat dapat terlayani secara maksimal.
b. Pengadaan
Pengadaan barang di Apotek WIPA dilakukan setiap hari kecuali hari libur (tanggal merah). Pengadaan dilakukan secara langsung yaitu pemesanan secara langsung ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) melalui salesman yang datang ataupun melalui telepon, hal ini karena Apotek WIPA berada di pusat kota Yogyakarta yang mudah dijangkau oleh PBF atau sub PBF dan supplier sehingga lead time tidak terlalu lama. Selain itu apotek WIPA juga melkaukan pengadaan secara konsinyasi (consigment consignate) yaitu penitipan barang, untuk obat baru atau obat yang belum pernah dijual di apotek dalam rangka promosi. Meskipun sistem pengadaan barang telah diatur sebaik mungkin terkadang kekosongan barang masih terjadi. Hal ini dapat terjadi karena keterlambatan datangnya barang dari PBF. Untuk mengantisipasi hal tersebut, apotek berusaha mencarikan obat ke apotek lain, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap apotek WIPA sebagai apotek yang
lengkap dapat terjaga. Jika tidak, dengan terpaksa pasien tidak dapat dilayani. Pasien tersebut disarankan untuk ke apotek lain.
Pemesanan dilakukan dilakukan dengan jumlah yang cukup banyak karena Apotek WIPA mempunyai dua cabang yaitu Apotek Mentari dan Umbulharjo. Cara ini menguntungkan karena diperoleh diskon yang cukup besar ataupun dengan adanya bonus. Apotek Mentari dan Umbulharjo bisa melakukan pengadaan barang ke apotek WIPA dengan system pembelian harga netto. Apabila ada barang yang tidak tersedia di apotek WIPA maka kedua apotek tersebut bisa order langsung ke PBF.
Pemesanan barang dilakukan oleh Apoteker dengan disertai Surat Pesanan (SP), SP sendiri terbagi menjadi macam yaitu SP daftar G, SP prekursor, SP narkotik, dan SP psikotropik. Di apotek WIPA surat pesanan dibuat tiga rangkap, SP asli diserahkan ke PBF, tembusan 1 untuk arsip apotek, tembusan 2 untuk bagian penerimaan barang. Tembusan 2 ini bertujuan untuk mencocokkan faktur dengan barang yang dipesan, sehingga jika ada barang yang tidak datang bisa ditulis di buku tolakan pesanan dan bisa diorderkan ke PBF lain. Satu hal yang sangat diperhatikan apotek WIPA bila memesan barang ke PBF adalah lokasi dari PBF itu sendiri, sebab tidak semua PBF yang obatnya bisa kita pesan ada di wilayah Yogyakarta. Pemesanan ke PBF dalam wilayah Yogyakarta biasanya barang dapat diantar dalam jangka waktu satu hari (pagi pesan, sore datang) sedangkan PBF diluar wilayah Yogyakarta, barang datang selang satu hari setelah waktu pemesanan obat (hari ini pesan, besok baru datang).
c. Penerimaan
Saat penerimaan barang, yang dilakukan adalah pengecekan kesesuaian antara faktur dengan barang yang diterima yang mencakup jenis, jumlah, kondisi barang, tanggal kadaluarsa, harga, kesesuaian nomor batch dan kesesuaian antara barang dengan surat pesanan. Apabila sesuai dengan pemesanan, Apoteker atau Asisten Apoteker yang menerima barang akan memberi cap apotek dan tanda tangan sebagai bukti penerimaan barang pada faktur. Selanjutnya 3 lembar faktur dikembalikan ke pihak PBF. Apotek akan mendapatkan satu lembar salinan faktur sebagai arsip. Salinan faktur tersebut dicatat dalam buku penerimaan barang
sebelum diberi harga. Di apotek WIPA ada 7 buku yang harus ditulis dan diisi oleh petugas gudang. Selain itu data salinan faktur tersebut juga dimasukkan ke dalam
komputer. Sistem ini memuat data-data tentang barang di apotek, mulai data obat yang meliputi jumlah stok, data pembelian, penjualan, dan lainnya. Hal ini memudahkan dalam melakukan perencanaan pengadaan barang dan operasional apotek.
Sistem pembayaran yang dipilih Apotek WIPA tergantung keuangan yang ada dan diskon yang diberikan. Bila modal mencukupi maka pembayaran secara COD (Cash on Delivery) lebih dipilih dari pada pembayaran kredit karena diskon yang diperoleh lebih besar. Bila pembayaran secara kredit maupun cash sama-sama tidak mendapat diskon, dipilih pembayaran secara kredit. Pembayaran ada juga yang dilakukan setelah barang terjual yaitu pengadaan barang konsinyasi (consigment consignate). Pembayaran dilakukan pada hari Senin sampai Jumat pada pukul 09.00-12.00 WIB sebelum jatuh tempo pembayaran pada PBF yang bersangkutan. Pembayaran atau pelunasan tagihan untuk barang-barang yang sudah diterima dilakukan dengan cara memberi uang tunai untuk pembayaran kurang dari satu juta. Pembayaran dengan bilyet giro atau cek untuk transaksi lebih dari satu juta. Sedangkan untuk jenis obat narkotik dan psikotropika dibayar secara tunai.
d. Penyimpanan
Perbekalan farmasi di Apotek WIPA disimpan berdasarkan golongan (obat bebas, obat generik, obat paten, psikotropika, dan narkotika), bentuk sediaan (tablet, sirup, salep, dan tetes mata) dan kestabilan suhu (suppositoria) dan disusun secara alfabetis. Penyimpanan obat psikotropika dilakukan pada tempat tersendiri sedangkan narkotika pada lemari khusus. Penyimpanan narkotika dan psikotropika diletakkan pada tempat dimana pasien tidak bisa melihat untuk keamanan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk Obat-obat OTC diletakkan di etalase bagian depan yang mudah terlihat oleh pasien atau pembeli.
Display obat ditata dengan sistem FIFO ( First In First Out ) dan FEFO ( First Expired First Out ) untuk menghindari kerusakan karena terlalu lama disimpan dan untuk mencegah banyaknya obat kadaluarsa/expireddate ( ED). Hal ini untuk
mengantisipasi adanya obat-obat yang telah ED dan belum didistribusikan yang dapat menyebabkan kerugian.
Untuk obat-obat yang mendekati ED nantinya akan dikembalikan ke PBF dengan batas waktu pengembalian tiga bulan sebelum barang tersebut ED dan sebelumnya pihak apotek telah membuat persetujuan dengan PBF untuk pengembalian barang ED. Selanjutnya pihak PBF akan mengganti obat tersebut
dengan barang baru atau diganti dalam bentuk uang. Obat- obat yang telah rusak dan ED yang tidak dapat dikembalikan ke PBF dimusnahkan dengan cara ditanam jauh dari pemukiman penduduk atau dihancurkan. Pemusnahan dilakukan berdasarkan dengan jenis dan bentuk sediaan.
Setiap satu tahun sekali di Apotek WIPA dilakukan stock opname. Stock opname ini dilakukan untuk menghitung sisa jumlah obat yang tersedia. Pada stock opname ini biasanya akan dijumpai obat-obat yang sudah ED dan rusak, sehingga dapat diketahui kerugian yang diderita oleh apotek
e. Distribusi/ Penyaluran Obat
Penjualan obat bebas dilakukan dalam upaya swamedikasi (pengobatan sendiri). Untuk melakukan pelayanan swamedikasi, seorang apoteker harus bisa melakukan penggalian informasi yang diperlukan untuk memilih terapi obat yang tepat. Informasi tersebut antara lain adalah gejala penyakit (yang dirasakan pasien), tindakan yang sudah dilakukan pasien, obat-obatan yang pernah digunakan serta informasi lain yang dianggap diperlukan dalam memberikan obat ke pasien. Penjualan obat bebas ditulis dibuku penjualan HV dan dengan mesin kasir. Selanjutnya penjualan pada hari tersebut direkap besok harinya dibuku rekapan penjualan HV.
Penjualan obat bebas, obat bebas terbatas dan OWA dilakukan secara langsung tanpa menggunakan resep dokter, biasanya obat yang dijual dengan bebas adalah obat yang dalam kemasannya diberi tanda lingkaran hijau. Sedangkan obat yang dalam kemasannya diberi tanda lingkaran biru atau obat lingkaran merah masuk dalam daftar obat wajib apotek.. Penyerahan obat bebas, obat bebas terbatas dan OWA disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat serta efek yang ditimbulkan oleh obat.
Untuk penjualan obat berdasarkan resep, pasien terlebih dahulu menyerahkan resep kepada apoteker/ AA. Kemudian resep yang masuk diperiksa keabsahan, kelengkapan dan ketersedian obat di apotek WIPA. Obat diberi harga dengan aturan harga yang berlaku di apotek WIPA kemudian diminta persetujuan pasien, kalau pasien setuju membayar ke kasir dan dicatat alamat pasien, resep
diberi nomor urut, kemudian di bawa ke apoteker/ AA untuk dikerjakan, resep diberi etiket, dikontrol kemudian diberikan kepada pasien dengan disertai informasi.
Hal ini merupakan bentuk upaya untuk meningkatkan peranan apoteker dalam pelayanan komunikasi, informasi serta edukasi (KIE) kepada masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri ( self medication). Setiap apotek harus membuat atau mencatat nama obat, jumlah, nama pasien, alamat pasien, keluhan pasien serta memberikan informasi mengenai obatnya. Jumlah harus dicatat karena
untuk OWA ada persyaratan jumlah obat yang boleh diberikan. Dalam prakteknya, di Apotek WIPA sudah dilakukan dengan baik pencatatan pembelian obat-obat yang masuk dalam daftar OWA.
Pelayanan yang diberikan apotek WIPA kepada pasien cukup baik dan perlu ditingkatkan sebab sekarang ini masyarakat semakin kritis dan menginginkan informasi tentang pengobatan yang tepat.
f. Pemusnahan
Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotik atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktikan atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan formulir 1, dan untuk obat psikotropik dan narkotika berita acaranya ditambah dengan formulir 3 dan 4.
Berita acara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim kepada: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Arsip di Apotek.
2. Pengelolaan Resep
Pengelolaan pelayanan resep di Apotek WIPA dilakukan dengan menganalisa kelengkapan dan keabsahan resep yang meliputi identitas dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat, dan cara pakai. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi apabila ada pemalsuan dalam penulisan resep dan kesalahan pengobatan baik dosis maupun aturan pakai sesuai penyakit yang dialami pasien.
Resep yang datang setelah dianalisa, kemudian diberi harga dimana pelayanan resep di apotek WIPA didukung dengan sistem komputerisasi yang sangat membantu dalam hal pemberian harga obat sehingga waktu tunggu pasien dan kesalahan dalam pemberian harga. Kemudian diperiksa ketersediaan obat di apotek, jika apotek tidak memiliki obat yang tercatat dalam resep, maka dapat langsung dikonfirmasikan pada pasien untuk langkah selanjutnya. Jika obat tersedia dan pasien setuju dengan harga obat yang harus dibayar maka obat dapat diberikan, tetapi jika pasien tidak sanggup membayar penuh resepnya, maka pasien dapat menebus separuhnya dengan memberikan copy resep kepada pasien. Jika di apotek WIPA tidak tersedia, maka pihak apotek dapat mengganti obat sesuai dengan persetujuan dokter (mengkonfirmasikan ke dokter sebelumnya) at au menyarankan pasien untuk ke apotek lain.
Setiap pengambilan obat ditulis di kartu stok untuk mengetahui jumlah persediaan obat yang masih ada terutama untuk obat narkotika dan psikotropika.
Hal ini untuk memudahkan pada saat pengecekan dan pelaporan.
Resep yang telah dilayani dicatat dalam buku resep dan disimpan setiap hari sesuai dengan tanggal dan nomor urut resep. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika dipisahkan dan dicatat dalam buku register narkotika dan psikotropika. Untuk resep yang mengandung narkotik langsung ditulis di buku register narkotik sedangkan resep yang mengandung psikotropik ditulis di buku bantu psikotropik lalu disalin ke buku register psikotropik. Buku register berguna
untuk pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika setiap bulan ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di Jakarta. Pelaporan ini dilakukan melalui website dirjen binfar menggunakan ID Apotek WIPA sendiri dengan cara
mendaftar di website tersebut. Selain itu dilakukan pencatatan jumlah resep, resep mendaftar di website tersebut. Selain itu dilakukan pencatatan jumlah resep, resep yang mengandung obat generik, obat dengan nama dagang, termasuk untuk yang mengandung obat generik, obat dengan nama dagang, termasuk untuk pelaporan penggunaan Obat Gen
pelaporan penggunaan Obat Generik Berlogo (OGB) setiap bulan.erik Berlogo (OGB) setiap bulan.
Tujuan penyimpanan resep adalah untuk mengantisipasi apabila pasien Tujuan penyimpanan resep adalah untuk mengantisipasi apabila pasien membutuhkan informasi tentang obat yang pernah dikonsumsi sebelumnya, membutuhkan informasi tentang obat yang pernah dikonsumsi sebelumnya, membutuhkan salinan resep, serta yang paling penting untuk mengantisipasi
membutuhkan salinan resep, serta yang paling penting untuk mengantisipasi adanyaadanya keluhan dari pasien atas kemungkinan kekeliruan obat.
keluhan dari pasien atas kemungkinan kekeliruan obat.
Resep-resep yang telah disimpan selama lebih dari 5 tahun dapat Resep-resep yang telah disimpan selama lebih dari 5 tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan oleh APA dengan disaksikan oleh dua dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan oleh APA dengan disaksikan oleh dua karyawan apotek yang bersangkutan dengan terlebih dahulu membuat berita acara karyawan apotek yang bersangkutan dengan terlebih dahulu membuat berita acara pemusnahan.
pemusnahan. Berita Berita acara acara pemusnahan pemusnahan berisi berisi jenis jenis obat, obat, berat berat resep resep (dalam (dalam kg),kg), waktu pelaksanaan, cara pemusnahan dan yang paling penting adalah waktu pelaksanaan, cara pemusnahan dan yang paling penting adalah mencantumkan tanggal awal dan tanggal akhir
mencantumkan tanggal awal dan tanggal akhir dari resep dari resep yang akan dimusnahkan.yang akan dimusnahkan. Setelah itu dilaporkan ke balai POM dan Dinkes Propinsi/ Kabupaten. Cara Setelah itu dilaporkan ke balai POM dan Dinkes Propinsi/ Kabupaten. Cara pemusnahan resep dapat dilakukan deng
pemusnahan resep dapat dilakukan dengan cara dibakar atau ditanam.an cara dibakar atau ditanam. 3.
3. AdministratifAdministratif
Administrasi di Apotek WIPA dilakukan secara rutin setiap hari, terperinci, Administrasi di Apotek WIPA dilakukan secara rutin setiap hari, terperinci, lengkap, teliti dan terstruktur. Tanggung jawab administrasi diberikan pada lengkap, teliti dan terstruktur. Tanggung jawab administrasi diberikan pada karyawan bagian administrasi.
karyawan bagian administrasi.
Adapun kegiatan bagian administrasi di apotek WIPA meliputi: Adapun kegiatan bagian administrasi di apotek WIPA meliputi:
a.
a. Administrasi Administrasi UmumUmum
Meliputi pengurusan surat menyurat apotek, ada surat masuk dan surat Meliputi pengurusan surat menyurat apotek, ada surat masuk dan surat keluar. Surat masuk seperti surat pemberitahuan dari PBF sehubungan dengan keluar. Surat masuk seperti surat pemberitahuan dari PBF sehubungan dengan pindah tempat atau penagihan, sur
pindah tempat atau penagihan, surat masuk bisa at masuk bisa dari Instansi (dari Instansi (sehubungan dengansehubungan dengan melayani pegawai purawisata atau kerjasama lainnya), dan Dinkes atau BPOM melayani pegawai purawisata atau kerjasama lainnya), dan Dinkes atau BPOM sehubungan dengan himbauan atau pemberitahuan. Surat keluar meliputi surat sehubungan dengan himbauan atau pemberitahuan. Surat keluar meliputi surat jawaban dari Instansi serta laporan yang diminta Dinas Kesehatan atau BPOM. jawaban dari Instansi serta laporan yang diminta Dinas Kesehatan atau BPOM.
b.
Merupakan pencatatan yang dilakukan untuk obat-obat atau barang di Merupakan pencatatan yang dilakukan untuk obat-obat atau barang di Apotek WIPA meliputi:
Apotek WIPA meliputi: 1)
1) Buku Defecta/ Habis, yaitu mencatat barang yang habis atau hampir habisBuku Defecta/ Habis, yaitu mencatat barang yang habis atau hampir habis dan barang yang akan dipesan.
dan barang yang akan dipesan. 2)
2) Buku penerimaan barang, di apotek WIPA buku penerimaan untuk barangBuku penerimaan barang, di apotek WIPA buku penerimaan untuk barang konsinyasi digabung dengan barang di apotek.
konsinyasi digabung dengan barang di apotek. 3)
3) Buku Pelunasan, buku ini bertujuan untuk menulis faktur yang sudah lunas.Buku Pelunasan, buku ini bertujuan untuk menulis faktur yang sudah lunas. 4)
4) Buku Daftar Harga yang mengacu pada print out stock opname (stok sisaBuku Daftar Harga yang mengacu pada print out stock opname (stok sisa akhir tahun), biasanya digolongkan dengan jenisnya (sirup, tablet, salep) akhir tahun), biasanya digolongkan dengan jenisnya (sirup, tablet, salep) dan secara alfabetis.
dan secara alfabetis. 5)
5) Buku Hutang, yang berisi catatan hutang Apotek WIPA yang berisi nomorBuku Hutang, yang berisi catatan hutang Apotek WIPA yang berisi nomor gudang, nomor faktur, tanggal gudang, nama PBF, jumlah terhutang dan gudang, nomor faktur, tanggal gudang, nama PBF, jumlah terhutang dan keterangan (nomor pelunasan, bulan, dan tahun).
keterangan (nomor pelunasan, bulan, dan tahun). 6)
6) Buku Catatan Surat Pesanan (SP) yang terdiri dari catatan SP narkotika, SPBuku Catatan Surat Pesanan (SP) yang terdiri dari catatan SP narkotika, SP psikotropika,
psikotropika, SP SP prekusor prekusor dan dan SP SP daftar daftar G. G. Dalam Dalam penerimaan penerimaan obatobat narkotika boleh dilakukan oleh APA, APING, atau AA.
narkotika boleh dilakukan oleh APA, APING, atau AA.