• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

4 YEAR digunakan untuk menyimpan data tahun dari tanggal

2.9.4 Adobe Dreamweaver

Dreamweaver merupakan salah satu software dari kelompok adobe yang banyak digunakan untuk mendesain situs web.Adobe dreamweaver itu sendiri adalah sebuah HTMLeditor professional yang berfungsi mendesain secara visual dan mengelola situs web maupun halaman web (Madcoms, 2008). Tampilan dari ruang kerja adobe dreamweaver dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.4 Ruang Kerja Adobe Dreamweaver CS3 (Sumber: Madcoms, 2008:112)

2.10. Testing

Sebelum sistem diterapkan, system harus melewati tahap pengujian sistem maupun pengujian program.Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi bila terjadi kesalahan ataupun terdapatnya celah pada sistem.Pengujian ini dilakukan pada semua modul yang telah terintegrasi. Pengujian Program dilakukan apakah sistem sudah layak diterapkan pada instansi terkait atau belum.

Menurut Pressman (2010: 343), testing adalah suatu proses melaksanakan

program aplikasi dengan tujuan menemukan kesalahan. Sebelum diterapkan dalam suatu sistem basis data harus dilakukan testing terlebih dahulu. Hal ini dicapai dengan penggunaan secara hati-hati untuk merencanakan suatu test dan data yang realistic sedemikian sehingga keseluruhan proses pengujian sesuai dengan metode dan dilaksanakan sesuai dengan aturan yang ada.

Pengujian Sistem itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu : a. Kesalahan Penulisan (Syntax Error)

Kesalahan seperti ini terjadi bila kode program yang telah dibuat ternyata terdapat skrip yang masih salah. Jadi perlu dilakukan perbaikan pada source code tersebut.

b. Kesalahan Sewaktu Proses (Runtime Error)

Kesalahan seperti ini terjadi ketika program dijalankan sehingga menyebabkan proses program terhenti sebelum selesai menyelesaikan request. Kesalahan semacam ini disebabkan karena compiler menemukan kondisi-kondisi yang belum terpenuhi.

c. Kesalahan Logika (Logical Error)

Pada kesalahan jenis ini, program tetap berjalan.Namun, output yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan.

2.11. Pemrograman

2.11.1. BlackBoxTesting

Pengujian Black Box disebut juga pengujian behavioral, yang berfokus pada

kebutuhan fungsional software. Black box mencoba untuk menemukan kesalahan dalam kategori berikut (Pressman, 2005):

1. Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang.

2. Kesalahan interface.

3. Kesalahan dan struktur data atau akses database eksternal.

4. Kesalahan kinerja.

5. Inisialisasi dan kesalahan terminasi.

Tidak seperti pengujian white box yang dilakukan pada saat awal proses pengujian, pengujian black box cenderung diaplikasikan selama tahap akhir pengujian, karena pengujian black box memperhatikan struktur kontrol, maka perhatian berfokus pada domain informasi.

Adapun langkah-langkah pengujian black box ini adalah sebagai berikut (Pressman, 2005):

1. Metode Pengujian Berbasis Grafik (Graph Based Testing)

Langkah pertama dalam pengujian black box adalah untuk memahami obyek-obyek yang dimodelkan dalam software dan hubungan yang menghubungkan antar obyek. Setelah ini telah dicapai, langkah selanjutnya adalah menentukan serangkaian tes yang memverifikasi semua obyek yang berpotensi memiliki hubungan satu sama lain (Pressman, 2005).

Pengujian berbasis grafik dimulai dengan mendefinisikan semua nodes dan weights node, yaitu obyek-obyek dan atribut yang diidentifikasi. Model data dapat

digunakan sebagai permulaan tujuan, tetapi ini penting untuk dicatat bahwa banyak node mungkin obyek program (tidak secara tegas dipresentasikan dalam model data).Untuk menyediakan indikasi dari permulaan dan akhir tujuan grafik, ini berguna untuk menetapkan masukan atau keluaran nodes.Nodespertama kali yang sudah diidentifikasi, link dan link weights seharusnya dapat ditetapkan. Di beberapa kasus, model grafik bisa memiliki loops (perulangan). Pengujian perulangan dapat juga diaplikasikan pada tingkat behavioral (black box). Grafik tersebut akan membantu dalam mengidentifikasi perulangan yang perlu diuji (Pressman, 2005).

2. Mempartisi Ekuivalensi (Equivalence Partitioning)

Equivalence partitioning adalah metode pengujian black box yang membagi domain input dari program ke dalam kelas data dari kasus uji yang dapat diturunkan.

Idealnya single test case yang ideal yaitu mengungkap kelas yang error (misalnya, pengolahan yang salah dari semua data karakter) yang mungkin memerlukan banyak kasus yang akan dieksekusi sebelum kesalahan tersebut diamati. Equivalence partitioning berusaha untuk mendefinisikan kasus uji yang mengungkap kesalahan kelas, sehingga mengurangi jumlah kasus uji yang harus dikembangkan (Pressman, 2005).

3. Analisis Batas Nilai (Boundary Value Analysis)

Untuk alasan yang tidak sepenuhnya jelas, sejumlah besar kesalahan cenderung terjadi pada batas-batas dari domain masukan daripada didomain pusat.Alasan inilah yang menyebabkan nilai batas analisis (BVA) telah

dikembangkan sebagai teknik pengujian.Analisis nilai batas mengarahkan pada penyeleksian dari kegiatan uji kasus nilai batas (Pressman, 2005).

4. Pengujian Array Orthogonal (Orthogonal Array Testing)

Ada banyak aplikasi di mana domain input relatif terbatas. Artinya, jumlah parameter input kecil dan nilai-nilai yang masing-masing parameternya dapat dibatasi secara jelas. Ketika angka-angka ini sangat kecil (misalnya, tiga parameter masukan mengambil masing-masing tiga nilai diskrit, ini mungkin untuk mempertimbangkan setiap inputan permutasi dan proses tes yang mendalam dari domain masukan).

Bagaimanapun juga, jumlah nilai inputan dan jumlah nilai diskrit berkembang untuk setiap kenaikan item data, pengujian mendalam menjadi tidak praktis atau tidak mungkin (Pressman, 2005).

Pengujian array orthogonal dapat diterapkan untuk masalah di mana domain input relatif kecil, tapi pengujian tersebut terlalu besar untuk menampung pengujian mendalam. Metode pengujian array orthogonal sangat berguna dalam menemukan kesalahan yang terkait dengan area kesalahan, sebuah kategori errordihubungkan dengan logika yang salah dalam komponen software(Pressman, 2005).

Berikut adalah contoh tabel pengujian black-box yang diisi langsung dari pengguna saat aplikasi dijalankan:

Tabel 2.8Contoh Tabel Pengujian Black Box

No. Rancangan Proses Hasil Yang Diharapkan Hasil Keterangan 1. Input username dan Masuk halaman utama OK

password admin 2. Memilih menu halaman data

data karyawan

Menampilkan data departemen

OK

( Sumber : pressman, 2005 ) 2.16.3. White Box Testing

White box testing adalah pengujian yang didasarkan pada pengecekan terhadap detail perancangan, menggunakan struktur kontrol dari desain program secara prosedural untuk membagi pengujian ke dalam beberapa kasus pengujian.

Secara sekilas dapat diambil kesimpulan white box testing merupakan petunjuk untuk mendapatkan program yang benar secara 100%.

Pengujian white box adalah untuk mengetahui cara kerja suatu perangkat lunak secara internal dan untuk menjamin operasi-operasi internal sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan struktur kendali dari prosedur yang dirancang.

Pelaksanaan pengujian white box adalah sebagai berikut :

1. Menjamin seluruh independent path dieksekusi paling sedikit satu kali.

Independent path adalah jalur dalam program yang menunjukkan paling sedikit satu kumpulan proses ataupun kondisi baru.

2. Menjalani logical decision pada sisi dan false.

3. Mengeksekusi pengulangan (looping) dalam batas-batas yang ditentukan.

4. Menguji struktur data internal.

Kelebihan white box testing :

1. Kesalahan logika. Digunakan pada sintaks „if‟ dan pengulangan. Dimana white box testingakan mendeteksi kondisi-kondisi yang tidak sesuai dan mendeteksi kapan proses pengulangan akan berhenti.

2. Ketidaksesuaian asumsi. Menampilkan asumsi yang tidak sesuai dengan kenyataan, untuk dianalisa dan diperbaiki.

3. Kesalahan ketik. Mendeteksi bahasa pemrograman yang bersifat case sensitive.

Kelemahan white box testing:

1. Untuk perangkat lunak yang tergolong besar, white box testing dianggap sebagai strategi yang tergolong boros, karena akan melibatkan sumber daya yang besar untuk melakukannya.

Tabel 2.9PerbandinganBlack Box Testing dengan White Box Testing

Black Box Testing White Box Testing

Bersifat fungsional Bersifat struktural

Dilakukan oleh penguji independent Dilakukan oleh penguji yang mengetahui tentang QA (Quality Assurance )

Melakukan pengujian berdasarkan apa yang dilihat, hanya fokus terhadap fungsionalitas dan output. Pengujian

Melakukan testing pada

software/program aplikasi menyangkut security dan performance program

lebih ditujukan pada desain software sesuai standar dan reaksi apabila terdapat celah-celah bug pada program aplikasi tersebut setelah dilakukan white box testing.

tersebut (meliputi tes code, desain implementasi, security, data flow, software failure)

Dilakukan setelah white box testing. Dilakukan seiring dengan tahapan pengembangan software atau pada tahap testing.

( Sumber : pressman, 2005 )

.

54

BAB III

Dokumen terkait