• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Afiksasi Pembentuk Kata Kerja (verba)

Kata berimbuhan ialah bentuk kata jadian dengan menambahkan imbuhan (afiks) terhadap kata dasar.25 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan,

a

fiksasi pembentuk verba adalah pembubuhan morfem terikat yang berupa afiks kepada morfem dasar untuk membentuk verba. Dalam bahasa Indonesia, verba merupakan kata yang pada umumnya mempunyai ciri bentuk berawalan me-, di-,

23 Ibid., h. 78. 24Ibid., h. 79-80.

ber-, ter-, per-, dan ada pula yang berbentuk ke-an.26 Menurut Abdul Chaer, ada 13 afiks pembentuk verba, yaitu sebagai berikut:

1. Prefiks

Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat berupa: (1) morfem dasar terikat, misalnya (pada kata bertempur, berkelahi), (2) morfem dasar bebas, misalnya (pada kata bekerja, bernyanyi), (3) bentuk turunan berafiks, misalnya (berpakaian, beraturan), (4) bentuk turunan reduplikasi, misalnya (berlari-lari, berkeluh-kesah), (5) bentuk turunan hasil komposisi, misalnya, (pada kata berjual beli, bertemu muka).27

Makna gramatikal verba berprefiks ber- yang dapat dicatat, antara lain yang menyatakan:28 „mempunyai (dasar)’ atau „ada (dasar) nya’, apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + benda), ( + umum), ( + milik) dan atau ( + bagian). Contoh: berayah „mempunyai ayah’,

berkewajiban „mempunyai kewajiban’, beristri „mempunyai istri’, berjendela

„ada jendelanya’. Makna gramatikal „memakai’ atau „mengenakan’ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + pakaian) atau ( + perhiasan). Contoh: bertopeng „memakai topeng’,berkalung „memakai

kalung’, bersepatu „memakai sepatu’.

Selanjutnya, mempunyai makna gramatikal „mengendarai’, „menumpang’ atau „naik’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + kendaraan). Contoh: bermobil „naik mobil’, berkereta „menumpang kereta’,

berkuda „naik kuda’. Makna gramatikal „berisi’ atau „mengandung’ apabila

bentuk dasarmya memiliki komponen makna ( + benda), ( + dalaman), atau (

26 Dendy Sugono dan Titik Indiyastini, Verba dan Komplementasinya, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994), h. 16.

27 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (pendekatan proses), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), Cet. I. h. 106-107.

+ kandungan). Contoh: beracun „mengandung racun’, berkuman

„mengandung kuman’, berair „berisi air’. Makna „mengandung’ atau „berisi’,

bisa juga bermakna „mempunyai’ atau „ada (dasar)nya’. Makna gramatikal „mengeluarkan’ atau „menghasilkan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + benda), ( + hasil) atau ( + keluar). Contoh: bertelur

„mengeluarkan telur’, berproduksi„menghasilkan produk’. Makna gramatikal

„mengusahakan’ atau „mengupayakan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + bidang usaha). Contoh: bersawah„mengerjakan sawah’,

bercocok tanam„mengusahakan cocok tanam’.

Berikutnya, mempunyai makna gramatikal „melakukan kegiatan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + benda) dan ( + kegiatan). Contoh: berdiskusi „melakukan diskusi’, berekreasi „melakukan rekreasi’. Makna gramatikal „mengalami’ atau „berada dalam keadaan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + perasaan batin). Contoh: bergembira

„dalam keadaan gembira’, bersedih„dalam keadaan sedih’. Makna gramatikal

„menyebut’ atau „menyapa’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + kerabat) dan ( + sapaan). Contoh: berkakak „menyebut kakak’,

bertuan „memanggil tuan’. Berkakak dan yang lainnya dapat juga bermakna

gramatikal „mempunyai’. Maka dalam hal ini konteks kalimat sangat menentukan makna gramatikalnya itu.

Makna gramatikal „kumpulan’ atau „kelompok’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + jumlah) atau ( + hitungan). Contoh: bertujuh

„kumpulan dari tujuh (orang)’, bertiga „kumpulan dari tiga (orang)’. Makna

gramatikal „memberi’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + benda) dan ( + berian). Contoh: bersedekah „memberi sedekah’, berceramah

Ada sejumlah kata berprefiks ber- yang tidak bermakna gramatikal, melainkan bermakna idiomatikal. Misalnya: berpulang dengan makna

„meninggal’, bersalin dengan makna „melahirkan’.29

2. Prefiks

Verba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per- dapat digunakan dalam: (1) kalimat imperatif, (2) kalimat pasif yang berpola: (aspek) + pelaku + verba, (3) keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + verba.30

Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal, yaitu:31 Makna gramatikal „jadikan lebih’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan) atau ( + situasi). Contoh: percepat, artinya „jadikan lebih

cepat’, perluas, artinya „jadikan lebih luas’, dan sebagainya. Makna

gramatikal „anggap sebagai’ atau „jadikan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + sifat khas). Contoh: peristri, artinya „jadikan istri’,

perteman, artinya „jadikan teman’, dan sebagainya. Makna gramatikal „bagi’

apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + jumlah) atau ( + bilangan). Contoh: perlima, artinya „bagi lima’, perseribu, artinya „bagi seribu’.

Verba berprefiks per- dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif dalam bentuk verba berklofiks memper-, diper- atau terper-, di samping prefiks per- adapula partikel per yang memiliki makna „tiap-tiap …’ atau „mulai …’. Contoh: per1 April, artinya „mulai 1 April’.

29Ibid., h. 112. 30Ibid., h. 124.

3. Prefiks

Verba berprefiks me- dapat berbentuk me-, mem-, men-, meny-, meng-,

dan menge-. Bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya

dimulai dengan fonem | r, l, w, y, m, n, ny dan ng |.32 Contoh: merawat, melekat, mewarisi, meyakini, memerah, melompati, menyala, menganga.

Bentuk atau alomorf mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | b, p, f, dan v |. Dengan catatan fonem | b, f, dan v | tetap terwujud, sedangkan fonem | p | tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu.33 Contoh: membawa, memfitnah, memutuskan. Namun, perlu dicatat dalam kenyataan bahasa ada sejumlah kata, terutama yang berasal dari bahasa asing, yang meskipun diawali dengan fonem | p |, fonem itu tidak diluluhkan. Contoh: mempunyai, memprotes, mempengaruhi.

Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem |

d dan t |. Dengan catatan fonem | d | tetap diwujudkan sedangkan fonem | t |

tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut.34 Contoh: menduda, mendengar, menulis, menerobos.

Namun, ada sejumlah kata berprefiks me-, tetapi fonem | t | pada awal bentuk dasarnya tidak diluluhkan atau disenyawakan, seperti mentradisi, mentraktor. Bentuk meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem | c, j dan s |. Bunyi | ny | pada prefiks diganti atau dituliskan dengan huruf n pada dasar yang dengan fonem | c dan j|, sedangkan yang mulai dengan fonem | s |, fonem s-nya diluluhkan.35 Contoh: mencuri (lafalnya: menycuri), mencicil (lafalnya: menycicil), menjual (lafalnya: menyjual),

menyikat, menyusul. 32 Ibid., h. 130. 33Ibid., 34Ibid., h. 131. 35Ibid., h. 132.

Dalam bahasa keseharian, terutama kata serapan dari bahasa asing, fonem / s / pada bentuk dasarnya tidak diluluhkan. Contoh: mensukseskan,

menstandarkan, mensosialisasikan.

Bentuk meng- digunakan apabila bentuk dasarnya mulai dengan fonem |k,

g, h, kh, a, i, u, e, dan o |. Fonem | k | tidak diwujudkan, melainkan

disenyawakan dengan nasal yang ada pada prefiks itu, sedangkan fonem-fonem yang lain tetap diwujudkan.36 Contoh: mengirim, menggali, mengiris,

mengumpulkan.

Bentuk menge- digunakan apabila bentuk dasarnya terdiri dari sebuah suku kata. Contoh: mengebom, mengecat, mengetes.

Perlu dibedakan adanya dua macam prefiks me-, yaitu prefiks me-inflektif dan prefiks me- derivatif. Beda keduanya prefiks me- inflektif secara gramatikal dapat diganti dengan prefiks di- inflektif atau prefiks ter- inflektif. Prefiks me- derivatif tidak dapat diganti dengan prefiks di- maupun prefiks

ter-.37

Bentuk dasar verba berprefiks me- inflektif memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Jadi, bentuk dasar dalam pembentukan verba inflektif, selain berbentuk morfem dasar atau akar juga termasuk verba bersufiks –kan, bersufiks –i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan, dan berkonfiks per-i. Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal „melakukan (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: menulis, artinya, „melakukan tulis’. Verba berprefiks me-inflektif memiliki makna gramatikal „melakukan kerja dengan alat’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( +

36Ibid.,

alat). Contoh: memahat, artinya „melakukan kerja dengan alat pahat’,

mengunci„melakukan kerja dengan alat kunci’.

Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal „melakukan kerja dengan bahan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + bahan). Contoh: mengecat, artinya, „melakukan kerja

dengan bahan cat’, menyemen, artinya „melakukan kerja dengan bahan

semen’. Selanjutnya, verba berprefiks me- inflektif memiliki makna

gramatikal „membuat dasar’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( +tindakan) dan ( + benda hasil). Contoh: mematung, artinya,

„membuat patung’, menggambar, artinya, „membuat gambar’.

Selain verba berprefiks me- inflektif ada juga verba berprefiks

me-derivatif yaitu verba yang memiliki makna gramatikal „makan, minum, mengisap’ bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + makanan) atau ( + minuman) atau ( + isapan). Contoh: menyate, artinya „makan sate’ dan

merokok, artinya „mengisap rokok’. Makna gramatikal menyoto dan menyate

bisa menjadi „membuat’ tergantung pada konteks kalimatnya.

Verba berprefiks me-derivatif memiliki makna gramatikal „mengeluarkan (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + bunyi) atau ( + suara). Contoh: mengeong, artinya, „mengeluarkan bunyi ngeong’ dan

mencicit, artinya „mengeluarkan bunyi cicit’. Verba berprefiks me- derivatif

memiliki makna gramatikal „menjadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan (warna, bentuk, situasi)). Contoh:

menua, artinya„menjadi tua’, memerah, artinya „menjadi meah’. Verba

berprefiks me-derivatif memiliki makna gramatikal „menjadi seperti’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + sifat khas). Contoh: membatu,

Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal „menuju’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + arah). Contoh:

mengudara, artinya „menuju udara’, menepi, artinya „menuju tepi’.

Selanjutnya, verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal „memperingati’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + bilangan), ( + hari) atau ( + bulan). Contoh: menujuh bulan, artinya

„memperingati bulan ketujuh (kehamilan)’, menyeratus hari, artinya

„memperingari hari keseratus (kematian)’. 4. Prefiks

Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di-inflektif dan verba berprefiks di- derivatif. Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif. Selanjutnya, pada verba berprefiks di- derivatif sejauh data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.38

5. Prefiks

Ada dua macam verba berprefik ter- yaitu verba berprefiks ter- inflektif dan verba berprefiks ter- derivatif. Verba berprefiks ter- inflektif adalah verba pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif.39 Makna gramatikal verba berprefiks ter- inflektif, selain sebagai kebalikan pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif, juga memiliki makna gramatikal.

Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal „dapat/ sanggup’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: terbawa, artinya „dapat dibawa’, terangkut, artinya „dapat diangkut’. Selanjutnya verba ini juga memiliki makna gramatikal „tidak

38Ibid., h. 138-139.

sengaja’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: terlihat, artinya „tidak sengaja dapat dilihat’,

terbaca, artinya „tidak sengaja dibaca’.

Selain itu, verba ini juga memiliki makna gramatikal „sudah terjadi’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + keadaan). Contoh: terjepit, artinya „sudah terjadi (jepit)’, tertabrak, artinya „sudah terjadi (tabrak)’, dan sebagainya. Verba ini juga memiliki makna gramatikal „yang di (dasar)’ apabila digunakan sebagai istilah bidang hukum. Contoh: tertuduh, artinya „yang dituduh’, terdakwa, artinya „yang didakwa’. Seperti yang telah dipaparkan di atas, selain verba berprefiks

ter-inflektif, verba berprefiks ter- derivatif juga memiliki makna gramatikal, yaitu makna gramatikal „paling’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: terbaik, artinya „paling baik’. Selain itu, verba ini juga memiliki makna gramatikal „dalam keadaan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan) dan ( + kejadian). Contoh:

terpasang, artinya „dalam keadaan pasang’, terdampar, artinya „dalam

keadaan dampar’. Makna gramatikal yang lain yaitu makna gramatikal „terjadi dengan tiba-tiba’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + kejadian). Contoh: terpeluk, artinya „tiba-tiba memeluk’, teringat, artinya „tiba-tiba ingat’.

6. Prefiks

Verba ini digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefik ter-.40Contoh: kebaca sepadan dengan terbaca, kebawa sepadan dengan terbawa.

7. Konfiks dan Klofiks ber-an

Verba ini memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama, yang berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Kedua, yang berupa klofiks artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu tidak diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar.

Ber-an sebagai konfiks memiliki satu makna, sedangkan ber-an sebagai klofiks memiliki makna yang terpisah. Makna gramatikal verba berkonfiks

ber-an adalah: „banyak serta tidak teratur’ apabila bentuk dasarnya memiliki

komponen makna ( + tindakan), ( + sasaran) dan ( + gerak). Contohnya:

berlompatan „banyak yang lompat dan tidak teratur’. Makna gramatikal

„saling’ atau „berbalasan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan), ( + sasaran) dan ( + gerak). Contohnya: bermusuhan „saling

memusuhi’.41

Selanjutnya, yang memiliki makna gramatikal „saling berada di’. Apabila

bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + benda), ( + letak) dan ( + tempat). Contohnya: berseberangan „saling berada di seberang’, dan

berhadapan „saling berada di hadapan’. Bentuk ber-an pada sebuah verba

mungkin bisa berupa konfiks mungkin juga berupa klofiks, tergantung pada konteks kalimatnya. Contoh klofik ber-an misalnya pada kata berpakaian. Imbuhan ber-an pada kata berpakaian dapat diimbuhkan terpisah, misalnya : pakai + an = pakaian, selanjutnya kata pakaian dibubuhi prefiks ber- menjadi

berpakaian. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa klofiks ber-an

memiliki makna yang berbeda-beda. Kata pakaian memiliki makna “baju

atau kain yang menutupi tubuh” namun kata pakaian jika dibubuhi prefiks

ber- maka akan membentuk kata berpakaian, kata berpakaian memiliki

makna “menggunakan baju atau menggunakan bahan yg menutupi tubuh”.

8. Klofiks ber-kan

Verba berklofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula kepada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan. Contoh: pada kata dasar senjata diimbuhkan prefiks ber- menjadi bersenjata, lalu pada bersenjata diimbuhkan pula sufiks –kan sehingga menjadi

bersenjatakan.42 Verba berklofiks ber-kan juga tidak banyak, contohnya:

bermodalkan, berselimutkan, berdasarkan.

9. Konfiks per-kan

Verba berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di- atau berprefiks

ter-).43 Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal „jadikan bahan

per-an’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + kegiatan ).

Contohnya: pertanyakan, artinya „jadikan bahan pertanyaan’. Selanjutnya, memiliki makna gramatikal ’lakukan supaya (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan). Contohnya: perbedakan, artinya „lakukan supaya beda’.

Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal „jadikan me-’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan). Contoh:

perdengarkan, artinya „jadikan (orang lain) mendengar’. Selanjutnya,

memiliki makna gramatikal „jadikan ber-’ apabila bentuk dasarnya memiliki

komponen makna ( + kejadian). Contoh: pertemukan, artinya „jadikan bertemu’.

42Ibid., h. 115-116.

10. Konfiks per-i

Verba berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me- inflektif, di- inflektif, atau

ter-inflektif).44 Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal „lakukan supaya jadi’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan). Contoh: perbarui, artinya „lakukan supaya jadi baru’, perbaiki, artinya „lakukan supaya jadi baik’. Selanjutnya, memiliki makna gramatikal „lakukan (dasar) pada objeknya’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + lokasi). Contoh: persetujui, artinya „lakukan setuju pada objeknya’.

11. Konfiks ke-an

Ada dua macam konfiks ke-an, yaitu konfiks ke-an yang membentuk verba dan konfiks ke-an yang membentuk nomina.45 Verba berkonfiks ke-an

termasuk verba pasif, yang tidak dapat dikembalikan ke dalam verba aktif, seperti verba pasif di- dan verba pasif ter-. Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal „terkena, menderita, mengalami (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + peristiwa alam) atau ( + hal yang tidak enak). Contoh: kebanjiran, artinya „terkena banjir’, kedinginan, artinya „menderita dingin’.

Selanjutnya, verba berkonfiks ke-an memilik makna gramatikal „agak (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + warna). Contoh: kebiruan, artinya „agak biru’, kekuningan, artinya „agak kuning’.

44Ibid., h. 128-129.

12. Sufiks –kan

Dalam prosesnya, sufiks –kan, bila diimbuhkan pada dasar yang memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran) akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal „jadikan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan) atau ( + sifat khas). Contoh: tenangkan, artinya „jadikan tenang’, satukan, artinya „jadikan satu’.46

Selanjutnya, memiliki makna gramatikal „jadikan berada di’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tempat) atau ( + arah). Contoh: daratkan, artinya „jadikan berada di darat’, tempatkan, artinya „jadikan berada di tempat’, dan sebagainya. Memiliki makna gramatikal „lakukan untuk orang lain’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: bacakan, artinya „lakukan baca untuk (orang lain)’, bawakan, artinya „lakukan bawa untuk (orang lain)’. Memiliki makna gramatikal „lakukan akan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: kabulkan, artinya „lakukan kabul akan’, hapuskan, artinya „lakukan hapus akan’. Selanjutnya, memiliki makna gramatikal „bawa masuk ke’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + ruang). Contoh: asramakan, artinya „bawa

masuk ke asrama’, gudangkan, artinya „bawa masuk ke gudang’.

13. Sufiks –i

Verba bersufiks –i adalah verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal (stem) dalam pembentukan verba inflektif.47 Bahasa inflektif adalah bahasa yg menggunakan perubahan bentuk kata (dl bahasa fleksi) yg menunjukkan berbagai hubungan gramatikal (spt deklinasi nomina,

46Ibid., h. 116-119.

pronomina, adjektiva, dan konjugasi verba).48 Verba bersufiks –i memiliki

makna gramatikal „berulang kali’ apabila bentuk dasarnya memiliki

komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: lempari, artinya

„pekerjaan lempar dilakukan berulang kali’, potongi, artinya „pekerjaan

potong dilakukan berulang kali’, dan sebagainya. Makna gramatikal „tempat’ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + tempat). Contoh:

lewati, artinya „lakukan lewat di …’, jalani, artinya „lakukan jalan di …’.

Makna gramatikal „merasa sesuatu pada’ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + sikap batin) atau ( + emosi). Contoh: kasihi, artinya „merasa kasih pada’, sukai, artinya „merasa suka pada’.

Memiliki makna gramatikal „memberi’ atau „membubuhi’ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + bahan berian). Contoh: nasihati, artinya „beri nasihat pada’, gulai, artinya „beri gula pada’. Makna gramatikal „jadikan’ atau „sebabkan’ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + keadaan) atau ( +sifat). Contoh: dekati, artinya „jadikan dekat’,

kurangi, artinya „jadikan kurang’. Makna gramatikal „lakukan pada’ apabila

bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + tindakan) dan ( + tempat). Contoh: siasati, artinya „lakukan siasat pada’, tulisi, artinya „lakukan tulis pada’.

Sufiks –i tidak dapat diimbuhkan pada bentuk dasar yang diakhiri dengan vokal –i atau diftong ai. Contoh bentuk „mandii’, „belii’, tidak berterima.

48 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), Cet. I, h. 535.

Dokumen terkait