• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI

C. Agama dan Perubahan Sosial

1. Peranan Agama dalam Perubahan Sosial

Agama ialah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh

penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas pada umumnya.29 Setiap agama, paling tidak memiliki terdiri atas lima dimensi: ritual, mistikal, ideologikal, intelektual, dan sosial. Dimensi ritual berkenaan dengan upacara-upacara keagamaan, ritus-ritus religius, seperti shalat, misa atau kebaktian. Dimensi mistikal menunjukkan pengalaman yang meliputi paling sedikit tiga aspek: concern, cognition, trust dan fear. Keinginan untuk mencari makna hidup, kesadaran akan kehadiran Yang Maha Kuasa, tawakal dan takwa adalah dimensi mistikal. Dimensi ideologikal mengacu kepada serangkaian yang menjelaskan eksistensi manusia vis-a-vis Tuhan dan makhluk Tuhan yang lain. Dimensi intelektual menunjukkan tingkat pemahaman orang terhadap doktrin-doktrin agamanya. Kedalaman tentang ajaran-ajaran agama yang dipeluknya. Dimensi sosial disebut Glock dan Stark sebagai consequential dimensisons adalah manifestasi ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat. Ini meliputi seluruh perilaku yang didefinisikan agama.30 Pembahasan mengenai peran agama dalam mengubah kehidupan sosial ekonomi masyarakat dibahas oleh Max Weber yang terkenal dalam bukunya The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism, di mana prinsif agama (dalam

!+ ' $( # # <> % $ !!2

/

30

hal ini Calvinis) sangat kondusif bagi pertumbuhan ekonomi (kapitalisme). Weber mencoba menganalisa doktrin teologis dari beberapa aliran/sekte Protestanisme, terutama Calvinisme, yang dianggapnya aliran yang paling banyak menyumbang bagi perkembangan semangat kapitalisme. Ajaran Calvin tentang takdir dan nasib manusia di hari nanti, menurut Weber adalah merupakan kunci utama dalam hal menentukan sikap hidup dari para penganutnya. Takdir telah ditentukan; keselamatan diberikan Tuhan kepada orang terpilih dan berusaha untuk memerangi segala keraguan dan godaan setan, sebab ketiadaan kepercayaan, berarti kurangnya rahmat. Untuk memupuk kepercayaan pada diri itu maka manusia haruslah bekerja keras. Sebab, hanya kerja keras saja satu-satunya yang bisa menghilangkan keraguan religius dan memberikan kepestian akan rahmat.31 Menurut perspektif Weberian, dalam konteks yang berbeda-beda,

agama dapat menjadi sumber perubahan dan tantangan sosial. Adakalanya juga sebagai sumber keteraturan sosial dan legitimasi status quo. Namun, Weber juga meyakini bahwa agama secara gradual akan kehilangan signifikansi sosial sebagai konsekuensi dari rasionalisasi organisasi sosial dan ekonomi modern.32

2. Agama dalam Proses Modernisasi

" & %-( % * , ( $ - $ $ * $

) " $ !;2 2

Modernisasi merupakan gejala universal. Modernisasi sering

diidentikan dengan kemajuan atau evolusi. Satu fenomena yang menandai abad 20 dan terutama setelah perang

dunia kedua adalah pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dalam watak dan perkembangannya menganggap dirinya otonom dan bebas dari segala ikatan, baik agama, maupun sosial. Akibatnya, tidak jarang penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi bertabrakan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu agama. Hal ini disebabkan karena ilmu pengetahuan yang kini meliputi seantero segi hidup dan kehidupan umat manusia lahir dan dikembangkan di dunia Barat.33 Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin canggih telah

menggeser nilai-nilai agama yang telah ada. Ilmu pengetahuan seolah diyakini bagaikan “agama baru” yang mampu menjawab kehidupan umat manusia. Aspek metafisika yang sakral karenanya hilang dan segala sesuatu dipandang hanya secara materi belaka. Di sinilah inti modernisme yang ditolak oleh kaum tradisional, yaitu suatu pandangan yang hanya mempercayai materi. Segala sesuatu diukur sebatas benda yang bisa dilihat secara indrawi saja. Berbeda dengan masyarakat yang tradisional, yang memandang bahwa segala sesuatu memiliki hakikat. Hakikat itulah yang sebenarnya adalah realitas.34

0 % @ - # $ % + : $ ) >? 6 , :

!2; 3

/ ( $ ' ( ( $ 0 ( A ( & % 0 + # $

Pada dunia modern, yang profan menempati posisi dan pengaruh yang

sangat penting dan menggeser pengaruh yang sakral. Fenomena ini biasa dikenal dengan sekulerisasi. Sekulerisasi muncul pertama kali di Barat pada abad pertengahan, di

mana dominasi agama terhadap lembaga-lembaga sosial lain menurun. Gereja pada pada waktu itu yang sangat berkuasa, datang membawa pemikiran dan ajaran khurafat menentang akal dan rasio, mempertahankan kebekuannya melawan ilmu dan kebebasan, tampil dengan kekolotannya menghadapi kemajuan. Bersama para raja menghadapi rakyat dan bersama-sama dengan kaum feodal memusuhi kaum buruh dan mereka yang tertindas di bumi. Gereja memusuhi orang-orang yang menyampaikan teori ilmu yang bertentangan dengan ajarannya, seperti berpendapat bahwa bumi itu bulat dianggap suatu kekafiran dan keluar dari agama. Inilah faktor yang membidani lahirnya gerakan sekulerisme di Barat.35 Di dunia yang semakin modern ini, pengaruh agama diyakini

Durkheim akan semakin menurun. Pengaruh agama akan diambil alih oleh penjelasan ilmiah dan kegiatan upacara keagamaan akan menempati sebagian kecil saja ruang dan waktu kehidupan seseorang. “Tuhan yang dulu telah mati” kata Durkheim sebagaimana yang dikutip oleh Amin Nurdin dan Ahmad Abrori. Pada masyarakat modern, bentuk alternatif agama dikenal dengan nama “civil religion” atau agama sipil yang diutarakan Durkheim. Civil

+ & B ( : * ) % .

religion didefinisikan sebagai sekumpulan kepercayaan dan ritual keagamaan di luar institusi keagamaan yang sudah ada. Pandangan Durkheim tersebut tercermin pula dalam teori Robert N Bellah mengenai civil religion sebagaimana yang dikutip oleh Dadang Kahdi. Dalam pengamatan Bellah, di Amerika ada gejala yang disebutnya civil religion, suatu konsep Rossseu seperti tampak dalam dokumen-dokumen berdirinya Amerika Serikat, upacara-upacara dalam penerimaan jabatan-jabatan kenegaraan dan hari-hari pesta yang memperingati peristiwa-peristiwa penting di Amerika. Di situlah tumbuh American's Nation Self Under Standing. Menurut Bellah, civil religion adalah 'subordinasi' bangsa pada prinsif-prinsif etis yang mengatasi bangsa itu sendiri. Bellah menolak anggapan bahwa yang dimaksud dengan civil religion adalah ideologi yang memberi legitimasi cara hidup bangsa Amerika, bukan pula suatu pemujaan diri suatu bangsa.36

BAB III

Dokumen terkait