Penulis membatasi perubahan keagamaan di sini pada kepercayaan terhadap yang sakral (atau yang gaib) dan ritual (atau kegiatan keagamaan). 1. Kepercayaan kepada yang sakral atau yang gaib
Yang dimaksud dengan kepercayaan kepada yang sakral atau yang
gaib di sini adalah kepercayaan terhadap ruh. Ruh merupakan perkara gaib, yang tidak bisa diraba oleh tangan, dilihat oleh mata, dan dijangkau oleh akal. Namun, umat muslim mempercayai dan mengimani akan eksistensinya. Dalam dunia yang semakin modern ini, di mana teknologi semakin
canggih, dan temuan-temuan baru semakin bermunculan, kepercayaan masyarakat terhadap yang sakral atau yang gaib tidak berubah. Penulis melihat tidak ada perubahan dalam hal kepercayaan terhadap
yang sakral atau yang gaib. Semua responden mempercayai bahwa ruh Rd. Aria Wira Tanu atau Dalem Cikundul bisa memberikan keberkahan kepada masyarakat maupun kepada pengunjung. Berikut penuturan mereka Bapak AS, “....ruh ngadatangan kuburna saatos 3 hari, 7 hari, sabulan,
bulan-bulan tertentu, bahkan tiap tahun, meureun ceuk roh teh, ‘euh itu aing keur didaharan ku cacing’, lamun urang-urang mah, moal bisa masihan kaberkahan kecuali orang-orang anu boga elmu, soalna ku elmuna eta tiasa masihan kaberkahan jang batur, soalna anjeuna langkung cakeut jeung gusti Allah...” (“ruh akan mendatangi kuburnya setelah 3 hari, 7 hari, satu bulan, bulan-bulan tertentu, bahkan setiap tahun. Mungkin kata ruh teh, ‘oh ternyata itu jasad saya yang sedang di makan cacing’, kalo orang seperti kita, kita tidak bisa memberikan keberkahan kecuali orang-orang yang berilmu, soalnya karena ilmunya itu bisa memberikan keberkahan kepada orang lain, karena ia lebih dekat dengan Allah swt.”)
Hal senada diungkapkan ID, “....saya percaya yen ruh Rd. Aria Wira Tanu tiasa masihan
kaberkahan ka urang, komo ka nu didagang anu ngagantungkeun ekonomina ka nu ziarah nya karena aya makam eta, teras bisa membuka lapangan pekerjaan eta buktina kaberkahan ayana makam...” (“saya percaya bahwa ruh Rd. Aria Wira Tanu bisa memberikan keberkahan kepada kita, apalagi bagi pedagang yang menggantungkan ekonominya kepada peziarah ya karena ada makamnya, terus bisa membuka lapangan pekerjaan eta buktina keberkahan adanya makam”)
Lain halnya yang diungkapkan oleh bapak EW, “ruh moal mere
nanaon soalna tos teu aya, anu dicari ku urang mah karomahna” (“ruh tidak akan memberikan apa-apa, soalnya udah engga ada yang dicari oleh kita adalah karomahnya”) Dan bagi MA, dia tidak hanya percaya bahwa ruh bisa memberikan
keberkahan, tapi juga ia bisa merasakannya, berikut penuturannya, “...tiap kali saya datang, dan berziarah ke sini, selalu ada
manfaatnya, batin saya jadi lebih tenang, setiap kali datang ke sini selalu ada peruabahan salah satunya ya itu tadi, perubahan itu bukan karena makamnya tapi karena ziarah yang saya lakukan hanya sebagai syareat saja hakikatnya tetap dari Allah swt., Kalo ada yang mengatakan bahwa itu bid’ah atau apapun itu, bagi saya itu hak orang terserah kepercayaan masing-masing, tapi bagi saya ziarah ke makam apalagi makam wali disunahkan oleh Rasulullah SAW...” Meskipun mereka masih mengimani dan meyakini akan keberkahan
yang diberikan ruh Rd. Aria Wira Tanu/Dalem Cikundul, demi menjaga supaya peziarah tidak salah dalam memaknai ziarah mereka, sebelum memulai tawasul, biasanya juru kunci (Kuncen) mengingatkan terlebih dahulu bahwa kita tidak boleh meminta kepada kuburan, akan tetapi kita hanya berdoa kepada Allah swt. Ziarah hanya sebagai jalan atau syariat saja. Tidak ada ritual khusus dalam pelaksanaan ziarah, yang dilakukan
oleh peziarah hanya tawasul saja. Walaupun ada para peziarah yang melakukan mandi di tempat-tempat yang dianggap keramat seperti pemandian Cijagang, Cikahuripan, dan Ciasihan. Demi menjaga niat baik para peziarah, biasanya juru tawasul/kuncen sebelum melakukan tawasul suka
mengingatkan kepada pengunjung bahwa mereka hanya berdoa kepada Allah swt. saja bukan kepada makam/eyang. 2. Ritual atau Kegiatan Keagamaan
Dalam kegiatan/ritual keagamaan di sini adalah Peringatan Hari Besar
Islam (PHBI). Dalam kegiatan keagamaan tidak ada yang berbeda dari tiap tahunnya, kegiatan yang biasanya dilakukan adalah Mauludan, Rajaban, dan Muharraman (dalam menyambut tahun baru Islam). Sebagaimana diketahui bahwa bulan Mulud adalah bulan yang sangat istimewa bagi umat Islam, karena pada bulan inilah baginda besar kita Muhammad SAW dilahirkan. Begitupun dengan bulan Rajab, di mana Rasulullah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hingga ke Sidratul Muntaha dan mendapatkan tugas/perintah untuk melaksanakan sholat 5 waktu, peristiwa itu dikenal dengan Isra Mi’raj. Perayaan untuk memperingati Mauludan maupun Rajaban dari satu
tempat ke tempat yang lain hampir sama. Sama halnya dengan di daerah makam. Di Majalaya sendiri, peringatan Mauludan dan Rajaban dilaksanakan pada masing-masing mesjid dari tiap ke-Rtan secara bergilir setiap harinya. Sedangkan di makam Dalem Cikundul peringatan Mauludan dan Rajaban dilaksanakan sesuai kesepakatan dari 3 pihak, yaitu: Pengurus Makam Keramat Cikundul, Desa dan Karang Taruna. Pelaksanaan Mauludan maupun Rajaban yang diadakan di makam biasanya lebih ramai dibandingkan dengan di mesjid-mesjid yang ada di Majalaya. Karena, selain diramaikan oleh para peziarah, sudah menjadi kebiasaan untuk memperingati Maulud Nabi dan
Rajaban selalu mengadakan Tablig Akbar dengan mengundang pembicara (da’i) dari luar daerah. Peringatan tersebut sudah berlangsung sejak lama, turun temurun dari dulu. Sedangkan untuk memperingati tahun baru Islam (Muharram), agenda
yang selalu dilaksanakan adalah khitanan masal. Peserta khitan massal diambil dari anak yang tidak mampu, anak yang sudah layak untuk dikhitan, dan anak yang mau dikhitan walaupun usianya masih kecil. Pelaksanaan khitan massal sudah berlangsung sejak tahun 1998 dengan Djarum Super sebagai sponsor tetap. Djarum Super bisa menjadi sponsor tetap karena hampir di setiap warung menjual rokok Djarum Super dan laris. Selain Djarum Super, dana lain diperoleh dari donatur, serta mengajukan proposal kepada instansi yang ada seperti PEMDA. Semua orang terlibat dalam menyukseskan acara khitan masal tersebut, mulai dari kepala desa, aparatur desa, ketua RT, pengurus makam, bahkan masyarakat seluruhnya.48
/2@ ( $ # $ $ # $ $& ( :