• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3 Sistem Sosial

2.3.3 Adat dan Agama

Masyarakat Minangkabau memiliki filosofi yaitu “Alam takambang jadi guru”, maksudnya ialah alam memiliki makna yang mendalam dengan segala bentuk, sifat, serta segala yang terjadi di dalamnya, merupakan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai pedoman, ajaran, dan guru. Konsep inilah yang dijadikan landasan adat di Minangkabau. Minangkabau yang terkenal dengan adatnya dari zaman dahulu sampai sekarang dengan semboyan adat “Adaik Basandi Syara’ Syara’ Basandi

Kitabullah” (adat berlandaskan islam, islam berlandaskan AlQuran dan Hadist). Adat Minangkabau terbagi atas 4 jenis, yaitu : 1. Adat nan sabana adat (adat yang sebenarnya adat) merupakan adat asli Minangkabau yang kekal dan tidak dapat diubah. Contoh : silsilah keturunan menurut garis keturunan ibu (matrilineal), dan pemilik harta pusaka sepenuhnya adalah hak perempuan, laki-laki tidak memiliki sedikitpun hak atas harta waris; 2. Adat nan diadatkan (adat yang

Ketua : Mahmedi Setiadi Anggota : Yos Sudarso Anggota : Adir Faleni Anggota : Oktaviadi Anggota : Marsenal Setiabudi Wakil Ketua : Deswandi Putra Sekretaris : Yusmida Putri

diadatkan/dibiasakan), adat ini adalah sebuah aturan yang telah disepakati dan diundangkan dalam tatanan adat Minangkabau dari zaman dulu melalui sebuah pengkajian dan penelitian yang amat dalam dan sempurna oleh para nenek moyang orang Minangkabau. Adat ini dapat diperbarui sesuai perkembangan zaman dan kesepakatan bersama. Contoh : acara Tabuik11 di Pariaman, acara adat itu hanya ada di Pariaman saja, di daerah Minangkabau lainnya tidak melaksanakan adat tabuik tersebut; 3. Adat nan Taradat (adat yang teradat) adat ini mengatur tatanan hidup bermasyarakat dalam suatu Nagari dan interaksi antara satu suku dan suku lainnya dalam nagari itu yang disesuaikan dengan kultur di daerah itu sendiri. Adat ini disesuaikan dengan perkembangan zaman memakai etika-etika dasar adat Minangkabau namun tetap dilandasi ajaran Agama Islam. Contoh : dahulu masyarakat Minangkabau dalam prosesi lamaran, perempuanlah yang harus datang dan melamar laki-laki tersebut, tetapi sekarang adat itu sudah mulai jarang dilakukan, hanya beberapa daerah saja yang masih melakukannya; 4. Adat istiadat, adat ini adalah merupakan ragam adat dalam pelaksanaan silaturrahim, berkomunikasi, berintegrasi, bersosialisasi dalam masyarakat suatu nagari di Minangkabau seperti acara pinang meminang, pesta perkawinan dll, disetiap daerah ada saja perbedaannya. Kedua adat yang terakhir ini disebut “Adaik nan babuhua sintak” (adat yang tidak diikat mati) dan inilah yang di namakan ”Istiadat”, karena ia tidak diikat mati maka ia boleh dirubah kapan saja diperlukan melalui kesepakatan bersama dalam musyawarah niniak mamak. Contoh : adat yang bersifat sosial dan kerakyatan yaitu barandai (bermain randai), di Talang Anau yaitu batalempong (bermain Talempong Batu) pada saat acara tertentu seperti pernikahan.

11 Acara adat untuk membuang sial atau bala, yang disimbolkan dengan1 buah tabuik yang dibuat besar dan tinggi, kemudian di arak-arak sampai ke laut dengan di iringi musik Gandang Tabuik.

Masyarakat Nagari Talang Anau sangat menjaga seluruh adat Minangkabau tersebut, dan menjadi pedoman bagi masyarakat Talang Anau dalam berkehidupan di Nagari tersebut. Filosofi adat Minangkabau juga menjadi pegangan yang kuat dan dipercaya masyarakat Minangkabau hingga sekarang karena sudah turun-temurun dan alam memang menjadi guru yang dapat mengajarkan nilai-nilai kehidupan bagi manusia.

2.3.3.2Agama

Seluruh masyarakat Nagari Talang Anau (Jorong Talang Anau, Jorong Luak Begak, Jorong Simp Padang) menganut agama Islam, yaitu berpedoman pada Al- Quran dan Hadist. Itu berarti 100% masyarakat Minangkabau di Nagari Talang Anau adalah beragama islam. Seperti yang ada pada adat Minangkabau, “Adaik Basandi

Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah” (adat berlandaskan islam, islam berlandaskan Al- Quran dan Hadist). Maka seluruh masyarakat Minangkabau adalah muslim/islam. Walaupun adat tetap berjalan, tetapi masyarakat Talang Anau tetap menghubungkan segala sesuatunya dengan ajaran islam.

Islam masuk ke Minangkabau sekitar abad ke-13 dan dianut oleh masyarakat Minangkabau pertama kali didaerah Pariaman12. Islam masuk ke Minangkabau dengan jalur perdagangan, karena wilayah Minnagkabau adalah wilayah strategis dalam hal perdagangan, kemudian untuk menyiarkan agama islam mereka mendakidari pesisir barat ke daerah darek (darat). Jadi islam masuk ke Minangkabau dibawa oleh para pedagang-pedagang dari Arab. Pada saat itu adat dan agama masih terus berdampingan, hingga keluarlah pepatah yang mengatakan : Adaik menurun,

Syara’ mendaki (adat menurun, agama mendaki).13 Pepatah ini muncul setelah agama islam semakin kuat dianut oleh masyarakat Minangkabau, sehingga apapun yang berhubungan dengan adat haruslah dikaitkan dengan ajaran agama islam. Pepatah ini sangat berhubungan dengan adanya kata Adat bersandi syara’, syara’ bersandi Kitabullah. Maka dari itu agama islam tetap yang menjadi acuan dalam melaksanakan adat istiadat.

Kemistisan yang ada pada Talempong Batu dahulu dipercaya hingga sampai meminta/menyembah pada Talempong Batu, tetapi masyarakat Talang Anau sudah diluruskan atas saran dari penyuluh agama di Talang Anau dan hasil musyawarah masyarakat Talang Anau yang dilakukan bersama-sama mengenai hal kemistisan dan kepercayaan pada Talempong Batu pada tahun 1970an, bahwa tempat Talempong Batu boleh dijadikan temapat berdoa saja, tetapi hanya pada Allah lah meminta segala sesuatunya.14 Walaupun begitu masih ada masyarakat yang sangat percaya dengan kemistisan Talempong Batu tersebut karena pernah mengalami kejadian- kejadian aneh pada Talempong Batu, seperti di mimpikan tentang Talempong Batu. Tetapi itu adalah warga yang kelahirannya di atas tahun 70an, seperti yang sudah dijelskan diatas bahwa pada tahun 70an sudah diluruskan mengenai kemistisan Talempong Batu. Warga yang kelahirannya tahun 80an kebawah sudah tidak percaya dengan hal-hal magis yang ada pada Talempong batu, walaupun begitu mereka tetap mempercayai cerita kemagisan Talempong Batu pada jaman dahulu. Maka dari itu masyarakat Talang Anau hanya menjaga kelestarian Talempong Batu, bukan percaya kepada Talempong Batu tersebut, semua ritual yang dikerjakan masyarakat hanyalah adat istiadat/kebiasaan masyarakat yang menjaga keutuhan Talempong Batu tersebut.

13 Agama tetap yang menjadi acuan utama dalam menjalani kehidupan.

14 Informasi ini didapat dari Bapak Ali Nasrul (59 thn) seorang penyuluh agama di Nagari Talang Anau.

Dokumen terkait