TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis .1Pasar Modal .1Pasar Modal
2.1.3 Agency Problem
Menurut Husnan dan Pudijiastuti (2006:10), bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (lebih-lebih untuk yang telah terdaftar di pasar modal), seringkali terjadi pemisahan antara pengelolaan perusahaan (pihak manajemen yang juga disebut sebagai agent) dengan pemilik perusahaan (atau pemegang saham atau yang disebut juga sebagai principal). Disamping itu, tanggung jawab pemilik hanya terbatas pada modal yang disetorkan (ekuitas) yang telah disetorkan oleh para pemilik perusahaan mungkin sekali akan hilang. Dengan demikian memungkinkan munculnya masalah-masalah yang disebut sebagai masalah-masalah keagenan (agency problems).
Masalah keagenan dapat muncul dalam berbagai tipe. Tipe pertama adalah konflik antara manajemen dan pemegang saham. Tipe kedua antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Tipe ketiga adalah konflik antar pemegang saham / manajer dengan pemberi pinjaman.
Permasalahan keagenan tipe pertama umum terjadi di negara-negara maju, dimana banyak ditemukan perusahaan-perusahaan besar yang dikelola oleh manajer professional dan pemiliknya adalah investor dengan kepemilikan relatif kecil. Dalam konteks perusahaan, principal adalah pemilik perusahaan (pemegang saham) dan agent adalah tim manajemen. Tim manajemen diberi kewenangan mengambil keputusan yang berkaitan dengan operasional dan strategi perusahaan dengan harapan keputusan yang diambil dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Namun, harapan agar tim manajemen selalu mengambil keputusan yang sejalan dengan peningkatan nilai perusahaan seringkali tidak terwujud. Banyak keputusan yang diambil demi kepentingan manajer itu sendiri dan mengesampingkan kepentingan pemegang saham dan malah merugikan seperti manajer mengambil investasi yang tidak menguntungkan, menggunakan hutang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau menciptkan mekanisme yang mempersulit pengambilalihan perusahaan oleh perusahaan yang lain (takeover). Inilah yang disebut dengan masalah keagenan. (Sugiarto, 2009:55-56)
Adalanya masalah keagenan ini memunculkan adanya biaya agensi (agency cost). Biaya keagenan ini adalah biaya implisit yang muncul karena adanya konflik atau benturan kepentingan antara pemegang saham (pemilik) dan manajer (agen). Menurut Rozeff (dalam Gumanti, 2013:67), pembayaran dividen dapat menjadi perwujudan minat dan mengurangi biaya agensi.
Jensen dan Meckling (dalam Alves, 2012:59) mengatakan bahwa manajemen menyimpang dari tujuan-tujuan atas pemaksimalan kekayaan
pemegang saham dengan menikmati keuntungan tambahan ketika perusahaan tidak memiliki ownership stake dalam perusahaan. Pemegang-pemegang saham kecil tidak akan tertarik dalam memonitor kinerja manajemen karena mereka akan memakan monitoring cost yang tinggi dengan proporsi keuntungan yang kecil. Akan tetapi, large shareholders memiliki insentif yang besar untuk dengan aktif memonitor dan mempengaruhi manajemen perusahaan untuk melindungi investasi-investasi besar mereka.
Seperti halnya yang sudah dijelaskan, maka untuk menganalisis apakah struktur kepemilikan perusahaan efektif dalam memonitor manajemen, maka digunakan tiga variabel yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik. Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik dianggap mempengaruhi besarnya biaya agensi yang muncul dalam suatu perusahaan karena permasalahan agensi yang muncul sering disebabkan oleh benturan antara manajemen dan para pemegang saham.
2.1.3.1Kepemilikan Manajerial (Insider Ownership)
Menurut Juhandi et al. (2013:10), kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Peningkatan kepemilikan manajerial adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya agensi (agency cost). Peningkatan insider ownership dapat
mengurangi agency cost karena dengan demikian, pihak manajemen juga sudah ikut berperan tidak hanya sebagai pengelola saja tapi juga sebagai pemilik saham.
Manajemen akan ikut merasakan dampak dari setiap keputusan yang diambilnya dan akan lebih berhati-hati dalam menggunakan hutang. Pihak manajemen cenderung menggunakan rasio hutang pada tingkat yang rendah dan memilih untuk menggunakan rasio laba ditahan lebih besar dalam kegiatan pendanaan perusahan. Saat laba ditahan besar, maka laba yang digunakan untuk dibayar kan sebagai dividen kepada pemegang saham akan lebih rendah. (Masdupi, 2012:4)
2.1.3.2Kepemilikan Institutional
Kebijakan dividen dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan saham dalam suatu perusahaan. Hubungan ini dapat dilihat dalam literature Jensen dan Meckling (dalam Ullah et al., 2012:300). Peningkatan kepemilikan institusional adalah salah satu cara untuk memonitor kinerja manajemen dalam rangka mengurangi agency cost dalam suatu perusahan yang akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan tersebut.
Menurut Juhandi et al. (2013:10), kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak institusi, seperti perusahaan asuransi, reksa dana, bank dan institusi keuangan lainnya. Institusi itu biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan para pemegang saham lainnya. (Fauz dan Rosidi, 2007:263)
Peningkatan kepemilikan saham institusional dalam suatu perusahaan akan meningkatkan kontrol pada perusahaan. Hal tersebut akan mengurangi biaya agensi dan akan mengakibatkan perusahaan akan membagikan dividen yang rendah. (Juhandi et al., 2013:10)
Kepemilikan institusional memiliki pengaruh dan kontrol yang lebih kuat dalam memonitor dan mengendalikan manajemen sehingga dinilai lebih efisien menekan terjadinya masalah agensi yang ada di perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan institusional yang tinggi memiliki masalah agensi yang relatif kecil yang secara langsung mengurangi agency cost. Jika
agency cost dalam perusahaan rendah, maka perusahaan tidak perlu membagikan dividen dalam jumlah besar. (Rachmad dan Muid, 2013:3)
2.1.3.3Kepemilikan Publik
Kepemilikan saham memainkan peranan yang signifikan dalam kebijakan perusahaan, terutama atas kebijakan pembayaran dividen. Kepemilikan saham oleh publik adalah jumlah kepemilikan saham oleh masyarakat atau publik yang tidak termasuk dalam kepemilikan saham oleh manajemen dan istutusi. Kepemilikan saham oleh publik ini digunakan untuk melihat seberapa besar penyebaran pemegang saham dalam suatu perusahaan. Pemegang saham yang semakin besar kurang efektif dalam monitoring dan sulit untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan.
Bila kepemilikan saham menyebar, kontrol pemegang saham cenderung melemah. Pemegang saham terkonsentrasi akan mempermudah monitoring dan kontrol terhadap kebijakan yang diambil pengelola perusahaan sehingga dapat mengurangi agency cost. Maka tidak perlu dilakukan pembagian dividen yang tinggi. (Sugiarto, 2009:27)