• Tidak ada hasil yang ditemukan

S umber: Hasil olahan SPSS 16.00, 2014

4. Koefisien Determinasi (Uji Goodeness of Fit)

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variable terikat yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas (independent variable). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R2. Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen. Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor- faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.

Tabel 4.12 a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: LnDividendPayoutRatio Sumber : Hasil olahan SPSS 16.00, 2014

Pada Tabel 4.12 dinyatakan bahwa variabel pertumbuhan aset, kepemilikan manajerial, debt to equity ratio, kepemilikan publik, dan kepemilikan institusional tidak ada yang dikeluarkan dari persamaan yang ditunjukkan oleh kolom Variables Removed yang kosong. Metode yang dipilih adalah metode

Enter.

Metode Enter

Model Variables Entered Variables Removed Method

Setelah mengetahui bahwa seluruh variabel dimasukkan dalam analisis persamaan maka dilakukan pengujian hipotesis koefisien korelasi dan koefisien determinasi. Tipe hubungan antara variabel dapat dilihat berikut ini:

Tabel 4.13

Hubungan Antar Variabel

Nilai Interpretasi

0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat

0,2 – 0,39 Tidak Erat 0,4 – 0,59 Cukup Erat 0,6 – 0,79 Erat 0,8 – 0,99 Sangat Erat Sumber : Ghazali (2006) Tabel 4.14

Uji Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .491a .241 .166 .58861

a. Predictors: (Constant), LnAset, LnManajerial, LnDER, LnPublik, LnInstitusional b. Dependent Variable: LnDividendPayoutRatio

Sumber: Hasil olahan SPSS 16.00, 204

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0,491 atau 49,1% yang berarti bahwa hubungan antara dividend payout ratio dengan variabel bebas nya pertumbuhan aset, kepemilikan manajerial, debt to equity ratio, kepemilikan publik, dan kepemilikan institusional adalah cukup erat. Pada Tabel 4.18 telah ditunjukkan nilai R Square dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,241 yang berarti 24,1% variasi dari dividend payout ratio dijelaskan oleh kelima

variabel bebas yaitu pertumbuhan aset, kepemilikan manajerial, debt to equity ratio, kepemilikan publik, dan kepemilikan institusional. Sedangkan sisanya 75,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini, seperti

free cash flow, ukuran perusahaan, dan sebagainya.

Standard Error of Estimated artinya mengukur variabel dari nilai yang diprediksi. Standard Error of Estimated disebut juga standar deviasi. Standard Error of Estimated dalam penelitian ini adalah 0,588661. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik

4.3 Pembahasan

a. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa secara simultan atau serempak variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemlikan publik, debt to equity ratio, dan pertumbuhan aset mempengaruhi dividend payout ratio perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

b. Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan variabel kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Kepemilikan manajerial yang tinggi tidak menjamin pembagian dividen yang rendah. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani & Hadinugroho

(2009) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR. Menurut (Masdupi, 2012:4), peningkatan kepemilikan manajerial adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya agensi (agency cost). Manajemen akan ikut merasakan dampak dari setiap keputusan yang diambilnya dan akan lebih berhati-hati dalam menggunakan hutang. Pihak manajemen cenderung menggunakan rasio hutang pada tingkat yang rendah dan memilih untuk menggunakan rasio laba ditahan lebih besar dalam kegiatan pendanaan perusahan. Saat laba ditahan besar, maka laba yang digunakan untuk dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham akan lebih rendah.

c. Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap dividend payout ratio. Kepemilikan institusional yang tinggi belum tentu mampu menekan terjadinya masalah agensi yang terjadi di dalam suatu perusahaan sehingga tidak bisa menjamin dividen yang dibagikan harus dalam jumlah yang rendah pula. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadapKebijakan Dividen. Hasil tidak signifikan ini mungkin karena pada dasarnya di Indonesia sendiri, institutional ownership

diartikan sebagai kepemilikan saham oleh lembaga seperti asuransi, koperasi, bank, atau institusi lain bukan merupakan fund management atau manajer investasi yang mampu memantau pasar modal lebih efektif sebab melakukan

aktifitas di pasar modal secara aktif. Maka itu, kepemilikan institusional belum dapat dipastikan mampu mengurangi biaya agensi yang kemudian akan mempengaruhi besarnya dividen yang dibagikan karena sebenarnya kemampuan kepemilikan institusional dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja manajer masih belum dapat dipastikan benar-benar terjadi di dalam suatu perusahaan.

d. Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan variabel kepemilikan publik berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun demikian, hasil penelitian menemukan bahwa penjaminan kepemilikan publik memiliki hubungan positif dengan kebijakan dividen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiarto (2009) bahwa kepemilikan publik yang tinggi menunjukkan bahwa penyebaran kepemilikan saham suatu perusahaan tidak terkonsentrasi. Bila kepemilikan saham menyebar, kontrol pemegang saham cenderung melemah dan meningkatkan permasalahan agensi dalam perusahaan. Agency cost yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan perlu membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Akan tetapi dalam penelitian ini, kepemilikan publik dinilai tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen dalam perusahaan. Hal itu terjadi bisa diakibatkan oleh adanya faktor lain yang mungkin lebih dominan dalam mempengaruhi proses kontrol manajemen. Penyebaran kepemilikan saham yang luas dianggap bukan sebagai pacuan yang signifikan atas besarnya dividen yang dibagikan. Aliran kas bebas yang terlalu besar bisa jadi merupakan faktor

yang lebih dominan yang mempengaruhi munculnya biaya agensi dalam suatu perusahaan. Jensen (1986) berpendapat bahwa perusahaan dengan kelebihan aliran kas akan membuat manajer lebih fleksibel guna menggunakan dana yang dapat memakmurkan diri mereka tetapi tidak bagi kepentingan pemegang saham. Maka itulah perlu dibagikan dividen yang tinggi saat aliran kas dalam perusahaan berlebih.

e. Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan variabel debt to equity ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun demikian, hasil penelitian menemukan bahwa debt to equity ratio

memiliki hubungan negatif dengan kebijakan dividen. Hal ini sesuai dengan pernyataan teori bahwa semakin besar proposi hutang yang ditunjukkan oleh posisi DER, maka akan besar pula kewajiban perusahaan. Semakin tinggi hutang, maka laba bersih yang dibagikan dalam bentuk dividen akan semakin rendah karena perusahaan lebih memilih menggunakan laba untuk membayar hutang-hutangnya. Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Masdupi (2012) yang menemukan bahwa struktur modal (debt to equity ratio)

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Ketidaksignifikanan dalam penelitian ini bisa terjadi karena Debt to Equity Ratio ymungkin bukan merupakan indikator utama yang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan, ada faktor lain yang jauh lebih mempengaruhi. Besarnya laba yang diperoleh perusahaan satu tahun dibandingkan dengan labanya di tahun sebelumnya atau bagaimana kegiatan pendanaan untuk investasi jangka

panjang bisa jadi berpengaruh lebih besar terhadap bagaimana kebijakan dividen dalam perusahaan.

f. Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan variabel pertumbuhan aset berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun demikian, hasil penelitian menemukan bahwa pertumbuhan aset memiliki hubungan negatif dengan kebijakan dividen. Sesuai teori bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi cennderung akan menahan pendapatannya. Laba ditahan semakin tinggi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dana sehingga akan membuat dividen yang dibagikan perusahaan semakin kecil.. Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Masdupi (2012) yang menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil yang tidak signifikan bisa dipengaruhi oleh krisis pada tahun 2008 yang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan pada tahun 2009. Banyak laba perusahaan yang anjlok sehingga pertumbuhan aset rendah bahkan bisa sampai bernilai negatif. Akibat krisis 2008, banyak perusahaan tidak membagikan dividen pada tahun 2009.

g. Dari hasil analisis regresi dari 5 variabel bebas antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, debt to equity ratio, dan pertumbuhan aset terhadap dividend payout ratio manufaktur terdapat beberapa pilihan alternatif investor dalam menginvestasikan dana yang dimiliki. Berdasarkan uji determinasi dihasilkan bahwa telah nilai

Adjusted R Square dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,166 yang berarti 16,6% variasi dari kebijakan dividen (dividend payout ratio) dijelaskan oleh kelima variabel bebas yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, debt to equity ratio,dan pertumbuhan aset. Sedangkan sisanya 83,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini, seperti free cash flow, ukuran perusahaan, collateral asset, dan sebagainya.

BAB V

Dokumen terkait