• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI MEDIA, AGENDA MEDIA, AGENDA

4.2 Agenda Media

4.2.6 Peran Gatekeeper terhadap Agenda Media Koran Kampus

Tubbs dan Moss (2001) menyatakan bahwa gatekeeper adalah orang-orang yang menyeleksi, mengubah, dan membatalkan pesan yang kemudian dapat mempengaruhi aliran pesan kepada penerima. Oleh karena itu, peran gatekeeper sangat mempengaruhi pemberitaan yang dimunculkan dalam suatu media, termasuk pada proses penerbitan Koran Kampus IPB. Apabila melihat struktur organisasi UKM Koran Kampus IPB pada Gambar 2, peran gatekeeper dimainkan oleh lima orang tim inti redaksi yaitu pemimpin redaksi, redaktur pelaksana I, redaktur pelaksana II, redaktur buletin, dan redaktur artistik. Sebelumnya perhatikan alur pemberitaan pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Mekanisme Penerbitan Berita di Koran Kampus IPB Tahun 2011

1. PROYEKSI

2. PENUGASAN

3. HUNTING 4. PENULISAN

6. PENYEMPURNAAN 5. EDITING

7. PENYELEKSIAN 8. EVALUASI

9. LAYOUT

Proses penerbitan berita di Koran

Kampus IPB

Gambar 3 merupakan rangkuman dari proses pembuatan tulisan hingga diterbitkan menjadi berita, mulai dari tahap pencarian ide, mencari fakta, menulis gagasan, menyempurnakan isi berita dengan materi-materi pendukung, serta pembagian lokasi pemberitaan di Koran Kampus IPB. Proses tersebut melibatkan tim redaksi secara keseluruhan yang berjumlah 51 orang.

1. Proyeksi

Pada tahapan pertama, seluruh pengurus Koran Kampus tanpa terkecuali melakukan diskusi dan brainstorming. Fase ini dinamakan upaya pencarian ide, dimana setiap individu dibebaskan dan diwajibkan untuk mengangkat suatu isu kemudian dibahas bersama-sama. Pembahasan dipandu oleh pemimpin redaksi guna menilai kerealistisan ide-ide serta menyepakati sudut pandang yang akan dijadikan berita.

2. Penugasan

Setelah puluhan isu terkumpul lewat proyeksi, maka tim inti redaksi berkewajiban membagi tugas secara jelas dan merata kepada tim reporter dan fotografer. Pada tahap ini kelima tim inti wajib mengarahkan kru yang bertugas dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi selama pencarian berita.

3. Hunting

Tahap ini merupakan kerja utama dari reporter dan fotografer di lapangan untuk menggali fakta sebanyak mungkin sesuai perencanaan yang telah disiapkan.

4. Penulisan

Pada tahap ini, reporter menyaring berbagai informasi yang diperolehnya saat hunting untuk membangun suatu gagasan tulisan yang bercerita dan bermakna.

5. Editing

Reporter memperbaiki tulisannya dan bekerja sama dengan redaktur pelaksana untuk menguji kelengkapan gagasan yang telah ditulis.

6. Penyempurnaan

Redaksi pelaksana mengevaluasi tulisan dan redaktur artistik mencari kecocokan antara gagasan reporter dengan bukti-bukti pendukung dari fotografer atau kartunis. Pada fase ini, repoerter yang bertugas diproyeksi kembali guna menguji kesesuaian berita saat direncanakan. Di samping itu, tim inti redaksi bertugas mengorelasikan gagasan tersebut dengan berita-berita dari reporter lainnya.

7. Penyeleksian

Pada tahap ini, reporter telah selesai bertugas untuk kedua kalinya dan menyerahkan hasil akhir gagasannya untuk disaring menjadi suatu berita. Tim inti redaksi bekerja sama dengan pemimpin perusahaan, pemimpin HRD, dan pemimpin perusahaan menentukan gagasan-gagasan mana saja yang layak untuk diterbitkan berdasarkan tingkat aktualitas, faktualitas, obyektivitas, keberimbangan, ketepatan deadline, dampak berita, kesesuai isi dan judul berita.

8. Evaluasi

Saat evaluasi, seluruh gagasan tertulis telah disepakati akan menjadi suatu berita.

Seluruh kru yang gagasannya terpilih wajib menyampaikan perkembangan-perkembangan berita kepada forum, yakni seluruh pengurus Koran Kampus IPB.

Perkembangan tersebut terkait kendala di lapangan, kelengkapan berita, dan juga keberlanjutan berita.

9. Layout

Pada tahap ini, tim inti redaksi menugaskan layouter untuk mendesain penempatan berita. Proses layout ini melibatkan pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan pemimpin HRD untuk mendiskusikan urutan berita dari halaman paling depan hingga paling belakang.

Kesembilan tahap tersebut menjelaskan bahwa tim inti redaksi (gatekeeper) sangat menentukan gagasan apa saja yang layak dijadikan suatu berita. Pada tahap tertentu, seluruh pengurus Koran Kampus IPB memang bebas terlibat. Kemudian kru yang bertugas juga bebas berkarya sesuai profesi mereka. Akan tetapi, ketika

masuk pada tahap editing hingga layout peran dominan dimainkan oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana I, redaktur pelaksana II, redaktur buletin, dan redaktur artistik. Selain itu, pada tahap-tahap tertentu pemimpin umum, pemimpin HRD, pemimpin perusahaan, dan laoyouter juga mempengaruhi isi materi per halaman Koran Kampus IPB. Mereka yang berhak menentukan berita apa saja yang akan dimuat pada Koran Kampus IPB edisi tersebut, berita manakah yang seharusnya disimpan terlebih dahulu, dan berita manakah yang akan menjadi headline.

Selanjutnya, halaman 1-24 koran secara terperinci juga disepakati oleh orang-orang tersebut.

4.3 Agenda Publik

4.3.1 Penilaian Responden terhadap Berita Pertanian di Koran Kampus IPB Agenda publik diukur berdasarkan kepentingan berita, peringkat berita, dan pilihan berita (Sulistiawan, 2005) dan (Wimmer dan Dominick, 2003).

Berdasarkan tiga indikator tersebut, agenda publik mahasiswa IPB untuk berita pertanian di Koran Kampus IPB dikategorikan menjadi empat tingkatan, yaitu sangat tidak penting, tidak penting, penting, dan sangat penting (Tabel 11).

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Agenda Publik terhadap Berita Pertanian di Koran Kampus IPB Edisi 38, 39, 40, 41 No Agenda Publik Jumlah (orang/persen) Jumlah

(orang/persen)

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa publik cenderung menilai berita pertanian adalah penting, dimana 47,37 persen responden menilai berita pertanian di Koran Kampus IPB penting dan 34,21 persen responden menilai sangat

penting. Sementara itu, terdapat 10,53 persen responden yang menilai berita pertanian tidak penting, sedangkan 7,89 persen lagi menilai berita pertanian sangat tidak penting. Meskipun demikian, berita pertanian di Koran Kampus IPB dinilai penting oleh publik.

Dalam pengukuran agenda publik ini, responden memberikan penilaian dari beberapa indikator indikator yaitu: kepentingan berita, peringkat berita, dan pilihan berita. Dari masing-masing indikator, diketahui hal-hal yang membuat publik menilai penting suatu berita pertanian. Survei khalayak mendata penilaian publik melalui instrumen berupa kuesioner yang menyajikan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui agenda publik. Bagian agenda khalayak pada kuesioner dikhususkan untuk mengetahui: (1) bagaimana penilaian publik terhadap berita pertanian mengenai penting atau tidaknya berita, (2) bagaimana publik mengurutkan peringkat berita, dan (3) sejauh mana publik menilai berita pertanian lebih penting saat diberikan dua pilihan berita. Jawaban responden dari ketiga pertanyaan tersebut dijadikan agenda publik terhadap berita pertanian di Koran Kampus IPB. Dari perhitungan rataan skor, didapatkan data untuk masing-masing indikator agenda publik (Tabel 12).

Tabel 12. Skor Agenda Publik Mahasiswa IPB terhadap Berita Pertanian di Koran Kampus IPB Edisi 38, 39, 40, 41

No Indikator Pengukuran Koran Kampus Edisi ke- Rataan Skor*

38 39 40 41

1 Tingkat Kepentingan Berita 3,18 3,08 2,82 3,08 3,04

2 Peringkat Berita 2,87 3,03 3,03 2,68 2,90

3 Pilihan Berita 3,13 2,68 3,05 2,87 2,93

Total 3,06 2,93 2,97 2,88 2,96

Keterangan: *Interval skor: 1,00 - 1,75 = sangat tidak penting; 1,76 - 2,50 = tidak penting;

2,51 - 3,25 = penting; 3,26 – 4,00 = sangat penting

Publik menilai penting berita pertanian di Koran Kampus IPB, hal tersebut ditunjukkan pula oleh data rataan skor yang mencapai 2,96 seperti yang disajikan pada Tabel 18. Data-data tersebut menginformasikan bahwa apabila diperingkatkan dari satu hingga delapan maka berita pertanian diberikan peringkat tiga atau empat oleh publik. Selain itu, apabila dilakukan lima kali percobaan membandingkan maka berita pertanian dipilih sebanyak tiga kali oleh publik. Hal

ini menunjukkan bahwa agenda publik berada di kategori penting. Dengan kata lain, metode pengukuran kepentingan berita, peringkat berita, dan pilihan berita menentukan agenda publik dimana variasi pengukuran tersebut sebagai bukti kekonsistenan publik dalam menilai penting atau tidaknya suatu berita. Hal ini memperkuat pernyataan McQuail dan Wimdahl (1995), Severin dan Tankard (1992) bahwa agenda publik merupakan tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini publik dan pengetahuan mereka, yang terdiri dari familiarity (keakraban), personal salience (penonjolan pribadi), dan favorability (kesenangan).

1.3.2 Hasil Pengukuran Indikator Kepentingan Berita

Pengukuran dari indikator ini pertama kali mengajukan empat judul berita kepada responden. Masing-masing berita mewakili satu edisi Koran Kampus IPB (Tabel 1). Konsep ini merujuk pada metode yang ditawarkan oleh Sulistiawan (2005) bahwa untuk mengukur agenda puiblik dapat berupa apakah isu itu ada atau tidak ada dalam agenda khalayak (pengenalan). Selain itu, juga merujuk pada metode kedua pengukuran agenda publik dari Wimmer dan Dominick (2003) yakni dengan cara meminta responden untuk memberikan penilaian terhadap berita yang disusun oleh peneliti.

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Agenda Publik terhadap Berita Pertanian di Koran Kampus IPB Edisi 38, 39, 40, 41 Hasil dari Penilaian Kepentingan Berita

No Agenda Publik Jumlah (orang) Jumlah

(orang/persen)

Data Tabel 13 menginformasikan bahwa saat menilai tingkat kepentingan berita pertanian, publik cenderung menyatakan penting. Hal ini ditunjukkan oleh data responden menilai berita pertanian penting sebanyak 34,21 persen dan menilai sangat penting sebanyak 44,73 responden. Sebaliknya, sedikit sekali publik yang menilai memberikan penilaian tidak penting, dimana penilaian tidak penting diberikan oleh 10,53 persen, dan penilaian sangat tidak penting juga diberikan oleh 10,53 persen responden. Data Tabel 14 menunjukkan hasil pemberian skor oleh responden saat menilai dari indikator tingkat kepentingan berita. Dalam hal ini skor 0-1 diartikan sangat tidak penting hingga skor empat diartikan sangat penting.

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Penilaian Tingkat Kepentingan Berita Pertanian di Koran Kampus IPB Edisi 38, 39, 40, 41

Setiap berita pertanian di edisi 38, 39, 40 dan edisi 41 dinilai penting oleh publik. Responden selalu memiliki tingkat kepentingan yang tinggi terhadap masing-masing judul berita. Data tersebut menunjukkan bahwa reponden cenderung memilih penting daripada sangat penting. Sebaliknya, responden lebih memilih sangat tidak penting dibandingkan tidak penting. Artinya, responden telah memahami batasan makna dari keempat tingkatan penilaian sehingga mereka memberikan penilaian pada keempat tingkatan yang berbeda secara nyata.

Data Tabel 14 menunjukkan penilaian penting untuk edisi 38, 39, dan edisi 40 diberikan oleh 47,37 persen responden, sedangkan untuk edisi 41 sebanyak 42,11 persen.

1.3.3 Hasil Pengukuran Indikator Peringkat Berita

Berdasarkan metode ketiga yang diajukan oleh Wimmer dan Dominick (2003), untuk mengukur agenda publik responden diberikan daftar topik yang dipilih oleh peneliti, kemudian responden diminta memberikan peringkat berdasarkan kepentingan yang dimiliki responden. Sementara itu, Sulistiawan (2005) mengajukan metode efek yaitu dari semua isu yang berkembang, manakah yang dianggap paling penting menurut khalayak (salience), selain itu bagaimana isu itu diperingkatkan oleh responden, dan apakah peringkatnya itu sesuai dengan peringkat media. Untuk mendapatkan informasi melalui metode ini, lihat data pada Tabel 15.

Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Agenda Publik terhadap Berita Pertanian di Koran Kampus IPB Edisi 38, 39, 40, 41 Hasil dari Penilaian Peringkat Berita

No Agenda Publik Jumlah (orang) Jumlah

(orang/persen)

Data yang disajikan oleh Tabel 15 menunjukkan bahwa publik mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi terhadap berita pertanian saat memberikan peringkat berita. Berdasarkan metode ini, diketahui 36,84 persen responden sangat mementingkan berita pertanian dan 31,58 persen lagi menilai penting. Artinya indiktor peringkat berita mendukung pernyataan bahwa publik menilai penting berita pertanian. Meskipun demikian, menurut indikator ini masih terdapat responden yang menganggap berita pertanian tidak penting, dimana 18,42 persen responden menilai tidak penting dan 13,16 persen lagi menilai sangat tidak penting.

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Penilaian Peringkat Berita Pertanian di Koran Kampus IPB Edisi 38, 39, 40, 41

No Peringkat

Metode pemeringkatan berita menunjukkan bahwa publik menilai berita pertanian sangat penting. Data Tabel 16 menginformasikan bahwa berita pertanian di setiap edisi selalu mendapatkan penilaian terbanyak pada peringkat satu atau peringkat dua. Berita pertanian di masing-masing edisi sangat jarang diberikan urutan terbawah saat diperingkatkan oleh responden, dimana diketahui bahwa hanya 10,53 persen, 2,63 persen, 15,80 persen, dan 7,89 persen responden yang mengurutkan berita pertanian di posisi tujuh atau delapan untuk setiap edisinya.

1.3.4 Hasil Pengukuran Indikator Pilihan Berita

Wimmer dan Dominick (2003) juga mengajukan metode perbandingan berganda (paired comparisson methods) untuk mengukur agenda publik.

Berdasarkan teknik ini, setiap berita yang sudah diseleksi dipasangkan dengan berita yang lain. Kemudian publik menentukan berita mana yang lebih penting dari setiap pasangan berita. Ketika semua responen telah ditabulasi, berita diurutkan dari yang paling penting ke berita yang kurang penting.

Penelitian ini mengadopsi metode perbandingan berganda namun dalam bentuk yang lebih sederhana, yakni indikator pilihan berita. Dalam hal ini, satu judul berita pertanian dipasangkan dengan satu judul berita lainnya (nonpertanian), kemudian responden diminta untuk memilih berita mana yang lebih penting. Responden bebas memilih berita mana yang lebih penting bagi mereka. Setiap judul berita tersebut dipasangkan dengan judul berita nonpertanian

sebanyak lima kali (Tabel 17). Melalui metode ini, diketahui kecenderungan publik untuk tetap memprioritaskan satu berita pertanian atau tidak. Selain itu, kegiatan memilih ini dapat membuktikan sejauh mana ketegasan publik dalam menilai penting suatu berita. Apabila satu berita semakin sering dipilih oleh publik maka semakin penting berita tersebut sehingga semakin tinggi pula agenda publik yang terbentuk.

Tabel 17. Judul Berita Pembanding untuk Pengukuran Indikator Pilihan Berita di Koran Kampus IPB Edisi 38, 39, 40, 41

Edisi Perbandingan

ke- Judul Berita Pembanding

38

1 Wirausaha: Wahyu Putra Tertantang oleh Kegagalan 2 Siswa SD Bermain Ecomonopoly Raksasa

3 Berbagi dalam Kemeriahan Imlek 4 Sastra: Namaku Laut

5 Info Beasiswa

39

1 IPB Deklarasikan Diri Jadi Kampus Biodiversitas 2 Eks Penghuni Sylva Merasa Dirugikan

3 Meningkatkan Intelektualitas dengan Membaca 4 Gerakan Anti Narkoba: Kampanye Calon Duta

Antinarkoba

5 Leo: Mapres adalah Cerminan IPB

40

1 P4 IPB Targetkan 1500 Proposal PKM Tahun Ini 2 Liputan Khusus MPKMB 48

3 Wawancara Eksklusif: Dekan Fahutan tentang Aksi Mahasiswa Fahutan

4 Resensi Buku: Rahasia Jakarta dalam Sebuah Buku 5 Lagi, MPF FEMA Sabet Proposal Terbaik

41

1 Napak Tilas Sejarah IPB 2 Puisi: Lewat Syair Sederhana

3 Info Wirausaha: Terajana, Minuman Alternatif Kesehatan

4 Biomethagreen: Teknologi Baru Pengolahan Sampah 5 New Seven Wonders of Natures: Komodo Sementara

ini Menang Sumber: Koran Kampus IPB, 20111

Dari Tabel 17 diketahui jenis-jenis berita yang menjadi pembanding masing-masing berita pertanian, dimana berita-berita tersebut sangat bervariasi mewakili berbagai jenis berita, seperti budaya, sastra, kemahasiswaan, dan sebagainya. Dengan kata lain, pada indikator ini setiap judul berita pertanian

1 Produk Koran Kampus IPB edisi 38, 39, 40, 41

dibandingkan dengan lima judul berita dari rubrik lain. Hasil dari kegiatan membandingkan ini disajikan oleh Tabel 18.

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Agenda Publik terhadap Berita Pertanian di Koran Kampus IPB Edisi 38, 39, 40, 41 Hasil dari Penilaian Pilihan Berita

No Agenda Publik Jumlah (orang) Jumalh

(orang/persen)

Berdasarkan data Tabel 18 diketahui bahwa publik memiliki kepentingan yang tinggi terhadap berita pertanian saat memilih berita. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden lebih memilih berita pertanian dibandingkan berita jenis lainnya. Tabel 24 menyajikan data banyaknya responden yang menilai sangat penting (36,84 persen) dan penting (21,05 persen). Akan tetapi, masih terdapat responden yang menilai tidak penting (34,21 persen) dan sangat tidak penting (7,90 persen).

Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Penilaian Pilihan Berita Pertanian di Koran Kampus IPB Edisi 38, 39, 40, 41

No Jumlah Terpilih (kali)

Dari Tabel 19 diketahui bahwa untuk lima kali percobaan memilih, publik cenderung memilih berita pertanian 4-5 kali untuk masing-masing berita.

Banyaknya jumlah responden memilih berita pertanian tersebut tidak sama untuk masing-masing berita. Berita pertanian di edisi 38 dipilih 4-5 kali oleh 52,63 persen responden. Di edisi 39, 40, dan 41, jumlah responden yang memilih berita pertanian mencapai 4-5 kali adalah sebanyak 42,10 persen, 55,26 persen, dan 34,20 persen. Berdasarkan indikator ini, publik benar-benar diberikan kesempatan untuk memilih berita pertanian atau nonpertanian sehingga tingginya penilaian publik dari indikator ini semakin mendukung tingkat kepentingan berita pertanian bagi publik. Artinya, publik semakin tegas dalam menilai penting berita-berita pertanian tersebut.

1.4 Agenda Setting

Berita yang dimuat di Koran Kampus IPB tidak terbatas pada berita pertanian, melainkan sangat bervariasi dari berbagai bidang kehidupan. Koran Kampus IPB seringkali memberitakan peristiwa teraktual yang sedang berkembang di lingkungan kampus atau isu-isu nasional yang tengah mencuat namun dianalisa dari perspektif kemahasiswaan. Koran Kampus IPB segmentasi pembacanya mahasiswa yang dekat dengan dunia pertanian. Pembaca bervariasi dari berbagai program studi yang tergabung dalam sembilan bidang pendidikan.

Agenda media menunjukkan bahwa Koran Kampus IPB menilai berita pertanian tidak penting untuk dimuat di Koran Kampus IPB. Analisis isi berdasarkan indikator rubrik, judul berita, proporsi, dan penempatan berita secara umum menunjukkan skor 2,25 (interval 1-4). Artinya, apabila dinilai menurut kategori sangat tidak penting, tidak penting, penting, atau sangat penting, maka agenda media masuk ke dalam kategori tidak penting. Berbeda dengan pihak media, publik menilai bahwa berita pertanian penting untuk dimuat di Koran Kampus IPB. Publik secara konsisten menilai berita pertanian penting dari indikator kepentingan berita, peringkat berita, dan pilihan berita. Hal ini ditunjukkan oleh skor 2,96 dari responden (interval 1-4) sehingga dinyatakan bahwa publik menilai berita pertanian penting atau membutuhkan berita pertanian.

Dengan demikian, berita pertanian di Koran Kampus IPB tidak memiliki kesesuaian agenda (Gambar 4).

Agenda media Agenda Publik

1 1,75 2,252,5 2,96 3,25 4

Gambar 4. Kesesuaian Agenda Setting Berita Pertanian di Koran Kampus IPB Edisi 38, 39, 40, 41

Gambar 4 menunjukkan bahwa agenda media tidak sama dengan agenda publik. Penelitian ini belum berhasil menguji konsep agenda setting yang menyatakan bahwa media selalu mempengaruhi publik untuk berpikir tentang suatu isu. Hal ini disebabkan oleh Koran Kampus IPB bukanlah media yang mempunyai pengaruh kuat sebagaimana asumsi yang diberikan oleh konsep agenda setting. Oleh karena itu, mahasiswa tidak terpengaruh oleh pemberitaan tersebut. Hubungan agenda media dan agenda publik dapat dilihat dari hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 20).

Tabel 20. Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Agenda Media dan Agenda Publik terhadap Berita Pertanian di Koran Kampus IPB Edisi 38, 39, 40, 41

Agenda Media

Agenda Publik (rs) Tingkat

Kepentingan Berita Peringkat Berita Pilihan Berita

Frekuensi Rubrik 1,000 1,000 1,000

Proporsi Berita 0,707 -0,943* 0,447

Penempatan Berita 0,833 -0,889* 0,211

Keterangan: *berhubungan nyata pada p<0,05 rs: koefisien rank Spearman

Tabel 20 menginformasikan bahwa terdapat hubungan nyata (p < 0,05) negatif antara proporsi dan penempatan berita dengan peringkat berita. Artinya, proporsi dan penempatan berita yang disajikan media berhubungan nyata negatif dengan peringkat berita pada agenda publik. Dalam hal ini, proporsi berita pertanian termasuk kategori tidak penting, sedangkan hasil peringkat berita adalah penting. Begitu pula dengan penempatan berita, Koran Kampus IPB meletakkan berita pertanian di halaman berapapun publik tetap menilai berita pertanian penting saat memeringkatkan berita. Uraian di atas menyarikan bahwa hipotesis penelitian pertama yang menyatakan bahwa “terdapat hubungan nyata antara agenda media dan agenda publik mahasiswa IPB terhadap berita pertanian di Koran Kampus IPB,” diterima untuk proporsi dan penempatan berita berita dengan peringkat berita.

5.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini mengukur dan menganalisis perbedaan agenda publik bagi mahasiswa yang memiliki perbedaan program studi, dimana dari 38 responden terdapat 19 mahasiswa program studi SKPM 2009 dan 19 mahasiswa program studi AGH 2008 (Tabel 21).

Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Program Studi di IPB Tahun 2011

Tabel 21 menginformasikan bahwa persentase mahasiswa SKPM yang menjadi responden lebih besar dibandingkan mahasiswa AGH 2008, yakni 59,38 persen dan 45,24 persen. Meskipun demikian, hal tersebut bertujuan untuk memperoleh jumlah responden yang seimbang untuk masing-masing program studi, yakni 19 orang. Masing-masing responden tersebut mempunyai perbedaaan dari beberapa aspek, misalnya status pengguna koran atau bukan (Tabel 22).

Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Penggunaan Koran untuk Memperoleh Informasi Pertanian di IPB Tahun 2011

Program Studi Jumlah (orang/persen) Jumlah (orang/persen)

Bukan responden 13

(40,62)

Kategori Jumlah (orang/persen) Jumlah (orang/persen) SKPM 2009 AGH 2008

Pengguna Koran 14

(73,68)

10 (52,63)

24 (63,16)

Bukan Pengguna Koran 5

(26,32)

Tabel 22 menginformasikan bahwa sebagian besar responden menggunakan koran untuk memperoleh informasi pertanian, dimana 63,16 persen responden menyatakan sebagai pengguna koran. Selain itu, diketahui pula bahwa mahasiswa SKPM 2009 lebih banyak yang menggunakan koran dibandingkan mahasiswa AGH 2008. Sebanyak 36,84 persen responden menyatakan tidak sering menggunakan koran untuk mencari informasi pertanian. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa alasan seperti yang disajikan oleh Tabel 23.

Tabel 23. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Alasan Tidak Membaca Koran dalam Mencari Informasi Pertanian di IPB Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 23 di atas diketahui bahwa responden umumnya tidak membaca koran karena adanya internet, televisi, terbatasnya waktu, kurang tertarik dengan koran, dan tidak berlangganan koran. Alasan terbesar dikarenakan responden lebih sering mengakses internet, yakni sebanyak 28,56 persen. Alasan karena adanya televisi dan tidak berlangganan koran masing-masing diberikan oleh 21,43 persen responden. Sementara itu, alasan terbatasnya waktu dan tidak tertarik dengan koran diberikan oleh 14,29 persen responden. Selain itu, terdapat pula media cetak alternatif yang menyebabkan responden tidak membaca koran untuk memperoleh informasi pertanian (Tabel 24).

Alasan Tidak Membaca Koran

Jumlah (orang/persen) Jumlah (orang/persen)

Terbatasnya waktu 1

(20,00)

Tidak berlangganan koran 1

(20,00)

Tabel 24. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Penggunaan Media Cetak Alternatif untuk Memperoleh Informasi Pertanian di IPB Tahun 2011

Tabel 24 menunjukkan bahwa responden tidak menggunakan koran untuk memperoleh informasi pertanian juga disebabkan oleh kecenderungan mereka untuk mencari informasi pertanian dari media cetak lainnya, yaitu majalah, jurnal, tabloid, ataupun buku. Dari sejumlah alasan tersebut diketahui bahwa responden lebih senang membaca majalah untuk memperoleh informasi pertanian. Alasan ini diberikan oleh 57,14 persen dari responden. Hal ini berarti terdapat kemungkinan responden lebih menyukai tampilan majalah yang menarik sehingga tidak menyukai koran untuk memperoleh informasi pertanian. Sementara itu, untuk alasan media cetak yang lebih sering dibaca adalah buku dengan bobot 57,14 persen. Artinya, terdapat kemungkinan bahwa reponden lebih mempercayai informasi pertanian yang bersumber langsung dari buku-buku pertanian. Selain

Tabel 24 menunjukkan bahwa responden tidak menggunakan koran untuk memperoleh informasi pertanian juga disebabkan oleh kecenderungan mereka untuk mencari informasi pertanian dari media cetak lainnya, yaitu majalah, jurnal, tabloid, ataupun buku. Dari sejumlah alasan tersebut diketahui bahwa responden lebih senang membaca majalah untuk memperoleh informasi pertanian. Alasan ini diberikan oleh 57,14 persen dari responden. Hal ini berarti terdapat kemungkinan responden lebih menyukai tampilan majalah yang menarik sehingga tidak menyukai koran untuk memperoleh informasi pertanian. Sementara itu, untuk alasan media cetak yang lebih sering dibaca adalah buku dengan bobot 57,14 persen. Artinya, terdapat kemungkinan bahwa reponden lebih mempercayai informasi pertanian yang bersumber langsung dari buku-buku pertanian. Selain