• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agrostophyllum tenue

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3. Agrostophyllum tenue

bergambar garis-garis atau kotak-kotak perak mengkilap. Bunganya kecil-kecil, berkumpul di sepanjang tangkainya. Panjang tangkai kira-kira 30 cm. Anggrek ini membutuhkan kelembaban udara yang tinggi, 50% atau lebih. Media harus cukup lembab . tinggi keseluruhan ±10 cm.

3. Agrostophyllum tenue

Anggrek epifit, berumpun rapat.

Batangnya kurus, kaku, dan kebanyakan

lebih pendek. Daunnya panjang-menyempit

menyerupai rumput, menggantung.

Perbungaan diujung bongkol terdiri dari 4

bunga. Bunganya hampir putih, tanpa

warna lain. Pinggiran daun rata, dibagian pangkal membulat, dibagian ujung cekung dan meruncing.

4. Bulbophyllum violaceum

Anggrek epifit yang tumbuh di wilayah hutan dataran tinggi, memiliki rimpang menjalar pendek. Dengan pseudobulb tumbuh menyatu pada rimpang, mengerucut, beralur dibagian pangkal. Bentuk daun melanset dengan ujung tumpul, tangkai sangat pendek (menyatu). Bunga tunggal muncul dari rimpang.

Ciri khas Bulbophyllum terletak pada lidah bunganya yang bisa bergoyang, sehingga sering disebut dengan anggrek lidah goyang (Pranata, 2005).

40 5. Ceratostylis sp.

Anggrek epifit, simpodial yang ditemukan di daerah Tadah Angin dengan bentuk rimpang panjang yang menyirip. Tidak memiliki umbi semu. Batang beruas satu atau lebih. Daun pipih (terkadang menggalah), satu di ujung. Perbungaan bertangkai sangat pendek, di ujung. Bunga mekar serempak,kelopak dan mahkota hampir sama.

6. Taeniophyllum biocelatum

Jenis anggrek epifit yang ditemukan di wilayah hutan sekunder letak tepatnya didaerah Nanggorak, hidupnya menempel pada pohon Marong (Cratoxylon formosum). Akarnya sangat rata, seluruhnya menjalar pada inangnya. Bentuk perbungaannya bertangkai

panjang, berbulu kaku serta ujungnya runcing. Bunganya lebih banyak kuning muda, agak cekung, kelopak melebar-melanset. Persebaran jenis anggrek ini endemik Jawa. Hidupnya biasanya dipohon tinggi dengan ketinggian 300-1000 m dpl.

Gambar 5.5 Ceratosylis sp.

41 7. Trichotosia annulata

Angrek epifit yang tumbuh di kawasan Hutan Sekunder didaerah Nanggorak dengan kondisi batang tumbuh rapat pada rimpang, menggantung, pada tumbuhan dewasa dapat mencapai panjang ±4 m, berdaun pada setiap jarak ±3,5 cm. Daun lanset menyempit, ujung runcing,

berwarna hijau pucat, tidak berbulu. Perbungaan tumbuh dilateral, berbunga ±15 kuntum. Bunga bergaris tengah dengan kelopak dan mahkota berwarna putih kekuningan. Labellum berwarna kuning emas, putih dibagian pangkal dan pinggiranya, bercuping tiga, cuping lateral membundar didekat pangkal.

8. Spathoglottis sp.

Anggrek tanah yang berumbi semu. Umbi semu bentuk bulat telur, tertanam di bawah tanah, di setiap ujung umbinya akan muncul tunas daun, setiap batang 4 – 7 daun. Daun bentuk lanceolate memanjang, ujung meruncing, permukaan agak berlipatan (plicate). Perbungaan berbentuk tandan,

tumbuh dari ketiak daun di bagian pangkal, panjang bunga mekar berurutan dalam waktu yang lama. Kelopak dan mahkota berlepasan, membuka dan melebar, bibir

Gambar 5.7 Trochotosia annulata

42

bercuping tiga, tidak berkantung atau bertaji, polinia berjumlah delapan. Bunga membuka penuh, lebar 3,5 – 4 cm; kelopak bunga bentuk lanset, melebar di pangkalnya, berukuran ± 2 × 1,2 cm; mahkota lebih lebar dan membundar, ± 2 × 1,5 cm, bibir bentuk seperti sendok atau sudip, runcing di pangkal dan melebar di ujungnya. Menurut Soeryowinoto (1987), menyatakan Anggrek terestrial daunnya berwarna hijau, lebar dengan ketebalan yang tipis, tidak sukulen dan seperti kulit, bagian akarnya mempunyai rambut-rambut akar yang panjang.

9. Bulbophyllum ovalifolium

Anggrek epifit yang ditemukan di kawasan hutan sekunder didaerah Nanggorak yang memiliki umbi semu membulat, tumbuh sangat rapat, permukaan kadang kasar. Daun membundar-melonjong dengan perbungaan berbunga tunggal. Bunga bergaris tengah dengan kelopak dorsal dan lebih lebar dari kelopak. Warna bunga beragam

merah, jingga, kuning, hingga putih. Mahkota panjang ±0,2 cm, membundar telur, berurat tunggal, warna gelap. Labellum menyerupai lidah, permukaan tidak rata (berbenjol-benjol kecil), kadang rata, bagian samping kadang melipat kebawah dan berbintik merah.

Ciri khas Bulbophyllum terletak pada lidah bunganya yang bisa bergoyang, sehingga sering disebut dengan anggrek lidah goyang (Pranata, 2005).

43 10. Thelasis pygmaea (Grift.) Lindl.

Journ. Linn. Soc. 3:63 (1855)

Umbi semu : tampak jelas, lebih lebar daripada panjang, garis tengah ±1,5 cm, masing-masing berdaun dua yang berukuran sama. Terkadang memiliki daun telinga yang sangat kecil di bagian bawahnya. Daun : satu berukuran paling besar, tumbuh dari ujung umbi semu, ±8 x 1,5 cm (lainnya berupa pelepah yang menutup umbi semu),

ujung berbelah dua pendek dan tidak setangkup. Perbungaan : panjang mencapai 11 cm, tangkai panjang ; ±6 cm bunga pada rakhlia tersusun mengerucut; mekar berurutan dengan 2-3 kuntum setiap kali mekar. Bunga : bergaris tengah ±0,18 cm, panjang ±0,4 cm, sedikit membuka; kelopak dan mahkota kuning-hijau pucat agak transparan, ujung tumpul. Bibir : berwarna sama seperti kelopak / mahkota dan ujung runcing.

.

44 11. Bulbophyllum triflorum

Anggrek epifit yang merambat tumbuh di kawasan hutan sekunder didaerah Batumeja. Menempel pada pohon Dillenia exelsa. Dengan memiliki umbi semu

tumbuh pada rimpang, membulat lonjong. Dengan daun membundar-memanjang, kaku, dan ujung tumpul. Perbungaan tumbuh dari rimpang, panjangnya lebih pendek dari daun terdiri dari 3-6 bunga. Bunga tangkai panjang, bergaris tengah, kelopak kuning pucat, ujung jingga, mahkota melonjong. Labellum membundar lonjong, tumpul diujung dan di pangkal jingga.

12. Eria retusa

Anggrek epifit. Umbi semu :

berbentuk bulat-oval, bergerombol, diameter 1-1,5 cm. Daun : lanset, berdaging, 1-2 daun tiap umbi semu, ujung berlekuk.

Bunga : majemuk tandan, muncul dari umbi semu, 12-16 kuntum tiap tandan , warna kuning, waktu mekar sangat

singkat. Labellum: bentuk bulat telur, berukuran sangat kecil. Seedling Eria retusa

Gambar 5.11 Bulbophyllumtriflorum

45

13. Calanthe triplicata (Willem.)

Anggrek teresterial yang ditemukan didaerah Badeto termasuk anggrek monopodial (yang hidupnya tidak terbatas). Tinggi mencapai± 50 – 100 cm.

Daun berbentuk lanceolate lebar dan panjang, beralur, warna

hijau, kedua ujungnya meruncing, melebar di bagian tengahnya, permukaan tidak rata (berlipat-lipat), dan rhizoma di dalam tanah. Umbi semu tersusun rapat berhimpitan, mendukung 4 – 5 helai daun. Menurut Sunardi (1995) menyatakan Tumbuhan teresterial, batang semu tersusun oleh pelepah yang rapat satu sama lain, pangkalnya membengkak seperti umbi semu. Daun lebar dan tipis. Bunga majemuk bertangkai panjang yang keluar dari ketiak daun, bunga banyak, berukuran kecil atau sedang, didukung oleh daun penumpu yang kadang-kadang tidak luruh, kelopak dan mahkota tidak saling berlekatan, bibir biasanya dengan taji yang panjang dan pangkalnya bersatu dengan column, berlekuk 3, polinia 8 berlilin.

46 14. Trichotosia pauciflora Blume

Anggrek epifit yang ditemukan di daerah Badeto memiliki batang panjang mencapai ±50 cm, biasanya lebih pendek, menggantung. Daun ±4-1,5 cm, ujung berbelah dua tidak setangkup, agak tebal, sedikit berbulu

pada kedua permukaannya. Perbungaan tumbuh dari permukaan bawah batang, dekat ujung, bunga berjumlah 2-4 kuntum, berwarna hijau. Bunga bergaris tengah , permukaan luar dari kelopak berambut cokelat. Kelopak dan mahkota bagian dalamnya putih. Labellum putih dengan pinggiran pangkal sebelah merah tua. Hidup didataran rendah sampai di pegunungan pada ketinggian 300-1.000 m dpl.

15. Bulbophylllum sp.

Anggrek epifit dengan batang panjang mencapai ±1 m, tegak kemudian menggantung. Daun umumnya sangat tebal, ukuran beragam, ujung runcing. Perbungaan tangkai pendek dengan jumlah bunga dua kuntum, bersilang. Bunga putih, kelopak melanset, ujung runcing dibagian pangkal, lebih menyempit ke ujung..

Gambar 5.14 Trichotosia pauciflora

47

Labellum becuping tiga, cuping samping berbentuk sabit, runcing, berlekuk ke atas, sepanjang cuping tengah berbulu panjang. Persebaran didaerah Hutan pada ketinggian 100-1.000 m dpl.

16. Phreatia laxiflora

Anggrek epifit yang terdapat pada kawasan Hutan dataran rendah Pasir pugag, Tadah Angin dan Padang Badeto, berbatang pendek

daunnya berwarna hijau, daun tersusun rapat, berjumlah 6 helai tiap batang dengan duduk daun equitant. Dunnya memita, panjang, dan tebal, ujung

daunnya unequally two-lobed (membentuk 2 lekukan tidak sama besar). Perbungaan lebih panjang dari daun dengan tangkai kecil. Perakaran tidak bercabang, akarnya memiliki rambut hanya dibagian yang menempel pada pohon, memiliki mikoriza yang bersimbiosis dengan akar untuk memperoleh zat-zat organik dari humus maupun udara untuk diberikan kepada anggrek. Menurut Sudarnadi (1995), Bunga majemuk bervariasi panjangnya, bercabang atau tidak, bunga kecil sampai besar, kelopak dan mahkota terbuka lebar, mahkota kadand-kadang lebih besar dari kelopak, bibir tanpa taji.

48 17. Grammathophyllum speciosum

Anggrek epifit yang berumbi semu dengan panjang membentuk batang, panjang mencapai ±1,5-7 m, tumbuh menjuntai dengan ujung melengkung mendatar, daun tumbuh pada dua bidang sepanjang batang. Daun memita dengan ujung runcing. Perbungaan berbunga banyak, bunga dibagian pangkal lebih berjauhan letaknya

pada rakhila dibanding dengan bunga dibagian ujung. Bunga bergaris tengah, membuka lebar, kelopak kuning pucat atau kehijauan dengan bintik atau bercak coklat kemerahan, mahkota lebih pendek dan lebih lebar, warnanya sama. Labellum kecil, bercuping tiga, cuping lateral tegak, kuning, bergaris coklat pada bagian dalamnya dan sedikit bebrbintik coklat dibagian luarnya.

18. Eria erecta

Anggrek epifit yang tumbuh didaerah hutan dengan ketinggian 760-2.500 m dpl. Dengan batang tumbuh rapat pada rimpang, dibagian pangkal berukuran ±2,5 cm. meruncing sampai ke ujung,

terdiri dari 5-7 didaun dekat ujung.

Gambar 5.17 Gramatophyllum speciosum

49

Daun ujung meruncing, menyempit ke tangkai. Perbungaan tumbuh didekat ujung yang berdaun, 2-6 tangkai setiap batang, panjang ±10 cm atau lebih pendek dari daun, tegak dipangkal dan sedikit melengkung di ujung, berwarna coklat. Bunga bergaris tengah, putih atau merah. Labellum bercuping, cuping lateral menyegitiga, cuping tengah panjang dengan ujung seperti sendok, berwarna putih atau merah muda.

19. Cymbidium bicolor Lindl.

Anggrek epifit dengan tinggi keseluruhan ±70 cm. Pseudobulb : pipih, tertutupi pelepah daun, panjang ±1 cm dan diameter ±0,4 cm, dan terdiri dari 7-9 helai daun. Daun : berbentuk pita, panjang ±65 cm dan lebar ±2 cm, permukaan licin, tepi bergerigi, tipis, ujung meruncing dan tidak

memiliki tangkai daun. Perbungaan : muncul dari samping pseudobulb, majemuk, terdiri dari 10-20 kuntum bunga, panjang tangkai pembungaan 20-35 cm. Bunga : warna merah, bagian tepi berwarna kuning.

50 20. Thrixspermum sp.

Anggrek monopodial yang hidup secara epifit atau bisa teresterial ditemukan di kawasan Taman Wisata Alam tepatnya terletak di depan pusat informasi BBKSDA. Dengan batang pendek hingga memanjang. Daun tumbuh sepanjang batang, berukuran sama, datar, tebal,

ujung berbelah dua tidak setangkup. Perbungaan tandan, tumbuh dari batang secara lateral, berbunga sedikit atau banyak pada rakhila yang memanjang secara bertahap sesuai dengan tumbuhnya bunga. Bunga tumbuh satu atau bertahap secara bersamaan, meakar penuh, usia mekar singkat, kelopak dan mahkota berbentuk sama. Labellum menyatu, bercuping tiga, dibagian tengahnya berbentuk kantung, cuping tengah biasanya menebal diujung, polinia berjumlah empat yang berukuran sama dalam dua pasang.

21. Dendrobium rugosum

Anggrek epifit dengan batang menjurai panjang, mencapai ±2 m, daun berjarak setiap ±1,5 cm. Daun melanset-menyimpit, hijau, tebal, dan meruncing. Perbungaan tumbuh lateral (tidak menentu)

Gambar 5.20 Thrixspermum sp.

51

dengan jumlah bunga dua, tangkai sangat pendek, kedua bunga bersentuhan. Bunga kuning muda. Labellum bercuping tiga, cuping samping tegak, tumpul, cuping tengah menyegitiga meruncing, ujung berlekuk ke bawah, bagian tengah bibir tertutup tonjolan yang berwarna kemerahan.

22. Phalaenopsis sp.

Anggrek epifit yang ditemukan di daerah perbatasan Cagar Alam - Nanggorak dengan menempel pada pohon sterculiaceae. Dengan batang yang sangat pendek. Daun tersusun rapat, berbentuk lanset dengan ujung tumpul-meruncing. Dengan perakaran berdaging dan tidak bercabang.

23. Spesies A

Anggrek epifit yang tumbuh dikawasan perbatasan Nanggorak dengan daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing. Batang pendek dengan umbi semu Perakaran menjalar keseluruh batang inang pohon, berdaging tebal dengan tidak berbulu

dan bercabang. Umbi semu berbentuk bulat telur terbalik. Dengan tidak terlihat bagian bunga yang tumbuh.

Gambar 5.22 Phalaenopsis sp.

52 Spesies B

Anggrek epifit yang ditemukan di daerah perbatasan Cagar Alam-Nanggorak yang menempel pada pohon Rhodamnia cinneria. Warna daun hijau, bentuk daun memanjang dengan ujung tumpul. Tidak telihat adanya

calon bunga karena masih dalam keadaan seedling. Bentuk perakaran memanjang dengan batang memendek.

53

Tabel 5.1.4 Data Fisik Kawasan Hutan Cagar Alam Pananjung Pangandaran

Data Fisik Sungai Badeto Tadah Angin (Cicebong)

Cikamal TWA (Ciborok)

Koordinat S 07˚42‟53.58” S 07˚43‟16.6” S 07˚41‟13.47” S 07˚42‟31.10” E 108˚39‟27.56” E 108˚39‟27.2” E 108˚39‟21.92” E 108˚39‟18.71” Suhu (˚C) 29,3 29,4 37,5 33,3 Intensitas Cahaya (klux) 292×2000 278×2000 255×2000 231×2000 Kelembaban (%) 82-91 87 64 73

Kanopi Tertutup terbuka terbuka Terbuka

Ketinggian (m)

94-102 84 - -

pH 6-6,4 6,3 5,8 5,4

54 5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data pengamatan anggrek yang telah dilakukan di kawasan Hutan Cagar Alam Pananjung Pangandaran, dapat diketahui jenis anggrek yang tumbuh dikawasan ini cukup melimpah dengan kondisi lingkungan yang cukup mendukung. Penelusuran jenis anggrek dilakukan dimulai dari wilayah Taman Wisata Alam Cirengganis, kawasan Hutan Sekunder Batumeja-Nanggorak hingga ke kawasan Hutan Dataran Rendah Pasir pugag-Tadah Angin dan Hutan Badeto.

Anggrek yang tumbuh di kawasan Hutan Cagar Alam ini terdiri dari jenis anggrek epifit dan teresterial. Untuk jenis anggrek epifit banyak ditemukan di kawasan Hutan Sekunder tepatnya didaerah Nanggorak dan terdapat di kawasan Hutan Dataran Rendah tepatnya daerah Pasir Pugag – Tadah Angin dan Badeto. Sedangkan, anggrek jenis teresterial hanya sedikit sekali yang ditemukan di kawasan Hutan Sekunder Batumeja dan Hutan Badeto.

Dari data hasil jenis anggrek yang diperoleh terdapat 24 jenis anggrek dengan jumlah individu dari tiap species yang tersebar di wilayah Hutan Cagar Alam Pananjung Pangandaran.

Persebaran ∑Individu Batu meja 6 Perbatasan CA 2 Nanggorak 5 Pertigaan Badeto 6 Sungai Badeto 12 Pasir pugag 9 Tadah Angin 38

Badeto 4 Pinggiran Badeto 2

Sungai Cikamal 1

Berdasarkan persentase diatas dapat diketahui jumlah individu yang tersebar di wilayah kawasan Hutan Cagar Alam cukup melimpah, terutama jenis anggrek Phreatia laxiflora yang tersebar di kawasan Hutan dataran rendah Pasir pugag - Tadah Angin dan Padang Badeto dengan jumlah individu sebanyak 63 jenis dengan persentase 45%. Dengan kondisi fisik suhu kawasan menacapai 29,4˚C dengan pH 6 didukung dengan intensitas cahaya yang rendah 278×2000 klux dan kelembaban 87% dengan kanopi terbuka pada ketinggian 84 m. Beberapa jenis anggrek yang tumbuh dengan baik dan persebaran yang merata disebabkan karena faktor yang mempengaruhinya, yaitu intensitas cahaya yang

7% 2% 6% 7% 14% 11% 45% 5% 2% 1%

∑Individu

Batu meja Perbatasan CA Nanggorak Pertigaan Badeto Sungai Badeto Pasir pugag Tadah Angin Badeto Pinggiran Badeto Sungai Cikamal

56

optimum, kondisi kelembaban, suhu serta pH yang cukup mampu mendukung pertumbuhan jenis anggrek. Beberapa jenis anggrek hidup ditempat vegetasi yang terbuka dengan kelembaban rendah dan suhu yang tinggi karena, tidak dikelilingi oleh tumbuhan tingkat tinggi disekitarnya. Namum, beberapa jenis anggrek lainnya banyak yang tumbuh pada vegetasi tertutup dengan intensitas cahaya yang minimum dan kelembaban yang tinggi serta suhu yang rendah. Menurut Harwati (2007), setiap jenis anggrek membutuhkan cahaya matahari yang berbeda-beda, intensitas cahaya yang lebih rendah atau lebih tinggi dari kebutuhan optimal tanaman anggrek menyebabkan pertumbuhannya terhambat. Umumnya, kebanyakan jenis anggrek tumbuh pada inang yang tinggi agar mereka dapat menyerap kebutuhan nutrisi dari air hujan dengan cepat serta memudahkan penyebaran biji melalui angin, dan didukung oleh suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang cocok untuk pertumbuhannya. Namun, pada kawasan Hutan Cagar Alam ini kebanyakan anggrek tumbuh di tempat inang yang cukup rendah dengan vegetasi yang terbuka serta kelembaban yang rendah, sehingga sedikit species anggrek yang tumbuh di kawasan Hutan Cagar Alam Pananjung Pangandaran.

Berdasarkan jumlah 24 Species anggrek alam yang ditemukan di kawasan Hutan Cagar Alam dengan jumlah 22 species anggrek alam yang dapat di identifikasi dan 2 species /yang belum dapat teridentifikasi. Dapat diketahui 18 genus yang dapat teridentifikasi dengan persentase, yaitu :

57

Dapat diketahui jumlah genus tertinggi dari jumlah species yang didapat adalah Bulbophyllum dengan persentase 13%. Berdasarkan tempat tumbuhnya, genus Bulbophyllum merupakan jenis anggrek alam yang mudah tumbuh dilingkungan yang beriklim sedang, dengan kanopi yang tertutup dan pH yang stabil. Terlihat di sekitar terdapat banyak pohon besar dan tinggi sehingga memudahkan penyebaran biji melalui angin, dan didukung oleh suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang cocok untuk pertumbuhannya. Menurut Gunadi (1985), kisaran suhu anggrek Bulbophyllum adalah berkisar antara 15-19 oC. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rifai (1993), bahwa jumlah jenis anggrek yang hidup sebagai epifit pada pepohonan belantara pegunungan sangatlah besar, terutama dari jenis-jenis Bulbophyllum. Menurut Steenis (1997), Bulbophyllum sering ditemukan tumbuh menumpang pada batang-batang pohon yang tinggi.

4% 4% 4% 13% 4% 4% 4% 4% 8% 8% 4% 4% 8% 4% 4% 4% 4% 4% 4%

∑Species

Nervilia Macodes Agrostophyllum

Bulbophyllum Ceratostylis Taeniophyllum

Trichotosia Spathoglottis Thelasis

Eria Calanthe Dendrobium

Phreatia Grammatophyllum Cymbidium

Thrixspermum Phalaenopsis Spesies A

58

Purwanto et al., (2005), juga menyatakan anggrek spesies liar seperti genus Bulbophyllum memiliki daerah penyebaran yang relatif luas. Kebanyak species Bulbophyllum sp.yang ditemukan didaerah Nanggorak-Badeto hidup pada kondisi inang yang sudah lapuk dan tumbang pada pohon Dillenia exelsa dengan kondisi kanopi tertutup sehingga kurangnya intensitas cahaya matahari.

Setelah dilakukkan analisis kekerabatan berdasarkan jenis anggrek yang di temukan di kawasan Hutan Cagar Alam ini, dapat diketahui hubungan yang cukup dekat antar-spesies. Kedekatan antar-species yang begitu dekat terlihat pada jenis anggrek teresterial yaitu Nervilia, Macodes, Calanthe triplicate, dan Spathoglottis. Namun, bila dilihat kekerabatan yang begitu jauh antara Nervilia dan Bulbophyllum. Sementara, untuk yang lainnya masuk pada beberapa subkelompok yang mengatur kedekatan antar-speciesnya. Karakter morfologi yang menentukan kedekatan antar-species ditentukan dari jenis anggrek (epifit-teresterial), bentuk umbi semu (bulat-melonojong-pipih-bulat telur), bentuk daun (melonjong-memita-menjantung-melanset), ujung daun (runcing-tumpul), bentuk perakaran (berdaging-bercabang), dan bentuk perbungaan (tandan-tunggal-malai). Selain itu, faktor genetika pun mampu digunakan dalam menganalisa kekerabatan antar-speciesnya.

Pengambilan jenis data specimen di kawasan Hutan Cagar Alam ini dirasa masih kurang, karena banyak faktor yang kurang mendukung dalam pengambilan sampel dan pencarain sampel terbatas. Banyaknya species anggrek yang dilindungi serta minimnya peralatan dengan kondisi specimen di lapangan yang terdapat pada ketinggian yang tidak memungkinkan pengambilannya secara

59

langsung. Sehingga, pengambilan specimen hanya dilakukkan dengan pengambilan gambar (dokumentasi). Sehingga, jenis anggrek yang didapat tidak dapat diherbariumkan, karena keterbatasan jumlah anggrek yang didapat dan diharsukannya menjaga kelestarian jenis anggrek agar tidak rusak dan punah.

Kekerabatan jenis anggrek dilakukan dengan metode NTSYS dengan melakukan perbandingan morfologis anggrek. Sehingga, dapat diketahui kedekatan hubungan anggrek dalam tingkat taksonomi. Berdasarkan hasil analisis kekerabatan jenis anggrek yang tersebar di kawasan Hutan Cagar Alam, terbagi dalam dua cabang besar dengan beberapa kelompok yang terdiri dari beberapa subkelompok kekerabatan. Cabang I - Kelompok I dan II menunjukkan kekerabatan terdekat kelompok jenis anggrek teresterial yang terdiri dari Kelompok I - subkelompok I ( Nervilia sp., Macodes sp.), subkelompok II (Calanthe triplicata), dan Kelompok II – Outgroup (Spathoglottis sp). Sementara untuk Cabang II menunjukan kekerabatan terdekat kelompok jenis anggrek epifit yang terdiri dari dua kelompok. Kelompok I dan II terdiri dari dua subkelompok. Dengan kelompok I – subkelompok I (Agrostophyllum tenue, Eria retusa, Thrixspermum, Dendrobium rugosum, Phreatia laxiflora, dan Species B). Untuk subkelompok II (Bulbophyllum violaceum, Bulbophyllum violaceum, Thelasis pygmaea Bulbophyllum triflorum)dengan Outgroup (Ceratostylis dan Cimbidium bicolor). Sementara Kelompok II – subkelompok I (Taeniophyllum biocelatum, Species A) dengan Outgroup (Phalaenopsis), (Trichotosia annulata, Trichotosia pauciflora – Eria erecta, Grammatophyllum speciosum). Sedangkan subkelompok II – Outgroup (Bulbophyllum sp.)

60 5.3 Analisis Data

Data masing-masing species hasil dari identifikasi morfologi yang diperoleh kemudian dibandingkan dalam tabel dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jenis anggrek : 0 = epifit ; 1 = teresterial

2. Umbi semu : 0 = bulat ; 1 = memanjang ; 2 = pipih ; 3 = membulat telur 3. Bentuk daun : 0 = melonjong ; 1 = memita ; 2 = menjantung ; 3 = melanset 4. Ujung daun : 0 = runcing ; 1 = tumpul

5. Perakaran : 0 = berdaging-bercabang ; 1 = berdaging-tidak bercabang 6. Perbungaan : 0 = tandan ; 1 = tunggal ; 2 = malai

Tabel 5.3.1 Perbandingan Penampakan Morfologis

No. Nama Jenis Karakter Morfologis

1 2 3 4 5 6 1. Nervilia discolor 1 0 2 0 0 0 2. Macodes sp. 1 0 0 0 0 0 3. Agrostophyllum tenue 0 1 1 1 0 0 4. Bulbophyllum violaceum 0 0 0 1 0 1 5. Ceratostylis sp. 0 2 1 1 1 1 6. Taeniophyllum biocelatum 0 0 2 0 1 1 7. Trichotosia annulata 0 1 3 0 1 0

8. Spathoglottis sp. 1 3 3 0 1 0

9. Bulbophyllum ovalifolium 0 0 3 1 0 1

10. Cymbidium bicolor 0 2 1 1 1 1

11. Thelasis pygmaea (Grift.) Lindl. 0 0 0 1 1 1

12. Bulbophyllum triflorum 0 0 3 1 1 1

13. Eria retusa 0 0 0 1 0 0

14. Calanthe triplicata (Willemet) 1 0 0 0 1 0

15. Trichotosia pauciflora Blume. 0 1 3 0 1 1

16. Bulbophyllum sp. 0 1 0 0 0 1 17. Eria erecta 0 1 1 0 1 0 18. Phalaenopsis sp. 0 2 3 0 1 1 19. Grammathophyllum speciosum 0 1 1 0 1 1 20. Dendrobium rugosum 0 0 3 0 0 0 21. Phreatia laxiflora 0 0 2 1 1 0 22. Thrixspermum sp. 0 0 0 1 0 0 23. Species A 0 0 3 0 1 1 24. Species B 0 1 0 1 1 0 Data Primer, 2016

62

Berdasarkan hasil perbandingan morfologis, dapat dibuat bagan kekerabatan sebagai berikut :

Gambar 5.3.1 Filogeni Jenis-Jenis Anggrek

Keterangan :

Cabang I : Jenis anggrek teresterial

Kelompok I → subkelompok I : Dikotom ( Nervilia sp., Macodes sp.) Data Primer, 2016

63

subkelompok II : Calanthe triplicate (Out group)

Kelompok II → Spathoglottis sp. (Out group)

Cabang II : Jenis anggrek epifit

Kelompok I → subkelompok I : Agrostophyllum tenue (Out group) → Dikotom : Eria retusa, Thrixspermum sp.,

Dendrobium rugosum, Phreatia laxiflora, sp. B

→ subkelompok II : Dikotom ( Bulbophyllum violaceum, Bulbophyllum ovalifolium), (Thelasis pygmaea, Bulbophyllum triflorum). Out group : Ceratostylis sp., Cimbidium bicolor.

Kelompok II → subkelompok I : Dikotom ( Taeniophyllum biocelatum, sp. A)

Out group ( Phalaenopsis sp.) → Dikotom : ( Trichotosia annulata, Trichotosia pauciflora).

( Eria erecta, Gramatophyllum speciosum).

64 BAB VI

Dokumen terkait