• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN

4.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa jenis tanaman epifit dan tersterial dari famili Orchidaceae yang terdapat di Kawasan Hutan Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Data yang diperoleh dengan menggunakan metode jelajah dan teknik observasi lapangan secara sampling. Sedangkan, parameter yang digunakan adalah berdasarkan ciri-ciri morfologis dan karakteristiknya.

Sebelum melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan metode survey pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum mengenai lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian serta pengumpulan data sekunder yang dapat menunjang penelitian, seperti peta, status hutan konservasi dan lain-lain. Beberapa metode yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

29 4.2.1 Eksplorasi

Metode eksplorasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menjelajah sepanjang jalur daerah penelitian yaitu Kawasan Hutan Cagar Alam Pananjung Pangandaran untuk mengetahui jenis-jenis tanaman anggrek yang kemudian akan diambil sebagai bahan koleksi.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dengan cara mengumpulkan specimen yang didapat dan diperoleh secara langsung yang mencakup : jenis dan jumlah anggrek, jenis inang dan tinggi pohon, warna bunga, suhu harian, kelembaban, dan ketinggian tempat. Sementara, data sekunder dengan memperoleh data lokasi sebagai penunjang dari data primer, yaitu peta lokasi penelitian, status hutan konservasi dan lain-lain.

Bila sepanjang jalur pengamatan ditemukan species dengan jumlah lebih dari satu, maka pengambilan specimen hanya dilakukan sekali. Sedangkan, apabila terdapat species d luar jalur lokasi penamatan, maka spesies tersebut tidak dimasukkan dalam data melainkan hanya sebagai penunjang data sekunder.

30 4.2.2 Identifikasi

Setelah melakukan pengamatan dan pengumpulan data selesai, selanjutnya dilakukan identifikasi specimen dengan mencakup deskripsi, penamaan dan penggolongan jenis yang dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengacu pada responden yang dianggap menguasai bidang ilmu yang bersangkutan atau setidaknya mengetahui banyak hal mengenai topic penelitian. Rsponden dapat berasal dari masyarakat sekitar atau pihak pengelola lokasi.

b. Penggunaan Kunci Identifikasi, Lembar Identifikasi atau Field Guide

Cara identifikasi ini umumnya dilakukan berdasarkan bentuk morfologis dari specimen. Dapat dilakukan dengan penelusuran kunci determinasi hingga menemukan nama spesies yang sesuai atau mencocokan bentuk specimen beserta sifat-sifatnya dengan gambaran pada lembar identifikasi atau Field guide.

Identifikasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan morfologi tumbuhan. Bagian tanaman yang diamati adalah daun, batang, akar dan bunga. Pembuatan herbarium dilakukan dengan pertimbangan adanya kesulitan identifikasi dan jumlah jenis tersebut terbilang melimpah di lapangan.

31 4.2.3 Koleksi

Pembuatan koleksi dari specimen yang diperoleh di sepanjang jalur pengamatan, penting dilakukan untuk kepentingan bahan studi serta sebagai sumber informasi. Untuk melihat Keragaman jenis anggrek yang tumbuh di kawasan Hutan Cagar Alam Pananjung Pangandaran pengamatan pengamatan dilakukan pada setiap kali penjumpaan. Jadi setiap kali berjalan dijumpai anggrek, maka pada saat itu pula dilakukan pengamatan jenis dan inventarisasi. Pembuatan koleksi atau yang dikenal dengan herbarium ini dapat dilakukan dengan cara :

a. Herbarium basah

Herbarium basah dilakukan pada tumbuhan yang memiliki ukuran tidak terlalu besar tetapi bila dikeringkan akan mudah terlepas dan bila dipres akan kehilangan ciri-ciri utamanya, seperti buah dan biji atau bunga.

Jenis herbarium ini selain menggunakan larutan alcohol 70% juga dapat menggunakan formalin 4%. Specimen yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam botol pengawet dan diisi dengan salah satu larutan pengawet. Selanjutnya, dilakukan penempelan label pada permukaan botol awetan, berisi data tumbuhan dan nomor koleksi beserta kolektor.

32 b. Herbarium kering

Herbarium kering ini dapat juga digunakan untuk mengawetkan bagaian tumbuhan yang seharusnya diawetkan dengan cara basah, misalnya, buah. Hanya saja, buah tersebut harus dipotong terlebih dahulu agar berkurang ketebalannya sehingga mudah untuk dikeringkan.

Larutan pengawet yang dapat dipergunakan dalam pembuatan herbarium kering selain dari alcohol 70% adalah spirtus. Larutan ini akan digunakan untuk membasahi specimen yang telah disusun dalam lapisan kertas Koran dan dimasukkan kedalam plastik. Berikut ini prosedur lengkapnya :

1. Pengawetan

Setelah specimen terkumpul dan diidentifikasi, bagian specimen yang digunakan disusun diatas Koran. Tumbuhan denga label dan nomor koleksi yang sama, diletakkan didalam satu koran yang dipidsahkan oleh lapisan koran lain. Peletakkan diusahakan rapi dantidak bertumpuk, memperlihatkan seluruh bagian specimen termasuk bagian belakangnya tanpa menggunakan selotip. Selanjutnya, gabungan dari beberapa specimen diikat dengan tali dan dimasukkan kedalam kantong plastik, ditekan-tekan, lalu disiram larutan pengawet. Penyiraman dilakukan seperlunya dan tidak berlebihan untuk mencegah pembusukan specimen. Setelah itu, kantung plastik disegel menggunakan lakban dan diberi label berisi lokasi dan tanggal penelitian.

33 2. Pengepresan

Specimen yang telah diawetkan kemudian akan dipres. Tahap pengepresan ini menggunakan alat yang disebut sasag, terbuat dari potongan-potongan kayu berbentuk kotak dengan lubang-lubang di sepanjang permukaanya menyerupai kain kassa. Specimen dalam koran pada tahap pengawetan kemudian dipindahkan ke atas sasag dengan dilapisi kardus. Jumlah specimen yang didapat ditampung dalam satu sasag yang dapat mencapai 100 specimen (Jones,1978). Sasak ini kemudian diikat menggunakan tali sekencang-kencangnya dan didiangkan hingga mengering. Pengeringan dapat dipercepat dengan menjemurnya dibawah sinar matahari. Penggantian kertas koran dapat dilakukan dengan rutin untuk mencegah kebusukan dan penjamuran, terutama bagi tumbuhan herbaceous yang mengandung banyak air. Proses pengepresan ini tidak akan dilakukan di lapangan, melainkan akan dilakukan di dalam ruang herbarium, gedung D2 Departement Biologi-Unpad.

4.2.4 Mounting

Mounting adalah proses dimana specimen direkatkan pada selembar kertas dengan label tetap pada pojok kanan dibagian bawah (Jones, 1987). Kertas yang digunakan untuk peoses ini sebaiknya kertas yang cukup tebal untuk menghindari kerusakan pada specimen. Perekatan dilakukan dengan menggunakan lem pada

34

bagian belakang speciemen dan ditekan-tekan hingga menempel. Pada mounting ini, perapiahn dapat dilakukan kembali agar tampilan specimen lebih baik asalkan tidak mengurangi atau menghilangkan ciri utamanya. Sisa-sia potongan itu kemudian dimasukkan kedalam amplop kecil dan ditempel dismaping speciemen, biasanya beserta bagian-bagian yang mudah rontok dan telah dipisahkan dalam proses pengawetan.

Selanjutnya, hasil mounting dapat diletakkan didalam lemari koleksi sesuai dengan fungsi maupun famili atau marga. Dan untuk menghindari dari serangan serangga dan jamur, dapat digunakan lemari penghangat sebagai lemari koleksi dengan suhu 60OC. Cara lain yang sederhana dan cukup murah adalah dengan meletakkan kapur barus atau sneyawa lain yang mengandung naftalen disekitar lemari koleksi.

Dokumen terkait