• Tidak ada hasil yang ditemukan

Air Susu Ibu (ASI)

KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN

5.3 Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu atau yang sering kita sebut dengan istilah ASI merupakan susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bagi bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. Bayi yang disusui dengan ASI akan mendapatkan gizi terbaik yang tidak tergantikan bahkan oleh susu formula yang terbaik sekalipun. Hal ini dikarenakan, ASI mengandung banyak immunoglobulin A (IgA) yang baik untuk pertahanan tubuh dalam melawan penyakit.

Seharusnya seorang bayi yang baru lahir mendapatkan ASI untuk kekebalan tubuh dan kesehatannya. WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Para ahli menyatakan bahwa manfaat ASI akan meningkat jika bayi diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Akan tetapi belum semua ibu tahu pentingnya ASI untuk bayi, oleh karenanya perlu

30

dilakukan sosialisasi pentingnya ASI untuk menghasilkan generasi penerus yang cerdas dan sehat.

Gambar 5.3 memperlihatkan sebanyak 94,70 persen balita di Indonesia pernah diberi ASI, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap balita laki-laki (94,29 persen) maupun perempuan (95,13 persen) yang pernah diberi ASI. Sementara itu persentase balita di daerah perdesaan yang pernah diberi ASI (96,15 persen) sedikit lebih tinggi dibandingkan balita di daerah perkotaan (93,20 persen).

Gambar 5.3 Persentase Balita yang Pernah Diberi ASI Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2012

Sumber: Diolah dari Susenas 2012, BPS

Rata-rata lama pemberian ASI di Indonesia (Gambar 5.4) adalah 15,85 bulan atau sekitar 16 bulan. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata lama pemberian ASI balita laki-laki (15,80 bulan) dan perempuan (15,91 bulan). Juga tidak ada perbedaan yang signifikan antara balita di daerah perkotaan dan perdesaan. Data tersebut mengindikasikan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian ASI sudah cukup baik.

31

Gambar 5.4 Rata-rata Lama Pemberian ASI (Bulan) Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2012

Sumber: Diolah dari Susenas 2012, BPS

Akan tetapi jika dilihat lebih jauh lagi mengenai ASI yang diberikan kepada balita, apakah ASI yang diberikan hanya ASI saja atau dengan makanan tambahan maka pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan masih harus ditingkatkan. Rata-rata lama pemberian ASI saja adalah sekitar 4 bulan, baik di derah perkotaan maupun perdesaan. Sementara itu, rata-rata lama pemberian ASI dengan makanan tambahan sekitar 12 bulan (Gambar 5.5).

Gambar 5.5 Rata-rata Lama Pemberian ASI (Bulan) Tanpa Makanan Tambahan dan dengan Makanan Tambahan bagi Balita Menurut Tipe Daerah, 2012

32

Dari Gambar 5.6 dapat dilihat persentase balita umur 2-4 tahun yang diberi ASI saja selama enam bulan lebih. Hal ini mengggambarkan balita yang diberi ASI eksklusif. Persentase balita 2-4 tahun yang diberi ASI saja selama enam bulan lebih sebesar 44,76 persen. Jika dilihat dari tipe daerahnya, balita usia 2-4 tahun yang diberi ASI saja selama enam bulan lebih di daerah perkotaan (46,20 persen) sedikit lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (43,39 persen). Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat di daerah perkotaan akan pentingnya ASI eksklusif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan.

Gambar 5.6 Persentase Balita Berumur 2-4 Tahun yang Diberi ASI Saja Selama 6 Bulan Lebih Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2012

Sumber: Diolah dari Susenas 2012, BPS

5.4 Imunisasi

Salah satu investasi kesehatan yang tidak kalah pentingnya adalah imunisasi. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang berbahaya. Sesuai dengan pedoman WHO, anak dinyatakan telah diimunisasi lengkap bila telah mendapatkan satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT, tiga kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak (BPS, 2007).

Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit berbahaya, sehingga anak dapat beraktifitas, bermain, dan belajar tanpa harus terganggu oleh masalah kesehatan. Akan tetapi, masih banyak masalah di Indonesia sehubungan dengan

33

pemberian imunisasi, seperti orang tua yang kurang memahami pentingnya imunisasi, mitos yang salah tentang imunisasi, budaya, hingga terlambatnya jadwal imunisasi. Karena sejatinya, balita diberikan imunisasi secara lengkap dan tepat waktu, maka seluruh imunisasi harus diberikan secara lengkap sebelum anak berumur 1 tahun.

Gambar 5.7 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2012

Sumber: Diolah dari Susenas 2012, BPS

Dari Gambar 5.7 di atas dapat dilihat bahwa persentase balita yang pernah diberi imunisasi sebesar 95,10 persen. Yang dimaksud dengan pernah diimunisasi adalah jika seorang balita pernah mendapat imunisasi minimal satu kali apapun jenis imunisasinya. Jika dilihat menurut jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persentase balita laki-laki (95,04 persen) dan perempuan (95,16 persen) yang pernah diimunisasi. Hal ini mengindikasikan sudah banyak balita yang mendapat imunisasi. Sementara itu, untuk persentase balita yang pernah diimunisasi di daerah perkotaan sebesar 96,79 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan di perdesaan yaitu sebesar 93,46 persen. Lebih banyaknya balita yang diimunisasi di daerah perkotaan dibandingkan di perdesaan perlu mendapat perhatian pemerintah, terutama sarana kesehatan yang kurang memadai di perdesaan.

34

Gambar 5.8 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi dan Jenis Kelamin, 2012

Sumber: Diolah dari Susenas 2012, BPS

Balita yang pernah diimunisasi di Indonesia relatif cukup banyak, namun harus dilihat jenis imunisasinya. Dari Gambar 5.8 dapat dilihat bahwa balita yang pernah diimunisasi BCG, DPT, dan Polio relatif cukup tinggi, di atas 90 persen. Sementara itu persentase balita yang pernah diimunisasi campak cukup rendah yaitu 78,02 persen. Hal ini dikarenakan, imunisasi campak diberikan pada saat usia bayi 9 bulan.

Gambar 5.9 Persentase Balita Berumur 1-4 Tahun yang Mendapat Imunisasi Lengkap Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2012

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan 70,62 70,25 70,43 69,95 69,61 69,78 70,29 69,94 70,12

35

Sumber: Diolah dari Susenas 2012, BPS

Selain melihat jenis imunisasinya, perlu dikaji lebih jauh mengenai pemberian imunisasi lengkap. Karena dengan imunisasi lengkap, sistem imun dalam diri anak sudah tercipta dengan baik. Meskipun sudah banyak balita yang diberi imunisasi, namun baru 70,12 persen balita yang diberi imunisasi lengkap. Imunisasi lengkap ditanyakan kepada balita berumur 1-4 tahun, dengan asumsi bahwa saat usia balita satu tahun sudah mendapat imunisasi lengkap denganditandai pemberian imunisasi campak di umur 9 bulan.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara balita laki-laki (70,43 persen) dan balita perempuan (69,78 persen) dalam pemberian imunisasi lengkap. Begitu pula menurut daerah tempat tinggal, tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap balita di daerah perkotaan (70,29 persen) dan balita di perdesaan (69,94 persen) yang sudah diimunisasi lengkap.

5.5 Keluhan Kesehatan

Tingkat kesejahteraan suatu negara dapat dilihat dari tingkat kesehatannya. Salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesehatan adalah angka kesakitan atau sering disebut juga dengan angka morbiditas. Keluhan kesehatan didefinisikan sebagai gangguan terhadap kondisi fisik maupun jiwa, termasuk kecelakaan, atau hal lain yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari. Sementara itu, seseorang dikatakan sakit jika mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktivitas sehari-harinya.

Gambar 5.10 Persentase Anak yang Sakit Selama Sebulan Terakhir Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2012

36

Sumber: Diolah dari Susenas 2012, BPS

Dari Gambar 5.10 dapat dilihat bahwa angka kesakitan anak Indonesia adalah 27,61 persen. Angka kesakitan anak di daerah perkotaan sebesar 28,44 persen dan angka kesakitan di daerah perdesaan sebesar 26,84 persen. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara angka kesakitan anak laki-laki (27,56 persen) dan anak perempuan (27,68 persen).

Gambar 5.11 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir Menurut Jenis Keluhan Terbesar dan Jenis Kelamin, 2012

Sumber: Diolah dari Susenas 2012, BPS

Dalam Susenas, jenis keluhan kesehatan dirinci menjadi panas, batuk, pilek, asma/napas sesak/cepat, diare/buang air, sakit kepala berulang, sakit gigi, dan lainnya. Dalam publikasi ini, jenis keluhan kesehatan dibagi dalam empat kelompok yaitu panas, batuk, pilek, dan lainnya (keluhan kesehatan selain panas, batuk, dan pilek). Lebih dari separuh balita di Indonesia mengalami panas (54,04 persen), batuk (59,41 persen), dan pilek (61,38 persen). Ketiga keluhan kesehatan ini sering dialami balita, karena balita masih sangat rentan terhadap penyakit. Sementara itu persentase balita yang mengalami keluhan kesehatan lainnya sebesar 6,55 persen (Gambar 5.11).

Banyak cara yang dilakukan orang ketika dirinya sakit, dari mengobati sendiri, berobat ke dokter dan lain sebagainya. Mengobati sendiri adalah cara yang banyak dilakukan orang ketika mengalami sakit, sebelum berobat ke fasilitas kesehatan. Adapun cara mengobati sendiri bermacam-macam. Dalam Susenas,

37

cara mengobati sendiri dibedakan menjadi tiga yaitu minum obat/pengobatan modern, minum obat/pengobatan tradisional, dan lainnya.

Gambar 5.12 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2012

Sumber: Diolah dari Susenas 2012, BPS

Pada Gambar 5.12, sebanyak 62,56 persen anak yang sakit mengobati sendiri sakitnya. Jika dilihat menurut tipe daerahnya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara anak di daerah perkotaan yang sakit dan mengobati sendiri (63,65 persen) dan anak di daerah perdesaan yang sakit dan mengobati sendiri (61,48 persen). Sementara itu dari Gambar 5.13 dapat dilihat bahwa 92,85 persen anak yang mengobati sendiri menggunakan obat modern, 20,37 persen menggunakan obat tradisional, dan 3,66 persen pengobatan lainnya.

Gambar 5.13 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Penggunaan Obat menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2012

38

Sumber: Diolah dari Susenas 2012, BPS

Dokumen terkait