• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI SURAT AL- AN’AM AYAT 151 -153

B. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Q.S Al- An’am Ayat 151-153 dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Akhlak Terpuji yang Merupakan Perintah

Pertama, kewajiban berbakti kepada kedua orang tua. Peranan

orang tua dalam kehidupan seorang anak tidak dapat dipungkiri, manusia lahir ke dunia melalui ibu dan bapak. Susah-payah yang dialami oleh ibu dan bapak dalam memelihara anaknya baik ketika dalam kandungan maupun setelah lahir ke dunia. Dengan kesadaran tersebut, sebagai anak sudah seharusnya berakhlak yang baik kepada keduanya dengan berbakti kepada kedua orang tua semampunya.

Berbuat baik pada kedua orang tua dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti taat kepada orang tua selama tidak mengajak untuk bermaksiat kepada Allah, berkata yang baik pada mereka, menghormati,

mendo‟akan keduanya, memuliakan sahabat mereka, tidak berkata yang menyakitkan, dan lain sebagainya. Jika pun perintah orang tua bertentangan dengan agama, maka cara menolaknya dengan cara yang baik. Berbuat baik pada orang tua tidak terbatas oleh waktu, bahkan dapat dilakukan meskipun sudah meninggal, yaitu dengan cara: mengurus jenazahnya, memohonkan ampun atas dosa keduanya, memuliakan

86 sahabat-sahabatnya, menghubungkan tali silaturahim dengan orang-orang yang dulu dekat dengan keduanya.

Dalam realitas kehidupan saat ini, masih banyak perilaku manusia yang tidak menunjukkan akhlak terpuji kepada orang tua, seperti membantah perkataan orang tua, membentak atau berkata buruk pada keduanya, mengabaikan nasihat mereka, dan lain-lain. Melihat realita tersebut, menjadi tugas para pendidik termasuk orang tua untuk mengajarkan bagaimana mengimplementasikan perintah Allah untuk berbuat baik pada kedua orang tua.

Kedua, perintah menyempurnakan timbangan atau takaran.

Penerapannya adalah: setiap orang hendaknya memahami hukum-hukum jual beli agar tidak sampai terjerumus menjadi golongan orang yang mengurangi timbangan, baik karena sengaja maupun karena faktor ketidaktahuan.

Menyempurnakan timbangan dilakukan dengan tidak mengurangi hak orang lain dalam takaran, pada waktu menakar barang hendaknya dilakukan dengan secermat-cermatnya, tidak boleh mengurangi ataupun melebihkannya. Karena itu, seseorang yang menakar barang yang akan diterima orang lain tidak boleh dikurangi, sebab tindakan itu merugikan orang lain. Demikian pula, jika seseorang menakar barang orang lain yang akan diterima dirinya, tidak boleh dilebihkan sebab tindakan itu juga merugikan orang lain.

87

Ketiga, Berkata dengan adil. Penerapan dalam kehidupan

sehari-hari, pertama dengan cara menyingkirkan godaan hawa nafsu, kemudian membiasakan diri untuk jujur dalam berkata dengan tidak berdasarkan hawa nafsu serta tidak curang dalam berkata. Artinya ketika berkata dengan orang lain, maka berkatalah dengan benar, tidak berbohong, lurus, tidak menyelewengkan kata, dan tidak keji dengan tidak melihat seperti apapun hubungan dengan orang lain, baik dalam memberi saksi untuknya atau dihukumi atasnya.

Orang yang dapat berkata adil (jujur) pada orang lain akan membangun relasi yang baik sehingga disukai banyak orang, peka terhadap masalah lingkungan dan menjadikan lingkungannya damai dan tentram. Perilaku adil itu tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga pada orang lain. Semua yang dikerjakan seseorang akan berimbas pada dirinya sendiri. Karena itu, hendaknya memperlakukan orang lain dengan layak dan memberikan hak orang lain dengan jujur dan benar.

Keempat, mengikuti jalan Allah dengan penuh kesungguhan. Jalan

Allah adalah jalan yang lurus, jalan kebenaran dan keadilan. Penerapannya dengan menyadari bahwa satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah jalan Allah, membiasakan diri selalu mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan mengamalkan ajaran-ajaran yang dikandung dalam Al-Qur‟an, agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan

88 2. Akhlak Tercela yang Merupakan Larangan

Pertama, haram berbuat tercela terhadap Allah, yaitu syirik. Dalam

akhlak berdimensi vertikal, manusia sebagai hamba Allah sudah sepantasnya memiliki sekaligus mengimplementasikan akhlak yang baik kepada Allah Sang Pencipta (Khaliq). Salah satu akhlak kepada Allah yaitu mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu yang lain. Menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain (syirik) adalah perbuatan dosa besar.

Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari perbuatan syirik dapat dilakukan dengan menyadari bahwa yang berhak

disembah dan dimintai pertolongan hanyalah Allah, maka berdo‟a atau

bernazar hanya kepada Allah. Menyadari bahwa perbuatan syirik adalah dosa yang paling besar karena menyamakan makhluk dengan Sang Khaliq akan berdampak pada pelakunya sendiri baik di dunia maupun di akhirat.

Kedua, larangan membunuh anak. Penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari dengan menyadari bahwa sesungguhnya Allah yang memberi keluasan rizki ataupun menyempitkannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dengan segala nikmat yang telah diberikan Allah, hendaknya seorang hamba tetap bersyukur dan bersabar dalam keadaan bagaimanapun dengan tetap taat pada-Nya.

Jadi, sebagai orang tua, tidak pantas merasa keberatan untuk membiarkan anak-anak hidup bersama mereka, baik saat miskin maupun saat kaya, apapun keadaannya harus tetap bersabar dan tidak membunuh

89 seorang anak apalagi anak kandung, karena bukanlah mereka yang memberi rizki pada seorang anak, tetapi hanya Allah Swt. yang dapat memberi rizki bagi makhluknya. Untuk itu, rizki yang diberikan Allah

haruslah dijemput dengan usaha dan do‟a.

Ketiga, larangan mendekati perbuatan keji. Dalam Islam, perbuatan

keji tidak dapat ditolelir sehingga mendekati perbuatan tersebut dilarang, karena bukan hanya dapat merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain, dan jika dibiarkan akan merusak tatanan masyarakat. Perbuatan keji merupakan perbuatan dosa yang sangat jelek. Banyak kasus perbuatan keji yang dapat ditemui saat ini, seperti zina, mabuk, mecuri, dan perbuatan tercela lainnya.

Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan menyadari bahwa tidak ada manusia yang bebas dari dosa, baik disengaja maupun tidak, maka, manusia yang paling baik itu bukan yang tidak melakukakan dosa, tetapi manusia yang menyadari akan kekurangannya kemudian berusaha untuk memperbaiki dan menggantinya dengan amal shaleh serta berusaha menjauhi perbuatan-perbuatan keji yang dapat menjerumuskannya dalam api neraka.

Menjauhi perbuatan keji dilakukan dengan cara mengontrol dorongan hawa nafsu, mempertebal keimanan dengan senantiasa melaksanakan ibadah dan amal shaleh, dengan begitu akan senantiasa diingatkan oleh siksa dari Allah apabila berbuat dosa. Misalnya dengan shalat fardhu dengan baik dan benar, dengan shalat yang baik dapat

90 mencegah dari pebuatan keji dan munkar. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat al-„Ankabut ayat 45:













































“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab

(Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang

lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-„Ankabut,

29:45).

Keempat, larangan membunuh jiwa tanpa sebab yang dibenarkan.

Penerapannya dilakukan dengan menghargai hak setiap makhluk, menyadari bahwa Allah mengharamkan membunuh jiwa tanpa sebab karena dosa membunuh adalah kehinaan, kemudharatan, dan kekekalan dineraka. Menyadari bahwa dalam dimensi akhlak horizontal, membunuh jiwa merupakan akhlak madzmumah yang menjadi kejahatan dan kezhaliman kepada yang terbunuh. Karena jiwa seseorang bukanlah milik dirinya akan tetapi milik Allah, maka seseorang hanya boleh menyikapi

jiwa sesuai dengan syari‟at yang ditentukan Allah.

Kehidupan yang aman merupakan hak seseorang, Allah menganugerahkan pada seseorang sebuah kehidupan untuk memakmurkan bumi, bahkan kehidupan yang aman menjadi hak hewan-hewan, maka tidak boleh dibunuh kecuali demi kemanfaatan anak Adam, serta diharamkan dibunuh sia-sia begitu saja.

91

Kelima, larangan mendekati harta anak yatim. Penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari yaitu dengan memelihara atau mengembangkan harta anak yatim. Tidak boleh menggunakan secara tidak sah serta tidak boleh mengurus harta itu jika tidak berkemampuan melakukannya. Kemudian, menyerahkan kembali ketika anak yatim sudah cukup umur dan memiliki kemampuan untuk mengurus hartanya dengan membawa beberapa saksi dalam serah-terima harta itu.

Keenam, larangan melanggar janji. Berjanji hukumnya mubah atau

boleh dan menepatinya adalah sebuah kewajiban yang termasuk bagian dari iman, maka tidak boleh melanggar janji terhadap diri sendiri, orang lain, maupun terhadap Allah, karena itu adalah tanda dari kemunafikan. Jika perjanjian itu bersifat maksiat maka tidak boleh ditepati.

Implementasi dalam kehidupan sehari-hari agar tidak melanggar janji yaitu dengan membiasakan diri, jika mempunyai janji yang bersifat positif harus ditepati, menyadari bahwa sebuah janji akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah Swt. dan jika tidak ditepati akan mendapat azab-Nya, mengingat bahwa jika janji itu tidak ditepati berarti telah melanggar perintah Allah dan selalu berpikir terlebih dahulu ketika membuat perjanjian, apakah bisa menepatinya atau tidak. Jika tidak, sebaiknya janji tersebut diurungkan. Dengan menepati janji, akan memberikan pengajaran kepada seseorang untuk konsisten dengan apa yang diucapkannya.

92 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bedasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam QS. Al-An‟am ayat 151-153 diantaranya adalah: larangan berbuat buruk terhadap Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua, larangan membunuh anak, larangan mendekati perbuatan keji,larangan membunuh jiwa yang diharamkan, larangan mendekati harta anak yatim, tidak curang dalam menakar dan menimbang, agar berkata adil, menetapi perjanjian terhadap Allah, dan hanya menempuh jalan Allah yang lurus.

2. Implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dalam surat al-An‟am ayat 151-153 terdapat beberapa akhlak yang harus diaplikasikan dalam kehidupan serta akhlak yang harus ditinggalkan.

a. Akhlak terpuji yang harus diaplikasikan

Berbakti pada kedua orang tua, menyempurnakan timbangan atau takaran, berkata dengan adil, dan mengikuti jalan Allah dengan penuh kesungguhan. Implementasinya dapat dimulai dari diri sendiri kemudian pada orang lain dengan cara membiasakan sikap-sikap

93 tersebut dalam aktifitas sehari-hari, serta dapat dilakukan dengan memberikan contoh sikap-sikap tersebut di hadapan orang lain.

Jika seseorang dapat membiasakan diri dengan sikap-sikap tersebut, sudah pasti akan menjadi bagian dari kepribadiannya sehingga membuat kehidupannya terasa tenang dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

b. Akhlak tercela yang harus dihindari

Larangan menyekutukan Allah, larangan membunuh anak, larangan mendekati perbuatan keji, larangan membunuh jiwa tanpa sebab yang dibenarkan, larangan mendekati harta anak yatim, dan larangan melanggar janji. Perbuatan-perbuatan tersebut merupakan larangan yang harus dihindari karena dapat menimbulkan keburukan bagi pelakunya maupun orang lain, cara menghindarinya dengan cara mengontrol hawa nafsu, menyadari bahwa perbuatan-perbuatan tersebut membuat hati tidak tenang, akan dicatat dan dipertanggungjawabkan di dunia maupun di akhirat. Ketika mengucapkan atau melakukan sesuatu harus disadari terlebih dulu apakah perbuatan itu baik atau buruk, sehingga seseorang dapat berhati-hati dan tidak terjerumus ke dalam perbuatan tercela.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, kiranya penulis akan memberikan sedikit saran yang dapat menjadi bahan masukan bagi pelaksana pendidikan

94 akhlak untuk peningkatan kualitas pendidikan. Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan antara lain:

1. Bagi Pendidik

Pendidik menempati posisi yang penting dalam pendidikan akhlak karena pendidik merupakan model dari pendidikan akhlak yang diajarkan. Selain pendidik, lingkungan juga menjadi faktor keberhasilan pendidikan akhlak serta menjadi pendukung terwujudnya internalisasi nilai-nilai akhlak pada peserta didik. Oleh sebab itu, pendidik harus mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk menjadi model dari nilai-nilai akhlak yang diajarkan.

2. Bagi Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang menyediakan fasilitas dimana terdapat interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran, maka dalam hal ini lembaga dituntut agar mampu memberikan pendidikan yang berkualitas termasuk memberikan pendidikan akhlak pada anak didiknya agar memiliki kepribadian mulia dan sesuai dengan harapan masyarakat karena lembaga pendidikan disebut lembaga pencetak generasi bangsa dan kemajuan suatu bangsa tergantung pada akhlak bangsa tersebut.

3. Bagi Peneliti

Hasil dari analisis nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat

Al-An‟am ayat 151-153 ini masih banyak kekurangan, maka dari itu diharapkan bagi peneliti baru dapat mengkaji ulang penulisan ini.

95 C. Kata Penutup

Alhamdulillahirabbil‟alamin, penulis ucap puji syukur kepada Allah Swr. atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Penulisan skripsi ini sebagai bentuk pengabdian, rasa syukur dan keprihatinan penulis terhadap keadaan moral zaman sekarang yang pandai dalam IPTEK namun kurang bisa mengaplikasikan pengetahuannya. Dalam penelitian ini penulis menyadari meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin, namun masih terdapat kekurangan serta kesalahan. Hal itu semata-mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki penulis. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak dami kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

96 DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, J.R, Sutarjo. 2012. Pembelajran Nilai Karakter Konstruktivisme dan

VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: PT Raja

Grafindo.

Ahmad, Abu dan Noer Salimi. 1994. Dasar-dasar Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. 1992. Tafsir Al-Maraghi Juz VII, terj. Semarang: CV. Toha Putra

Al-Qarni, „Aidh. 2007. Tafsir Muyassar, terj. Jakarta: Qisthi Press

Ar-Rifa‟i, Muhammad Nasib. Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu

Kasir. Terj. Jakarta: Gema Insani Press

Az-Zuhaili, Wahbah. Ensiklopedi Akhlak Muslim: Berakhlak Terhadap Sesama

dan Alam Semesta. Jakarta: PT Mizan Publika

Daulay, Haidar Putra. 2007. Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan

Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group

Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang

Disempurnakan). Jakarta: Departemen Agama RI

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka

Ensiklopedi Tematis Al-Qur‟an. 2005. Jakarta: PT Kharisma Ilmu

Hanbal, Abu Abdullah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal. 1991. Musnad Al

Imam Ahmad bin Hanbal, Terj. Beirut: Darul Fikri

Husein, Ibnu. 2004. Pribadi Muslim Ideal. Semarang: Pustaka Nm

Ibn Hanbal, I.A. 1991. Musnad Imam Ahmad Ahmad bin Hanbal. Beirut: Darul Kutub al Ilmiyyah

Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Imani, Allamah Kamal Faqih. Tafsir Nurul Qur‟an: Sebuah Tafsir Sederhana

Menuju Cahaya Al-Qur‟an. Jakarta: Nur Al-Huda

Jawaz, Yazid bn Abdul Qadir. 2009. Syarah dan „Aqidah Ahlus sunnah wal Jama‟ah. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i

97 Jumali, M, dkk. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah

Univercity Pers

Juwariyah. 2010. Hubungan Antara Keharmonisan Dalam Keluarga dengan

Prestasi Belajar PAI. Salatiga:STAIN Salatiga

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Materi Umum Untuk Guru Sekolah.

Kuswaya, Adang. 2009. Pemikiran Hermeneutika Hassan Hanafi: Sebuah

Tawaran Metodologis dalam Penafsiran Al-Qur‟an. Salatiga: Salatiga Pers

Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani

Munawir, Ahmad Warson. 1984. Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia

Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif

Nata, Abuddin. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Nata, Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali Pers Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. I. Jakarta: Ciputat Press Rahman, Roli Abdul. 2009. Menjaga Akidah Akhlak. Solo: Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri

Sadulloh, Uyoh, dkk. 2014. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Cet III. Bandung: Alfabeta

Shihab, M. Quraish 1994. Membumikan Al-Qur‟an. Cet. I. Bandung: Mizan _______, Wawasan Al-Qur‟an. Bandung: Mizan, 1996

_______, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas Berbagai Pesoalan Umat.

Bandung: Mizan, 1999

_______, Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surat-surat Al-Qur‟an.

Tangerang: Lentera Hati, 2012

_______, Lentera Al-Qur‟an: Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung: Mizan, 2014

Supadie, Didiek Amad, dkk. 2012. Pengantar Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

98 Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Syafri, Ulil Amri. 2014. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur‟an. Jakarta: Rajawali Pers

Wiratama, I Made. 2006. Pedoman Penulisan: Usulan Penelitian Skripsi dan

Tesis. Yogyakarta: Andi Offset

Dokumen terkait