• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK

D. Akibat Hukum Pengangkatan Anak

1. Menurut Peraturan Perundang-Undangan

Menurut Stb 1917 Nomor 129 tentang Adopsi, bahwa akibat hukum dari perbuatan adopsi sebagai berikut :

a) Sesuai dengan Pasal 11 bahwa anak adopsi secara hukum mempunyai nama keturunan dari orang yang mengadopsi.53

50

) Rosni Hamdan, Op.Cit, 2000, h. 896

51

) Malem Ginting, “Kedudukan Anak Angkat Dalam Warisan Menurut Hukum Adat”, Majalah Hukum, Edisi Agustus, Nomor 2 Tahun ke 4, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1999, h. 66.

52

) B.Bastian Tafal, Op.Cit, 1983, h. 154.

53

) Pasal 11 berbunyi: “…bahwa orang yang di adopsi, jika mempunyai nama keturunan lain daripada laki-laki yang mengadopsinya sebagai anak laki-lakinya memperoleh nama keturunan dari orang yang mengadopsi sebagai ganti dari pada nama keturunan orang yang di adopsi itu”.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

b) Sesuai dengan Pasal 12 ayat(1) bahwa anak adopsi dijadikan sebagai anak yang dilahirkan dari orang yang mengadopsi. Konsekuensinya, anak adopsi, menjadi ahli waris dari orang yang mengadopsi.54

Terhadap Pasal 12 tersebut J. Satrio berkomentar, konsekuensi lebih lanjut adalah bahwa karena dianggap dilahirkan dari perkawinan orang yang mengadopsi, maka dalam keluarga adoptan, adoptandus berkedudukan sebagai anak sah, dengan konsekuensi lebih lanjut.55

a) Kekuasaan orang tua terhadap pribadi anak, yaitu orang tua wajib memelihara dan mendidik sekalian anak mereka yang belum dewasa dan sepanjang perkawianan bapak dan ibu tiap-tiap anak sampai ia menjadi dewasa, tetap dibawah kekuasaan orang tua sepanjang kekuasaan orang tua belum dicabut.

Bila anak adopsi dianggap dilahirkan dari perkawinan orang tua angkat anak adoptandus berkedudukan sebagai anak sah, maka akibat hukumnya sebagai berikut : “sebelum keluarnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 maka akibat hukumnya tunduk kepada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, meliput i:

b) Kekuasaan orang tua terhadap harta kekayaan anak, yaitu terhadap anak yang belum dewasa maka orang tua harus mengurus harta kekayaan anak itu.

c) Hak dan kewajiban anak terhadap orang tua, yaitu tiap-tiap anak dalam umur berapa pun wajib menaruh kehormatan dan keseganan

54

) Bunyi Pasal 12 ayat (1) yang menyatakan: Bila orang-orang yang kawin mengadopsi seorang anak laki-laki, maka ia dianggap dilahirkan dari perkawinan mereka”.

55

) J. Satrio, Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak Dalam Undang-Undang, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, h.236.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

terhadap bapak dan ibunya serta berhak atas pemeliharaan dan pendidikan.56

Adanya adopsi, maka terputus segala hubungan keperdataan antara anak adopsi dengan orang tua kandungnya. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menyebutkan:

1) Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah antara yang diangkat dan orang tua kandungnya.

3) Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon orang tua angkat.

4) Pengangkatan anak oleh warga negara asing hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.

5) Dalam hal asal usul anak didik diketahui, maka agama anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat.

6) Orang tua angkat wajib memberitahukan.

7) Pemberitahuan asal usul dan orang tua kandungnya dilakukan dengan memperhatikan kesiapan anak yang bersangkutan.57

Dari bunyi pasal di atas bahwa pengangkatan anak yang dilakukan dengan adat maupun dengan Penetapan Pengadilan tidak diperbolehkan memisahkan

56

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

hubungan darah antara si anak angkat dengan orang tua kandungnya yang bertujuan antara lain untuk mencengah kemungkinan terjadinya perkawinan sedarah. Oleh karena itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terhadap anak angkat maka orang tua angkat harus mempunyai data yang jelas mengenai asal usul keluarga anak angkat dan pada saat yang tepat wajib memberitahukannya kepada anak angkatnya.58

Pengangkatan anak menurut hukum adat biasanya dilakukan menurut adat setempat dan tidak ada suatu kesatuan cara yang berlaku bagi seluruh wilayah/daerah Indonesia. Menurut hukum adat Indonesia, anak angkat ada yang menjadi pewaris bagi orang tua angkatnya, tetapi ada pula yang tidak menjadi ahli waris dari orang tua angkatnya, tetapi ada pula yang tidak menjadi ahli waris dari orang tua angkatnya. Hal ini tergantung dari daerah mana perbuatan pengangkatan anak itu dilakukan. Dalam hal kedudukan anak angkat terhadap akibat hukum pengangkatan anak menurut hukum adat adalah kedudukan anak angkat di dalam masyarakat yang sifat susunan kekerabatannya parental seperti di Jawa, berbeda dengan kedudukan anak angkat dalam masyarakat yang susunan kekerabatan patrilineal seperti Bali. Perbedaannya adalah di Jawa perbuatan pengangkatan anak hanya diambil dari keluarga terdekat, sehingga keadaan tersebut tidak memutuskan hubungan pertalian kekerabatan antara anak yang diangkat dengan orang tua kandung. Akibatnya anak itu tetap berhak mewarisi harta peninggalan dari orang tua angkat, disamping itu berhak pula mewarisi harta warisan dari orang tua kandungnya. Di Bali tindakan mengangkat anak merupakan kewajiban hukum untuk melepaskan anak yang diangkat dari keluarganya masuk kedalam

Dilakukannya adopsi putuslah segala hubungan perdata yang berasal dari keturunan karena kelahiran (antara anak dengan orang tua kandungnya). Anak angkat menjadi ahli waris dari orang tua angkatnya.

2. Menurut Hukum Adat

57

) Lihat Pasal 39, dan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

58

) Berdasarkan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa pengangkatan anak yang bertentangan dengan Pasal 39 ayat (1), (2) dan (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp. 100.000.000;. Dalam Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 604 K/Sip/1970 tanggal 24 Maret 1971, yang menyatakan bahwa: bahwa seorang dapat dinyatakan sebagai anak angkat dari orang tua yang mengangkatnya bilamana ia telah dibesarkan, dikhitankan, dikawinkan, oleh kedua orang tua angkatnya.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

keluarga yang mengangkatnya, sehingga anak itu selanjutnya berkedudukan sebagai anak kandung untuk meneruskan garis keturunan dari orang tua angkatnya.59

Pengangkatan anak merupakan istilah yang digunakan didalam hukum adat sedangkan didalam hukum barat disebut adopsi. Adopsi berasal dari kata adoptie (Belanda) atau adoption (Inggris). Menurut kamus Inggris – Indonesia, adoption artinya pengangkatan, pemungutan, adopsi dan untuk sebutan pengangkatan anak disebut adopsi, dan sebutan pengangkatan anak disebut adoption of child.60

Pengangkatan anak dibedakan dengan pemeliharaan anak karena pengangkatan anak menimbulkan akibat – akibat hukum, sebagaimana yang dikatakan Soepomo, “diseluruh wilayah hukum (Jawa Barat) bilamana dikatakan manupu, mulung atau mungut anak” yang dimaksud ialah mengangkat anak orang lain menjadi anak sendiri.61

Putusan Pengadilan Negeri Muara Tewe Kalimantan Tengah tanggal 7 Mei 1973 Nomor 3/ 1973 – Pdt. Mtw, menyatakan unuk dapat dikabulkan permohonan pengangkatan anak diperlukan adanya surat penyerahan dari orang tua, saksi – saksi dan dikuatkan di pengadilan.62

Dokumen terkait