• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK

E. Kedudukan Anak Angkat Menurut Yurisprudensi

59

) Rosmi Hamdan, Op.Cit, h. 898 – 899.

60

) Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1983, h. 13.

61

) B. Bastian Tafal, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat – Serta Akibat Hukumnya dikemudian hari,Op.Cit, 1983, h. 39.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Terdapat bermacam-macam ketentuan yang mengatur mengenai anak angkat, sehingga bagaimana hak dan kedudukan anak angkat terhadap harta peninggalan orang tua yang mengangkatnya belum ada terdapat keseragaman. Sebelum melihat kedudukan anak angkat dalam beberapa yurisprudensi, terlebih dahulu dilihat beberapa pendapat sarjana yang mengemukakan tentang kedudukan anak angkat.

Holleman menyatakan bahwa : “anak angkat bukanlah ahli wari dari

orang tua angkatnya, tetapi dia dapat memperoleh harta dengan hibah atau pemberian ataupun dengan semufakat ahli waris lainnya untuk diberikan barang- barang tertentu kepada anak tersebut”.

Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa:

“Bahwa anak angkat mempunyai kedudukan hukum terhadap yang mengangkatnya, yang sama sekali tidak berbeda dari kedudukan hukum anak keturunannya sendiri juga perihal hak anak itu untuk mewarisi kekayaan yang kemudian ditinggalkan oleh orang yang mengangkat anak itu pada waktu mereka meninggal dunia”.63

“Anak angkat dipelihara seperti halnya anak sendiri, tetapi di samping itu haruslah dibedakan kedudukan anak angkat dengan orang tua angkat dan dengan orang tua kandungnya dan juga dengan keluarga orang tua angkatnya, oleh orang tua angkat diperlukan sebagai anak kandung sendiri, terhadap harta dari orang tua angkat, anak angkat hanya berhak atas harta pencaharian, terhadap harta asal, anak tidak berhak”.

Ter Haar berpendapat bahwa:

64

62

) Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjaun dari Tiga Sistem Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, h. 48.

63

) R. Wirjono Projodikoro, Warisan Hukum Di Indonesia, Penerbit Sumur, Bandung, 1983, h. 78.

64

) Ter Haar, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Penerbit Pradya Paramita, Jakarta, 1974, h. 184.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga Hilman Hadikusuma menyatakan bahwa:

“Di daerah Lampung anak angkat tegak tegi yang merupakan penerus keturunan bapak angkatnya merupakan ahli waris dari orang tua angkatnya, dan ia tidak mewaris lagi dari orang tua kandungnya, sedangkan di daerah Jawa anak angkat itu “Ngangsu Sumur Loro” artinya mempunyai dua sumber warisan, karena ia mendapat warisan dari orang tua angkatnya dan juga mendapat warisan dari orang tua kandungnya”.65

1. Keputusan MA No. 82 K/Sip/1957 dalam perkara di Bandung di putuskan bahwa anak angkat hanya berhak atas harta gono-gini orang tua angkatnya, sedangkan harta pusaka (barang asal) kembali kepada waris keturunan darah, jadi tidak jatuh kepada anak angkat atau anak pungut Selain dari pendapat-pendapat diatas, juga dilihat dalam putusan Mahkamah Agung R.I yang memuat hak dan kedudukan anak angkat terhadap harta orang tua angkatnya. Dalam hal ini Mahkamah Agung tidak seragam dalam memberi putusan tentang hak-hak anak angkat sebagai ahli waris dari orang tua angkatnya:

2. Keputusan MA No. 416 K/Sip/ 1958, mengalami perubahan dimana perkara terjadi di Sumatera Timur, Keputusan tersebut berpedoman kepada hak adat Sumatera Timur, yaitu anak angkat tidak berhak mewarisi harta peninggalan orang tua angkatnya, hanya dibenarkan menerima hibah, selama hidup anak angkat.

65

) Hilman Hadikusuma, hukum Waris Adat, Op.Cit, h. 80.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Hukum Islam tidak mengenal anak angkat, tetapi dalam kompilasi mengenal anak angkat yaitu Pasal 171 bagian h.

Undang-Undang Peradilan Agama: No. 7 Tahun 1989.

3. Keputusan MA No. 997 K/Sip/ 1972, ditegaskan bahwa: anak angkat berhak atas harta gono-gini dan harta bawaan orang tua angkatnya.

4. Keputusan MA No. 1002 K/Sip/1976, mengatakan bahwa janda dan anak angkat berhak atas harta gono-gini, sedangkan barang asal (bawaan) anak angkat tidak berhak.

5. Keputusan MA No. 3832 K/Sip/1985, MA memutuskan: - Prinsip tentang anak angkat:

MA memutuskan bahwa anak angkat mempunyai kedudukan yang sama dengan janda dan anak kandung yaitu ahli waris.

- Jika anak angkat bersekutu dengan janda, anak kandung berhak atas harta gono-goni, kesannya bagian anak anagkat adalah sama dengan bagian anak kandung atau janda.

- Anak angkat mewarisi seluruh harta gono-gini, bila tidak ada anak kandung dan janda .

6. Keputusan MA No. 246 K/Sip/1980 menegaskan bahwa:

Di Nganjuk seorang anak angkat dilihat dari kenyataan yaitu apabila anak angkat dipelihara sejak ia bayi, dikhitankan, dikawinkan, disahkan oleh orang tua angkatnya, maka ia berhak menjadi ahli waris orang tua angkatnya, dan atas harta bersama.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

7. Keputusan MA No. 210 K/ Sip/ 1973, menyatakan bahwa keabsahan seorang anak angkat tergantung kepada acara adat, tanpa menilai secara obyektif, realita, dan keberadaan anak angkat dalam kehidupan orang tua angkatnya.

8. Keputusan MA No. 912 K/ Sip/ 1995, bahwa tanpa upacara adat tidak sah pengangkatan anak meskipun anak itu sejak kecil dipelihara, dikawinkan oleh orang tua angkatnya.

9. Keputusan MA No. 281 K/ Sip/ 1993, bahwa pengangkatan anak sah mana kala dipengaruhi beberapa syarat, dan harus dibarengi upacara “Widi Widina” (upacara peras) dihadiri oleh pendeta, disaksikan Clan adat, Clan suku, Kepala Desa serta diumumkan didepan Ulama.

10. Keputusan MA No. 849 K/ Sip/ 1979 menyatakan bahwa:

Pengangkatan anak salah satu syarat upacara tidak lagi di pedomani, sejak tahun1976, ditegaskan bahwa: anak yang diambil sejak bayi dilahirkan dan pemeliharaannya dilakukan secara terus menerus sampai besar dan dikawinkan, sah sebagai anak angkat, meskipun tidak melalui upacara adat.

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG ADOPSI INTER COUNTRY

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Dalam rangka mencapai tujuan pengangkatan anak, maka dalam pelaksanaannya didasarkan kepada peraturan perundang-undangan, yaitu :

a. Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 yang telah diubah dengan Undang- Undang No. 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan RI;

b. Undang-Undang No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

c. Undang-Undang No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak;

d. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Anak Bagi Yang Mempunyai Masalah;

e. Peraturan Pemerintah RI No. 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak

f. Keputusan Menteri Sosial No. 40/HUK/KEP/IX/1980 tentang Organisasi Sosial;

g. Surat Edaran Mahkamah Agung No.6 Tahun 1983 tentang Penyempurnaan Surat Edaran Mahkamah Agung No.2 Tahun 1979 mengenai Pengangkatan Anak;

h. Surat Edaran Mahkamah Agung No.4 Tahun 1989 tentang Pengangkatan Anak;

i. Keputusan Menteri Sosial RI No.13/HUK/1992 tentang Petunjuk Pelaksaanaan Pengangkatan Anak;

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

j. Keputusan Menteri Sosial RI No.2/HUK/1992 tentang Penyempurnaan Lampiran Keputusan Menteri sosial tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengangkatan Anak;

k. Keputusan Menteri Sosial No.58/HUK/1985 tentang Tim Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak Antara Warganegara Indonesia dan Warganegara Asing (Inter Country Adoption).

B. Syarat-syarat Pengangkatan Anak (Adoptie) WNA kepada WNI

a. Bagi Pengangkatan Anak Antar Warganegara Indonesia66

1) Permohonan izin diajukan kepada Kanwil Depertemen Sosial setempat dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Diajukan secara tertulis diatas kertas bermaterai cukup

b) Ditandatangani sendiri atau kuasanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

c) Memenuhi persyaratan sebagaiman dimaksud dalam SK Menteri Sosial RI No.13/HUK/1993 sebagi berikut :

(1) Calon orang tua angkat:

a. Berstatus kawin minimal 30 tahun dan maksimal 45 tahun b. Selisih umur antara calon orang tua angkat dengan anak

angkat minimal 20 tahun

c. Pada saat mengajukan permohonan pengangkatan anak sudah kawin sekurang-kurangnya 5 tahun terhitung mulai

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

saat bagaimana dicantumkan dalam surat kawin dengan mengutamakan yang keadaannya sebagai berikut :

1) Tidak mungkin mempunyai anak (dengan surat keterangan dokter Ahli Kebidanan/dokter Ahli yang ditunjuk pemerintah)

2) Belum mempunyai anak, atau

3) Mempunyai anak kandung seorang, atau

4) Mempunyai anak angkat seorang, dan tidak mempunyai anak kandung, point (2),(3) dan (4) dibuktikan dengan keterangan tertulis dari Lurah/Kepala Desa setempat dan dilegalisir oleh Camat atau dokumen-dokumen lainnya yang dianggap sah

5) Dalam keadaan mampu ekonomi berdasarkan surat keterangan serendah-rendahnya dari Lurah/Kepala Desa setempat

6) Berkelakuan baik berdasarkan surat keterangan Kepolisian RI

7) Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan Dokter Pemerintah

66

Departemen Sosial RI, tt, Program Pengangkatan Anak (Departement of Social Affairs child Adoption Program), Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak Departemen Sosial, Jakarta, h. 23-26.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

8) Mengajukan pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak semata-mata untuk kepentingan kesejahteraan anak. Dalam kesempatan tersebut disebutkan kesanggupan yang bersangkutan untuk :

a) Memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial anak secara wajar.

b) Tidak menelantarkan anak

c) Tidak memperlakukan secara semena-mena (2) Calon Anak Angkat

a. Berumur dibawah 5 tahum b. Akte kenal lahir/akte kelahiran

c. Berada dalam asuhan Organisasi Sosial

2) Permohonan tersebut harus dilampiri surat-surat sebagai berikut:

a) Surat permohonan izin pengangkatan anak dari yang bersangkutan diatas kertas bermaterai (asli)

b) Surat kelakuan baik dari POLRI (Suami-Istri)

c) Surat pernyataan dari calon orang tua angkat mengenai motif pengangkatan anak di atas kertas bermaterai Rp6000,00.

d) Foto copy surat nikah dan surat lahir calon orang tua angkat

e) Surat keterangan dokter kandungan tentang keadaan calon ibu angkat yang menyatakan:

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

(1) Tidak mungkin punya anak;

(2) Tidak mungkin mempunyai anak lagi;

f) Surat keterangan sehat dari dokter Pemerintah (Suami-Istri)

g) Surat keterangan penghasilan dari tempat calon orang tua angkat bekerja.

h) Surat keterangan persetujuan pengangkatan anak dari keluarga suami- istri

i) Fotocopy surat akte kelahiran / akte kenal lahir calon anak angkat j) Fotocopy surat penyerahan anak dari orang tua kandung kepada Dinas

Sosial

k) Fotocopy surat penyerahan anak dari Dinas Sosial ke Organisasi Sosial

l) Fotocopy surat keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Sosial tentang izin pengasuhan anak angkat (selama 6 bulan)

m) Laporan sosial tentang calon orang tua angkat maupun anak angkat yang dibuat oleh petugas sosial dari Kantor Wilayah Departemen Sosial setempat

n) Foto-foto keluarga calon orang tua angkat dan anak angkat. 3) Tembusan surat permohonan disampaikan kepada Menteri Sosial dan

Organisasi Sosial dimana calon anak angkat tersebut berada beserta fotocopy lampirannya.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

4) Kanwil Departemen Sosial setempat dalam mengadakan penelitian atas permohonan tersebut dibanntu oleh tim yang keanggotaannya terdiri dari: a) Pemerintah Daerah / Biro / Dinas Sosial

b) Kepolisian

c) Kanwil Departemen Kehakiman RI d) Kanwil Departemen Kesehatan RI e) Kanwil Departemen Agama RI

5) Kepala Kanwil Departemen Sosial setempat berdasarkan hasil penelitian dalam waktu selambat-lambatnya 3 bulan sejak diterimanya permohonan tersebut memberikan jawaban tertulis.

6) Pemberian surat keputusan izin / penolakan pengangkatan anak dikeluarkan oleh Kepala Kanwil Departemen Sosial.

C. Syarat-Syarat Pengangkatan anak (Adoptie) Warga negara Indonesia

oleh Warga negara Asing67

1. Permohonan izin diajukan kepada Menteri Sosial dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Permohonan diajukan secara tertulis di atas kertas bermaterai Rp.6000,00

b) Ditandatangani oleh pemohon sendiri.

67

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

c) Memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam SK Menteri Sosial No. 13 / HUK / 1993 sebagai berikut:

1) Calon orang tua angkat:

(a) Berstatus kawin dan berumur minimal 30 tahun dan maksimal 45 tahun

(b) Selisih umur antara calon orang tua angkat dengan calon anak angkat minimum 20 tahun

(c) Pada saat mengajukan pengangkatan anak sekurang- kurangnya sudah kawin 5 tahun terhitung mulai saat pernikahan sebagai berikut:

(1) Tidak mempunyai anak ( dinyatakan dengan surat keterangan dokter dan ahli kandungan yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan.

(2) Belum mempunyai akan, atau

(3) Mempunyai anak kandung seorang, atau

(4) Mempunyai anak angkat seorang dan tidak mempunyai anak kandung dan untuk point (2), (3), dan (4) perlu didukung dengan bukti-bukti yang sah, baik dokumen tertulis maupun hasil penelitian dari petugas pembuat laporan sosial.

(d) Mampu ekonomi maupun sosial berdasarkan surat keterangan dari Negara asal pemohon dengan dilengkapi

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

daftar penghasilan dari Instansi, dimana pemohon bekerja dan disahkan oleh Kedutaan Perwakilan Negara Asalnya.

(e) Persetujuan tertulis dari Pemerintah Negara Asal (f) Berkelakuan baik berdasarkan Surat Keterangan

Kepolisian

(g) Telah bekerja dan berdomisili di Indonesia sekurang- kurangnya 2 tahun berdasarkan surat keterangan dari Pejabat yang berwenang serendah-rendahnya Bupati / Walikotamadya / Kepala Daerah Tingkat II.

(h) Telah memelihara dan merawat anak yang bersangkutan sekurang-kurangnya;

(i) 6 bulan, berdasarkan Keputusan Kakanwil Departemen Sosial

(j) Mengajukan pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak semata-mata untuk kepentingan kesejahteraan anak. Dalam pernyataan tersebut menurut kesanggupan yang bersangkutan untuk:

(1) Memenuhi kebutuhan rohani, jasmani, dan sosial anak secara wajar

(2) Tidak menelantarkan anak

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

(4) Melaporkan keadaan anak angkatnya setelah berada di luar negeri kepada perwakilan RI setempat.

(2) Calon Anak Angkat:

(a) Berumur kurang 5 (lima) tahun

(b) Berada dalam asuhan Organisasi Sosial

(c) Bilamana anak yang berada dalam asuhan ORSOS belum memiliki akte kelahiran / akte kenal lahir, maka yang wajib mendaftarkan akte kelahiran dan yang menguruskannya adalah ORSOS yang bersangkutan

2. Permohonan tersebut harus dilampirkan surat-surat sebagai berikut:

a) Surat permohonan izin pengangkatan anak dari yanga bersangkutan di atas kertas bermaterai Rp.6000,00 (asli)

b) Surat pernyataan dari calon orang tua angkat mengenai motif pengangkatan anak di atas kertas bermaterai Rp.6000,00

c) Surat kelakuan baik dari Kepolisian RI (Suami-Istri)

d) Fotocopy passport calon orang tua angkat dan fotocopy KIM / KIMS dan bagi pemohon yang memegang passport Diplomat surat keterangan dari Departemen Luar Negeri RI

e) Fotocopy surat nikah dan surat kenal lahir calon orang tua angkat sesuai dengan aslinya.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

f) Surat keterangan dokter kandungan tentang keadaan calon ibu angkat sesuai aslinya.

g) Tidak mempunyai anak :

(1) Tidak mungkin mempunyai anak lagi

(2) Surat keterangan sehat dari dokter Pemerintah (Suami-Istri).

h) Surat keterangan dari Pemerintah Negara asal calon orang tua angkat yang menyatakan tidak keberatan mengangkat anak Indonesia (asli).

i) Surat keterangan dari Kedutaan negara asal calon orang tua angkat yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah bekerja dan tinggal di Indonesia sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus-menerus (asli)

j) Surat keterangan pendapatan dari tempat bekerja calon orang tua angkat k) Surat keterangan domisili dari Bupati / Walikotamadya bahwa yang

bersangkutan benar bertempat tinggal di wilayahnya

l) Surat keterangan dari keluarga calon orang tua angkat yang menyatakan tidak keberatan mengangkat anak

m) Fotocopy akte kelahiran / akte kenal lahir calon anak angkat.

n) Fotocopy surat penyerahan anak dari orang tua kandung ke Dinas Sosial. o) Fotocopy surat penyerahan anak dari Dinas Sosial kepada Organisasi

Sosial.

p) Fotocopy surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Sosial tentang izin mengasuh calon anak angkat.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

q) Laporan Sosial dari Pekerja Sosial yang telah ditunjuk Kantor Wilayah Departemen Sosial / Organisasi Sosial setempat tentang calon orang tua angkat dan calon anak angkat dan dapat dilengkapi oleh Pekerja Sosial Pusat bila dipandang perlu.

r) Foto-foto keluarga dan calon anak angkat.

3 Menteri Sosial / Pejabat yang ditunjuk dalam mengadakan penelitian atas permohonan tersebut dibantu dengan sebuah Tim yang keanggotaannya terdiri dari wakil-wakil :

a) Kantor Menko Kesra

b) Departemen Kehakiman RI c) Departemen Kesehatan RI d) Departemen Dalam Negeri RI e) Departemen Luar Negeri RI f) Departemen Agama RI g) Kepolisian RI

h) Kejaksaan Agung RI i) Departemen Sosial RI

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Departemen Sosial adalah suatu lembaga pemerintahan yang bergerak di bidang sosial. Departemen Sosial ada sejak tahun 1962 yang pada saat itu dipimpin oleh seorang menteri yaitu Ny. Rusiah Sardjono.

Sejak tahun 1962 sudah beberapa kali mengalami perubahan struktur organisasi dan tata kerja Departemen. Pada tahun 2000 di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, Departemen Sosial dibubarkan dan dibentuk suatu Badan yang berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 152 tahun 1999 tentang Badan Kesejahteraan Sosial Nasional, dengan menetapkan keputusan organisasi dan tata kerja Badan Kesejahteraan Sosial Nasional Nomor 01 / HUK / BKSN / 2000.

Pada tahun 2001 Departemen Sosail dibentuk kembali dengan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Departemen Sosial. Dan keberadaan Departemen Sosial itu ada sampai saat ini yang di dukung oleh Keputusan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 dengan menetapkan Peraturan Sosial RI Nomor 82 / HUK / 2005 tentang Organisasi dan tata Kerja Departemen Sosial.

Dalam melaksanakan tugas Departemen Sosial menyelenggarakan fungsinya sebagai: Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang sosial; Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; serta penyampaian

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden68

a. Penyiapan perumusan kebijakan Departemen di Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial;

Departemen Sosial dalam hal merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial adalah dilakukan atau menjadi tugas Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut:

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang Pelayanan dan Rehabilitasi;

c. Perumusan standar teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pelayanan di bidang rehabilitasi sosial;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial;

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal69

Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial terdiri dari :

a. Sekretariat Direktorat Jenderal; b. Direktorat Pelayanan Sosial Anak; c. Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia;

68

) Lihat Pasal 3 Peraturan Menteri Sosial R.I. No. 82/ HUK/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial

69

) Pasal 225 dan Pasal 226 Peraturan Menteri Sosial R.I. No. 82/ HUK/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

d. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang cacat; e. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial;

f. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA.70

Pengangkatan anak adalah termasuk dalam tugas Direktorat Pelayanan Sosial Anak, sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 82 / HUK / 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial bahwa tugas Direktorat Pelayanan Sosial Anak adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, standarisasi dan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pelayanan sosial anak.71

Selanjutnya dalam pelaksanaan tugas Direktorat Pelayanan Sosial Anak menyelenggarakan fungsi:

b. Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan sosial anak balita dan pengangkatan anak, pelayanan sosial anak terlantar, pelayanan dan rehabilitasi sosial anak nakal, pelayanan dan rehabilitasi sosial anak cacat serta kelembagaan, perlindungan dan advokasi sosial anak;

c. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pelayanan sosial anak balita dan pengangkatan anak, pelayanan sosial anak terlantar, pelayanan dan rehabilitasi sosial anak nakal, pelayanaan dan rehabilitasi anak cacat serta kelembagaan,

70

) Pasal 227 Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 82 / HUK / 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial.

71

) Pasal 247 dan Pasal 248 butir c Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 82 / HUK / 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

perlindungan dan advokasi sosial anak sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku;

d. Penyusunan standar teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pelayanan sosial anak balita dan pengangkatan anak, pelayanan sosial anak terlantar, dan pelayanan rehabilitasi sosial anak nakal, pelayanan dan rehabilitasi anak cacat serta kelembagaan, perlindungan dan advokasi sosial anak;

e. Bimbingan teknis di bidang pelayanan sosail anak balita dan pengangkatan anak, pelayanan sosial anak terlantar, dan pelayanan rehabilitasi sosial anak nakal, pelayanan dan rehabilitasi anak cacat serta kelembagaan, perlindungan dan advokasi sosial anak;

f. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis di bidang sosial anak balita dan pengangkatan anak, pelayanan sosial anak terlantar, dan pelayanan rehabilitasi sosial anak nakal, pelayanan dan rehabilitasi anak cacat serta kelembagaan, perlindungan dan advokasi sosial anak;

g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.72

Susunan Organisasi Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak terdiri dari:

a. Subdirektorat Pelayanan Sosial Anak Balita dan Pengangkatan Anak; b. Subdirektorat Pelayanan Sosial Anak Terlantar;

72

) Pasal 248 Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 82 / HUK / 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

c. Subdirektorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal; d. Subdirektorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat;

e. Subdirektorat Kelembagaan, Perlindungan dan Advokasi Sosial Anak; f. Subbagian Tata Usaha;

Untuk lebih jelasnya tentang struktur Organisasi Direktorat Pelayanan

Dokumen terkait