• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK

C. Hambatan yang Dihadapi Oleh

Pengangkatan Anak WNI oleh WNA Dalam Pemantauan Keadaan Anak

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Proses pengangkatan anak yang diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1983 menyatakan bahwasanya anak yang diangkat harus berumur di bawah 5 tahun, sedangkan menurut pedoman pelaksanaan pengangkatan anak yang dikeluarkan oleh Menteri Sosial bahwa boleh pengangkatan terhadap anak yang berusia di atas 5 tahun, tetapi harus dengan izin Menteri Sosial Republik Indonesia. Begitu juga dengan masa perkawinan orang tua angkat harus 5 tahun sedangkan bagi orang tua angkat yang masa perkawinannya di bawah 5 tahun harus mendapatkan izin dari Menteri Sosial.

Selanjutnya hambatan-hambatan dalam proses pengangkatan anak yang ditemui adalah sebagai berikut:

1. Umur anak yang diangkat

2. Izin tinggal yang belum memenuhi syarat 3. Masa perkawinan 2 tahun

4. Status agama anak

5. Kurangnya sosialisasi pengangkatan anak WNI oleh WNA yang harus dengan izin Menteri Sosial

6. Masih banyak pengadilan yang mengeluarkan putusan terhadap pengangkatan anak WNI kepada WNA.92

Selain daripada hambatan yang ditemui dalam proses pengangkatan anak juga ditemui hambatan dalam pemantauan setelah pengangkatan anak tersebut.

92

). Wawancara dengan Bapak Drs. H. Umur Ginting, Kepala Sub Dinas Bina Rehabilitasi Anak Nakal dan Korban Narkoba, Dinas Sosial Prov. Sumut, Medan, tanggal 26 Februari 2008.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Dalam hal pemantauan, Departemen Sosial sampai tahun 1986 untuk memantau keadaan anak yang diadopsi oleh warga negara asing (WNA) di monitoring ke negara dimana anak tersebut di adopsi. Adapun anggaran monitoring untuk anak-anak oleh anak-anak tersebut dimasukkan ke dalam APBN yaitu dalam kegiatan monitoring dan evaluasi bagi anak-anak adopsi. Sejalan dengan hal tersebut sejak tahun 1992 karena dianggap kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang tidak sejalan dengan tujuan monitoring dan evaluasi dimaksud sehingga kegiatan tersebut dihapuskan dari APBN dengan menggantikan ke dalam suatu peraturan dimana anak tersebut sampai dengan umur 18 tahun harus tetap melapor ke KBRI setempat.

Proses pengangkatan anak WNI oleh WNA (adoption) saat ini masih mengacu pada Surat Edaran Mahkamah Agung No.6 tahun 1983. sejalan dengan adanya perubahan sosial di dalam kehidupan masyarakat saat ini, dimana Surat Edaran Mahkamah Agung tersebut tidak relevan lagi dengan kehidupan masyarakat, maka Departemen Sosial sebagai pemerkarsa atau sebagai leading sektor untuk mengajukan perubahan kepada DPR untuk menjadikan Surat Edaran Mahkamah tersebut menjadi suatu Undang-Undang tentang Pengangkatan Anak. Sebelum masa reformasi rancangan Undang-Undang tentang Pengangkatan anak sudah pernah dibahas pada tingkat DPR, namun pada tahun 1999 Departemen Sosial dibubarkan tidak dimasukkan ke dalam kabinet reformasi sehingga wacana untuk membuat suatu rancangan undang-undang pengangkatan anak tidak lagi dibahas di DPR.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Pada tahun 2001 Departemen Sosial kembali ada pada kabinet reformasi, sehingga rancangan undang-undang yang dimaksud kembali diajukan ke DPR yang sampai saat ini belum selesai dibahas.

D. kasus:

“Perdagangan bayi yang berkedok adopsi yang dilakukan oleh Joseh

Dowse warga negara Irlandia terhadap anak WNI atas nama Tristan”.

Perkawinan Suryani dengan Sarkawi membuahkan dua anak laki-laki. Pada tahun 1998 setelah kelahiran anak ke dua, Suryani ditinggal pergi oleh suaminya (Sarkawi). Pada tanggal 26 Juni 2001 Suryani melahirkan seorang anak laki-laki hasil hubungan di luar nikah. Biaya kelahiran si anak ditanggung oleh seorang perempuan yang mengaku bernama Rosdiana, karena Suryani tidak mempunyai biaya untuk melahirkan. Sejak kelahiran si anak, Suryani tidak pernah melihat wajah anaknya, apalagi menyusui atau memberi nama si anak. Empat tahun kemudian Polda Metro Jaya membongkar sindikat perdagangan bayi. Kedok Rosdiana terbongkar sebagai pelaku penjualan bayi dan sudah puluhan bayi yang di jual termasuk salah satunya bayi laki-laki yang dilahirkan Suryani. Terbongkarnya jaringan Rosdiana, membuka tabir riwayat bayi laki-laki anak Suryani tersebut. Rosdiana menjual bayi tersebut saat berusia dua bulan pada pasangan yang belum mempunyai anak yaitu Joseph-Lala warga negara Irlandia sebesar Rp 20 juta. Joseph kemudian memberi nama bayi itu Tristan Dowse.

Pada perkembangan selanjutnya setelah pasangan suami istri Joseph-Lala mempunyai anak kandung, pasangan suami istri inipun menelantarkan Tristan saat

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

usianya dua tahun. Kemudian menitipkan Tristan ke Panti Asuhan Emmanuel di Bogor dan sekaligus Jeseph meminta kepada Pengadilan di negaranya untuk membatalkan persetujuan adopsi terhadap Tristan. Namun permintaan ditolak dan proses hukum di Irlandia terus berjalan. Mahkamah Agung Dublin Irlandia menjatuhkan hukuman kepada Joseph dan harus membayar konvensasi pada Tristan lebih kurang Rp 220 juta dan ditambah biaya hidup tiap bulan sebesar Rp3,8 juta hingga Tristan berumur 18 tahun. Sebagian uang itu akan di investasikan Mahkamah Agung Irlandia demi masa depan Tristan.93

Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial No.356.A/ PRS-AN/ VIII/ 2005 kepada Menteri Sosial RI di Jakarta perihal Laporan Penyelesaian Kasus Adopsi Ilegal Anak WNI oleh Warga Negara Irlandia, menyatakan: sehubungan dengan kasus perdagangan bayi yang berkedok adopsi yang dilakuakn oleh Joseph Dowse, warga negara Irlandia terhadap anak Kembali ke masalah Rosdiana, yang pada akhirnya berhasil di penjarakan. Sedangkan Tristan dititipkan di Panti Asuhan Yayasan Anak Bangsa di Cipayung.

Pada Agustus 2005 atas bantuan dari Departemen Sosial RI dan wartawan dari Irlandia mempertemukan Suryani dengan anaknya Tristan di Panti Asuhan Yayasan Anak Bangsa di Cipayung. Selama dua minggu Suryani melakukan pendekatan pada Tristan yang saat itu sudah disapa dengan nama Erwin (tanpa alasan) dan selanjutnya oleh ustad di Desanya, Tristan di beri nama Ahmad Chaeroni.

93

). “Tristan, Kecil-kecil Jadi Jutawan, Setelah Diadopsi Lalu Ditelantarkan”, Tabloit Nova No. 940/XIX tanggal 5 Maret 2006.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

WNI atas nama Tirstan telah dilakukan penangkapan terhadap para pelaku pada tanggal 26 Juni 2005 dengan hasil sebagai berikut:

Tersangka Rosdiana (sudah tertangkap) adalah pelaku utama yang bertugas menghimpun para wanita miskin hamil baik dari pasangan keluarga resmi maupun mereka yang hamil dari kehamilan yang tidak diinginkan.

Titik Juniati Worten (belum tertangkap) adalah warga negara Amerika yang sebelumnya pernah melakukan adopsi melalui Yayasan Sayap Ibu, dan hal tersebut dilakukan secara Ilegal, tetapi cara mendapatkan anak tersebut tidak sesuai dengan peraturan, dimana bayi yang diserahkan oleh Rosdiana kepada Juniati Worten tersebut tidak sepengetahuan ibu kandungnya (Mulyani alias Kimung) dan tidak ada surat pernyerahan dari ibu kandung ke Juniati Worten. Mulyani mau menyerahkan anak ke Rosdiana karena dikatakan akan diserahkan pengasuhannya kepada saudara kandung Rosdiana. Bukan kepada orang asing.

Berdasarkan pengalaman tersebut maka Juniati Worten menjadi “pelanggan tetap” Rosdiana dalam mencari orang asing yang akan mengadopsi anak Indonesia. Juniati Worten bertindak sebagai pencari, penghimpun orang asing yang menginginkan anak. Termasuk penyerahan Tristan ke Joseph Dowse (warga negara Irlandia) adalah “buah tangan” Juniati Worten dan Rosdiana dalam menyediakan bayi.

Joseph Dowse (belum tertangkap) adalah warga negara Irlandia yang membeli Tristan dari Rosdiana dan Juniati Worten yang kemudian ditelantarkan

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

dan dititipkan di panti serta mencari pasangan asing yang akan menggantikannya dalam mengadopsi Tristan selanjutnya.

Selanjutnya berdasarkan Surat Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Nomor 360/ PRS-AN/ VIII/ 2005 tanggal 18 Agustus 2005 perihal Informasi Terakhir Kasus Adopsi Ilegal Anak WNI atas nama Tristan oleh warga negara Irlandia kepada Pusat Komunikasi Departemen Luar Negeri RI di Jakarta menyatakan:

Bahwa kasus adopsi anak WNI yang dilakukan warga negara Irlandia atas nama Joseph Dowse tersebut dikategorikan sebagai Ilegal karena tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu SEMA No.6 Tahun 1983 dan Mensos No.13/ HUK/ 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengangkatan Anak.

Beberapa hal yang termasuk kategori Ilegal berdasarkan peraturan yang berlaku antara lain:

a. Dokumen yang digunakan untuk mengajukan permohonan ke pengadilan palsu.

b. Anak yang akan di adopsi tidak melalui Yayasan atau Organisasi Sosial yang diberi izin oleh Pemerintah.

c. Orang tua adoptan mengadopsi anak yang masih dalam rahim WNI dan ibu yang hamil tersebut difasilitasi dengan makanan yang bergizi sehingga janin tumbuh sehat untuk seterusnya ketika lahir anak langsung diambil Joseph Dowse tanpa sempat dilihat bahkan disusui oleh orang tua kandung.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

d. Tidak ada Surat Penyerahan dari orang tua kandung ke Dinas Sosial untuk seterusnya diserahkan ke Yayasan atau Orsos yang ditunjuk Pemerintah.

e. Dalam proses adopsi, calon orang tua angkat harus mengasuh sementara (foster care) minimal selama 6 (enam) bulan dan selama itu pula akan dilihat oleh pekerja sosial apakah mereka bisa mengadopsi anak atau tidak. Sedangkan dalam kenyataannya, anak baru berumur 8 (delapan) minggu sudah disahkan untuk diadopsi.

f. Tidak ada laporan sosial dari pekerja sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah sebagai referensi atau rujukan pengadilan dalam mengambil keputusan.

g. Tidak ada pengajuan tertulis kepada Pemerintah (dalam hal ini ke BKSN sebagai pengganti Depsos RI yang saat itu tidak masuk dalam jajaran kabinet).

Berdasarkan beberapa persyaratan di atas maka kasus ini dapat dikategorikan Ilegal apalagi dengan anak yang sudah di adopsi dikembalikan, karena jika proses tersebut dilalui sesuai dengan prosedur dan tahapannya maka kecil kemungkinan anak dikembalikan.

Departemen Sosial RI telah meminta kepada instansi yang berwenang untuk membatalkan adopsi yang sudah dilakukan oleh Joseph Dowse tersebut, karena adopsi yang dilkakukan tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku, maka

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

adopsi yang sudah mendapat ketetapan Pengadilan juga dianggap tidak sah dan batal demi hukum. (lampiran 2).

E. Pembatalan Penetapan Pengadilan Negeri Makassar tentang

Pengangkatan Anak WNI oleh WNA a.n Brian Williams dan Hj.

Nursaedah.

Pasangan Hj.Nursaedah dan Brian Williams mengajukan permohonan pengangkatan anak pada Pengadilan Negeri Makassar dengan Surat Permohonan tanggal 29 Mei 2002 yang di daftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Makassar tanggal 30 Mei 2002 di bawah Register Perkara No.36/ Pdt.P/ 2002/ PN MKs. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Makassar dengan surat penetapan No.76/ Pdt.P/ 2002/ PN. MKs.

Setelah dilakukan penelitian dan penelaahan terhadap Penetapan Pengadilan Negeri Makassar tersebut oleh Departemen Sosial ternyata penetapan tersebut tidak melalui proses sebagaimana ditentukan oleh SEMA No.6 Tahun 1986 tentang Penyempurnaan SEMA No.2 Tahun 1979 mengenai Pengangkatan Anak, dan tidak sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Soisal RI No.13/ HUK/ 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengangkatan Anak. Dimana adopsi seluruhnya dilakukan melalui peroses inter country adoption bukan domestic karena suami dari suami Hj. Nursaedah binti Rowa (WNI) yaitu Brian Williams adalah warga negara Australia. Dan adopsi yang dilakukan tidak melalui Yayasan Sosial yang memiliki izin penyelenggaraan inter country adoption. (lampiran 3).

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga BAB V

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu, maka dapat diambil suatu kesimpulan pada penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. a. Proses pengangkatan anak Warga Negara Indonesia (WNI) oleh Warga Negara Asing (WNA) pada Departemen Sosial RI adalah: Calon Orang Tua Angkat mengajukan permohonan kepada Menteri Sosial RI melalui Organisasi Sosial yang akan meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri Sosial RI c.q. Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Jika permohonan pengangkatan anak disetujui maka diajukan kepada Pengadilan Negeri RI untuk mendapatkan pengesahannya (keputusannya). Namun jika terdapat penyimpangan terhadap persyaratan pengangkatan anak, maka harus mendapatkan dispensasi dari Departemen Sosial atau Mahkamah Agung RI sebelum diajukan ke Pengadilan Negeri RI.

b. Ada beberapa hal yang tidak diperkenankan, dicantumkan dalam permohonan pengangkatan anak, yaitu menambah permohonan lain selain pengesahan atau pengangkatan anak, serta pernyataan bahwa anak terebut juga akan menjadi ahli waris dari pemohon. Hal ini disebabkan karena putusan yang dimintakan kepada pengadilan harus bersifat tunggal atau

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

tidak disertai (in samenloop met) petitum lain, dan hanya berisi tentang penetapan anak tersebut sebagai anak angkat dari pemohon, atau berisi pengesahan saja.

2. Dalam hal Pengangkatan Anak Warga Negara Indonesia (WNI) oleh Warga Negara Asing (WNA) terhadap kewarganegaraan menganut prinsip asas patrilineal, yaitu menurut hukum kewarganegaraan. Apabila kedua orang tua angkat tersebut tidak pada satu kewarganegaraan, maka tetap memakai hukum kewarganegaraan suami. Dalam hal agama bagi anak WNI yang diadopsi oleh WNA sebelum tahun 2003, agama bagi anak yang adopsi tidak dapat dipantau tetapi sejak tahun 2005 pengangkatan anak dimaksud dapat dibatalkan apabila tidak sesuai dengan agama anak yang dianut oleh ke dua orang tua biologis si anak.

Hambatan-hambatan yang ditemui Departemen Sosial dalam hal pengangkatan anak adalah tentang: umur anak yang diangkat, izin tinggal yang belum memenuhi syarat, masa perkawinan 2 (dua) tahun, status agama anak, kurangnya sosialisasi pengangkatan anak WNI oleh WNA yang harus dengan izin Menteri Sosial, masih banyak pengadilan yang mengeluarkan putusan terhadapa pengangkatan anak WNI kepada WNA, serta pemantauan keadaan anak yang diangkat dan jaminan hukumnya.

Dalam hal pemantauan keadaan anak yang diadopsi oleh Warga Negara Asing (WNA) sampai tahun 1986 Departemen Sosial melakukan monitoring

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

ke negara dimana anak tersebut di adopsi. Adapun anggaran monitoring untuk anak-anak oleh anak-anak tersebut dimasukan ke dalam APBN yaitu dalam kegiatan monitoring dan evaluasi bagi anak-anak adopsi. Sejalan dengan hal tersebut sejak tahun 1992 karena dianggap kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang tidak sejalan dengan tujuan monitoring dan evaluasi dimaksud sehingga kegiatan tersebut dihapuskan dari APBN dengan menggantinya ke dalam suatu peraturan dimana anak tersebut sampai dengan umur 18 tahun tetap melapor ke KBRI setempat.

B. Saran

1. Disarankan kepada Pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial serta pihak terkait lainnya untuk memberikan informasi atau penyuluhan tentang pengangkatan anak di tiap-tiap daerah, sehingga dapat diketahui tentang proses pengangakatan anak Warga Negara Indonesai oleh Warga Negara Asing.

2. Pengangkatan anak antar negara di Indonesia tidak dilarang tapi sangat di batasi terutama diperlukan adanya jaminan dan kepastian yang menyakinkan bahwa kehidupan hari depan si anak akan lebih cerah, disamping itu kepentingan dan martabat bangsa serta agama tidak dirugikan karena pengangkatan anak.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

3. Perlunya dibuat suatu lembaga sistem informasi nasional dalam rangka pengangkatan anak sehingga tidak terjadi lagi penyimpangan dalam mengambil keputusan untuk pengangkatan anak.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Afandi, Ali, 1997, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

………, Hukum Keluarga, Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata(BW), Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

Dellyana, Shanty, 1988, Wanita dan Anak Dimata Hukum, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta.

Echols, Jhon M., dan Hasan Shadily, 1981, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Gautama, Sudargo, 1969, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Buku ketujuh, Jilid ketiga (bagian pertama), PT. Kinta, Jakarta.

Haar, B. Ter, 1991, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, PT. Pradnya Paramaja, Jakarta.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Hariadi, Tresna, 2004, Hak-Hak Anak Angkat dari Orang Tua Angkat Dalam Hukum Islam (Studi pada Pengadilan Agama Medan), Tesis, PPs-USU, Medan.

Jauhari, Iman, 2003, Hak-Hak Anak Dalam Hukum Islam, Pustaka Bangsa Press, Jakarta.

………, 2003, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Keluarga Poligami, Pustaka Bangsa Press, Jakarta.

Kartohadiprodjo, Soedirman, 1967, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Cetakan Kelima, PT. Pembangunan, Jakarta.

Martosedono, Amir, 1997, Tanya Jawab Pengangkatan Anak, Dahara Prize, Semarang.

Ritonga, A. Rahman, et-al., 2001, Ensiklopedia Hukum Islam, Editor H. Abdul Aziz Dahlan, et-al., Jilid Pertama, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta. S. Meliala, Djaja, 1982, Pengangkatan Anak (Adopsi) di Indonesia, Tarsito,

Bandung.

…….., tt, Pengangkatan Anak (Adopsi) di Indonesia, Tarsito, Bandung.

Satrio, J., 2000, Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak Dalam Undang- Undang, Bandung, Citra Aditya Bhakti.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Sitepu, Runtung, 2005, Metode Penelitian Hukum, Diktat Perkulihan Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

……., 20005, Kapita Selekta Hukum Adat, Bahan Kuliah, Program Studi S-2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soepomo., R., 1967, Hukum Perdata Adat Jawa Barat, Terjemahan Ny. Nani Soewondo, Djambatan, Jakarta.

Sudiyat, Iman, 1999, Hukum Adat Sketsa Adat, Liberty, Yogyakarta.

Tafal, B. Bastian, 1983, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat Serta Akibat- Akibat Hukumnya Dikemudian Hari, CV. Rajawali, Jakarta.

……., 1983, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat Serta Akibat-Akibat Hukumnya Dikemudian Hari, CV. Rajawali, Jakarta.

Wignjodipoero, Soerojo, 1995, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.

Zaini, Muderis, 1992, Adopsi: Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

……., 2002, Adopsi: Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Jauhari, Iman, 2005, “Kajian Yuridis Terhadap Perlindungan Hak-Hak Anak Dan Penerapannya (Penelitian di Kota Binjai, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang), Disertase, Sekolah Pascasarjana USU, Medan.

Ketentuan-Ketentuan Hukum Perdata Anak (Penelitian dan Saran-Saran), Badan Koordinasi Nasional Untuk Kesejahteraan Keluarga dan Anak ( BKN- KKA), Jakarta, 1972

Departemen Sosial Ri, 2005, Pedoman Pelaksanaan Pengangkatan Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, Jakarta.

Departemen Sosial RI, tt, Program Pengangkatan Anak (Child Adoption Program), Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, Jakarta.

BPHN, “Seminar Hukum Adat dan Pembinaan Hukum Nasional”, Kerjasama Badan Pembinaan Hukum Nasional dengan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Tanggal 15-17 Januari 1975, Yogyakarta, Kesimpulan.

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 yang telah dirubah menjadi Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Anak Bagi Anak Yang Mempunyai Masalah.

Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 82/ HUK/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial.

SEMA R.I. Nomor 6 Tahun 1983 tentang Penyempurnaan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 1979 tentang Pengangkatan Anak.

Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor 604 K/ Sip/ 1970 Tanggal 24 Maret 1971 Keputusan Kepala Badan Kesejahteraan Sosial Nasional Nomor: 01/ HUK/

BKSN/ 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kesejahteraan Sosial Nasional.

C. Majalah, Tabloid, Jurnal

Djojodiguno, 1961, Majalah Hukum Adat, Tahun II Nomor 1 dan 2.

Ginting, Malem, 1999, “Kedudukan Anak Angkat Dalam Warisan Menurut Hukum Adat”, Majalah Hukum, Edisi Agustus, Nomor 2 Tahun keempat, Medan: Fakultas Hukum USU.

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga

Hamdan, Rosni, 2000, “Tinjauan Yuridis Tentang Status Anak Angkat”, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Edisi Agustus Nomor 26 tahun X, Fakultas Hukum Unsyiah, Darussalam-Banda Aceh.

Hamzah, 1997, “Adopsi Menurut Ketentuan Hukum Adat”, Majalah Hukum, Edisi September, Nomor 1 Volume 2, Fakultas Hukum USU, Medan.

Nova No. 940/XIX Tanggal 5 Maret 2006

Sitepu, Runtung, 2004, “Fluralisme Hukum Mengenai Pengangkatan Anak di Indonesia”, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Nomor 39 Tahun XIV, Edisi Agustus 2004, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Darussalam-Banda Aceh.

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah yang penuh kasih dan setia. Atas berkat, penyertaan dan kekuatan dari-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul ”TINJAUAN YURIDIS

Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak (Adoptie) Warga Negara Indonesia Oleh Warga TERHADAP PENGANGKATAN ANAK (ADOPTIE) WARGA NEGARA

INDONESIA OLEH WARGA NEGARA ASING (SK MENTERI SOSIAL

RI NO.13 / HUK / TAHUN 1993 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGANGKATAN ANAK - STUDY di DINAS SOSIAL PROVINSI

SUMATERA UTARA”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan dengan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

9. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Chairuddin Lubis

10. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M. Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum USU,

Dokumen terkait