• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Terhadap Pihak Ketiga yang menerima Pengalihan Kredit pada PT. Oto Multiartha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

F. Akibat Hukum Terhadap Pihak Ketiga yang menerima Pengalihan Kredit pada PT. Oto Multiartha

Dalam KUHPerdata pengalihan hak secara resmi atau pengalihan resmi disebut dengan .novasi. yang dimaksud dengan novasi adalah penggantian perikatan lama dengan suatu perikatan yang baru.48 Novasi diatur dalam Bab IV butir IV Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur tentang hapusnya perikatan. Undang-Undang memberikan ketentuan khusus yang berkenaan dengan masalah novasi. Bila suatu masalah telah diatur secara khusus, maka berlakulah ketentuan umum tentang perikatan termasuk tentang hapusnya perikatan.

Pasal 1413 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ada 3 (tiga) macam jalan untuk melaksanakan pembaharuan hutang:49

1. Apabila seorang yang berhutang membuat suatu perikatan hutang baru guna orang yang menghutangkan kepadanya, yang menggantikan hutang yang lama, yang dihapuskan karenanya.

2. Apabila seorang berhutang baru ditunjuk untuk menggantikan seorang yang berhutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya.

3. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang berpiutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang yang berpiutang lama, terhadap siap si berhutang dibebaskan dari perikatannya.

48

Suharnoko & Hartati Endah, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessie, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 31.

49

Dalam pengalihan hak Kredit Pemilikan Rumah yang merupakan novasi ataupemindahan hutangnya kepada debitur baru sehingga dalam hal ini yang bergantiadalah debiturnya bukan krediturnya, maka dapat dikatakan merupakan novasi subyektif pasif.

Persyaratan pengalihan mobil hampir sama dengan syarat-syarat permohonan kepemilikan mobil, perbedaannya debitur lama mengajukan permohonan penerusan utang atau alih debitur. Setelah syarat-syarat terpenuhi, bank mengadakan wawancara dengan calon debitur baru dan bagi yang layak bank akan mengeluarkan Surat Persetujuan Alih Debitur. Berdasarkan surat perintah kerja dari bank inilah notaris akan membuat akta-akta yang berkaitan dengan proses alih debitur seperti halnya akad kredit.

Dalam praktek pelaksanaan peralihan hak akta-akta atau surat-surat yang dibuat adalah, berupa:

1. Akta notaril Pernyataan dari Pihak Pertama/Debitur Lama; 2. Akta notaril Novasi (Perjanjian Pembaharuan Hutang);

3. Akta notaril Perjanjian Kredit Mobil tidak keharusan dibuat dalam bentuk akta notaril, bisa saja berupa surat perjanjian Kredit mobil yang dibuat dibawah tangan memakai materai secukupnya dan dilegalisasi atau diwarmerking oleh notaris.

4. Akta Jual Beli dihadapan Notaris, Karena keadaan ekonomi atau keuangan si debitur baru yang tidak memungkinkan maka dalam proses peralihan jaminan/agunan berupa benda tidak bergerak yaitu tanah, sering dibuat akta notaril Pengikatan Jual Beli.

5. Akta notaril Surat Kuasa, dalam hal ini pihak pertama/debitur lama member kuasa kepada pihak kedua/debitur baru untuk mengambil sertipikat dari bank apabila kredit telah lunas.

Mengenai pasal pengalihan hak, dimana mereka menyadari bahwa perusahaan memiliki kekuasaan untuk melakukan penarikan kembali kendaraan dari tangan konsumen. Hanya apabila konsumen terlambat melakukan kewajibannya untuk membayar angsuran dengan tepat waktu dan memiliki hak untuk mencari konsumen baru atau pihak ketiga lainnya yang akan membayar utang konsumen lama agar mencegah terjadinya defisit didalam perusahaan akibat terjadinya kredit macet, dengan ketentuan serta syarat-syarat yang ditentukan oleh perusahaan.

Namun tidak sedikit juga responden yang tidak terlalu memperdulikan isi dari perjanjian saat menandatangani kontrak, bahkan ada beberapa yang tidak mengetahui baru mengetahui ataupun mengetahui tapi tidak mengerti maksud dan isi dari Undang-undang Perlindungan Konsumen. Padahal kredit menggunakan jasa pembiayaan konssumen banyak konsekuensi dan kemungkinan negatif atau resiko. Salah satu contohnya saat penandatanganan perjanjian, konsumen juga

akan diminta menandatangani “surat pernyataan bersama” dan “surat kuasa

untuk menarik atau mengambil kembali kendaraan”, sesudah itu kendaraan baru

akan diserahkan pada konsumen50 yang dapat digunakan apabila sepanjang berlakunya perjanjian tersebut konsumen tidak memindahtangankan mobil tanpa pemberitahuan pada perusahaan. Apabila konsumen melanggar, maka perusahaan

50

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya, PT Citra Aditya Abadi, Bandung, 2003, hlm. 221

dapat menarik kembali kendaraan Ketidaktahuan konsumen akan diperparah setelah kendaraan ditarik, mereka biasanya akan bingung bagaimana nasib sejumlah besar uang muka dan semua angsurannya yang telah dibayarkan. Karena itulah penting pemahaman dari konsuen mengenai pentingnya memahami terlebih dahulu isi dari perjanjian dan Undang-undang Perlindungan Konsumen.

Hak debitur baru/penerima pengalihan adalah menerima bukti-bukti kepemilikan barang jaminan bila kredit dinyatakan lunas. Setelah semua aplikasi dilengkapi dan diajukan kepada kreditur maka kreditur akan memproses awal lagi seperti pada permohonan kredit dengan diberlakukan suku bunga yang berlaku pada saat pengajuan kredit tersebut.

Permohonan kredit tersebut dapat ditolak ataupun disetujui, hal ini merupakan kewenangan dari kreditur, bila permohonan telah disetujui maka antara debitur lama dan debitur baru menandatangani surat pernyataan yang telah disediakan oleh pihak bank yang merupakan pelimpahan kewajiban yaitu meneruskan sisa kredit yang telah disetujui tersebut. Pengalihan hak adalah merupakan tindakan aktif dari debitur dalam hal ini debitur yang memiliki hak Kredit mobil untuk mengalihkan hak kreditnya kepada debitur baru.51

Tindakan aktif ini dapat berupa menjual kembali hak debitur dengan pengalihan kewajiban dari debitur lama kepada debitur baru. Novasi atau pembaruan hutang merupakan salah satu cara untuk menghapus atau mengakhiri suatu perjanjian. Novasi atau pembaruan hutang adalah suatu perjanjian baru yang menghapuskan perjanjian lama dan pada saat yang sama memunculkan perjanjian

51

Kartini Mulyadi, Gunawan Widjaya, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Tanggungan, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm. 65.

baru yang menggantikan perjanjian lama. Pasal 1413 KUHPerdata menetapkan ada 3 (tiga) macam cara untuk terjadinya novasi, yaitu:52

a. Novasi subyektif aktif adalah suatu perjanjian yang bertujuan mengganti kreditur lama dengan seorang kreditur baru.

b. Novasi subyektif pasif adalah suatu perjanjian yang bertujuan mengganti debitur lama dengan debitur baru dan membebaskan debitur lama dari kewajibannya. Hal ini dapat juga disebut dengan alih debitur.

c. Novasi obyektif adalah suatu perjanjian antara kreditur dengan debitur untuk memperbarui atau merubah obyek atau isi perjanjian. Pembaruan perjanjian ini terjadi jika kewajiban prestasi tertentu dari debitur diganti dengan prestasi lain. Novasi pada hakekatnya merupakan perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama maka perjanjian ikutannya seperti hak tanggungan tidak ikut beralih kepada perjanjian baru kecuali diperjanjikan secara tegas dalam perjanjian novasi, bahwa perjanjian ikutannya seperti hak tanggungan tidak hapus dan ikut beralih dengan terjadinya perjanjian novasi.

Tindakan hukum novasi mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:53 1. Sudah terlebih dahulu adanya hutang yang sah;

2. Terjadi suatu pergantian debitur atau pergantian kreditur; 3. Harus memenuhi syarat pembuatan kontrak;

4. Delegasi saja, belum merupakan novasi;

5. Dengan novasi, hak-hak istimewa dan jaminan hutang tidak beralih.

52

Pasal 1413 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

53

J. Satrio, 1999. Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Percampuran Hutang, Cet. 2, Alumni, Bandung. hlm. 124.

Bahwa dari tindakan-tindakan yang dilakukan debitur dengan persetujuan dari kreditur, maka ada beberapa konsekuensi yang terjadi, yang masing-masing dapat menguntungkan ataupun merugikan bagi kedua belah pihak bagi kreditur atau debitur dengan konsekuensinya adalah:54

a. Bila debitur yang berganti, debitur lama terbebas dari kewajibannya dan kreditur tidak dapat menagih kepada kreditur lama, kecuali jika ada kontrak garansi dari pihak debitur lama,

b. Bila kreditur yang berganti, maka hak-hak kreditur lama akan hapus dan kreditur lama tersebut tidak dapat lagi menagih kepada debitur,

c. Bila kreditur yang berganti, maka segala tangkisan yang semula dapat diajukan oleh debitur kepada kreditur lama, sekarang tidak dapat lagi diajukannya,

d. Bila hak accesoir atau hak yang semula melekat pada kontrak lama tidak ikut terbawa pada kontrak yang baru, kecuali dalam hal-hal sebagai berikut:

1) Jika debiturnya tetap dan hak accesoirnya diletakkan atas asset debitur tersebut,

2) Jika hak accesoir dan hak istimewa tersebut dengan tegas dipertahankan oleh kreditur.

3) Novasi antara kreditur dengan seorang debitur yang tanggung menanggung dengan beberapa debitur yang lain, membebaskan kewajiban debitur lainnya tersebut.

e. Novasi antara kreditur dengan debitur penjamin pribadi membebaskan penjamin pribadi dari kewajibannya. Akibat hukum novasi tersebut diatas memberikan suatu pengecualian dalam undang-undang yaitu:

1) Kreditur memperjanjikan bahwa dalam kasus seperti itu debitur lama tetap bertanggung jawab. Dengan kata lain disini ada perjanjian garansi antara kreditur dengan debitur lama, sehingga apa yang semula kelihatan sebagai penyimpangan, sebenarnya tidak demikian dalam kenyataannya.

2) Debitur baru pada saat pemindahan/delegasi sudah dalam keadaan pailit atau dalam keadaan kekayaannya merosot dan kreditur tidak tahu.

Berdasarkan wawancara dengan debitur Pada PT.Oto Multiartha adapun yang menjadi alasan masyarakat melakukan Peralihan Kredit mobil tanpa sepengetahuan PT.Oto Multiartha antara lain:55

1) Mudah dan cepat sehingga syarat-syarat seperti yang dibuat di PT.Oto Multiartha yang terasa membebani tidak perlu dipenuhi,

2) Hemat uang dan hemat waktu, bebas dari biaya administrasi atau tidak perlu mengeluarkan dana untuk biaya peralihan kredit seperti yang resmi dari bank,

3) Hanya menggunakan perjanjian yang dibuat dibawah tangan bermeterai cukup mengenai penerimaan uang sesuai kesepakatan dua pihak, pihak pertama telah menerima uang dari pihak kedua

Umumnya bila debitur terlambat dua bulan dari jangka waktu pembayaran yang telah ditentukan maka mobil harus ditarik, dengan alasan debitur tidak mempunyai itikad baik dikarenakan menunggak atau wanprestasi. Ketentuan tersebut dapat berbeda, apabila pada saat kurun waktu 7 atau 15 hari sejak pemberitahuan penunggakan pembayaran debitur telah konfirmasi pada perusahaan untuk meminta keringanan waktu pembayaran yang akhirnya menciptakan perjanjian berupa Surat Pernyataan Janji Bayar (SPJB), didalamnya berisikan kapan angsuran akan dibayarkan dengan jumlah total pembayaran dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak56

Untuk unit yang dipindahtangankan tanpa sepengetahuan atau tidak ada memberitahukan atau melaporkan terlebih dahulu pada PT Oto Multiartha maka obyek perjanjian atau mobil dapat ditarik dan dilaporkan pada pihak yang berwajib yaitu kepolisian dikarenakan tidak ada itikad baik dari pihak debitur dan melanggar ketentuan pasal 36 UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia bahwa Undang-undang memberikan ancaman pidana maksimal 2 (dua) tahun penjara bagi debitur yang mengalihkan jaminan kepada pihak ketiga tanpa seizin penerima fidusia.

56

Wawancara dengan Bapak Pandji Sudibyo, Credit Marketing Officer PT. Oto Multiartha Cabang Medan, Tanggal 2 Oktober 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

1. Bentuk perjanjian kredit dengan pengalihan mobil kepada pihak ketiga Kebanyakan orang menganggap bahwa proses oper kredit cukup dilakukan antara dua pihak, yaitu pihak yang mengoper dan pihak yang menerima operan tanpa melibatkan pihak kreditur (bank/leasing) yang memberikan fasilitas pendanaan. Bentuk perjanjian pun seringkali dibuat dibawah tangan bahkan kadang-kadang hanya perjanjian lisan saja

2. Perlindungan yang dapat dilakukan oleh debitur baru selaku pembeli mobil yang menerima pengalihan kredit secara di bawah tangan guna menjamin pembelian objeknya tersebut agar dapat menjadi haknya secara formal, antara lain sebagai berikut:Sebelum terjadinya pengalihan kredit secara di bawah tangan, terlebih dahulu debitur pertama diberi kesempatan untuk menyelesaikan segala kewajibannya, terutama yang terkait dengan pembayaran angsuran kredit yang wajib dibayar tiap bulannya kepada pihak PT. Oto Multiartha. Dalam hal ini, debitur selaku pihak yang melakukan perjanjian kredit dengan PT. Oto Multiartha hendaknya melaksanakan dan menyelesaikan segala sesuatu yang menjadi kewajibannya. Pembeli (debitur baru) sebaiknya melakukan balik nama kenderaan bermotor melalui proses alih debitur secara resmi. Alih debitur tersebut dapat dilakukan dengan membuktikan terlebih dahulu keabsahan perjanjian tersebut dan apabila perjanjian tersebut dapat terbukti, maka

proses alih debitur dapat dilaksanakan di hadapan pejabat yang berwenang. Memberikan informasi yang jelas dan terperinci mengenai segala risiko yang dapat merugikan pembeli (debitur baru). Risiko tersebut dapat berupa proses panjang yang harus dipenuhi dalam melakukan proses bea balik nama kenderaan bermotor. Apabila pembeli (debitur baru) telah melunasi seluruh kewajiban hutang atas nama debitur pertama dan telah menerima pernyataan lunas dari PT. Oto Multiartha, maka debitur baru pada waktu akan mengambil dokumen-dokumen seperti BPKB harus dapat menunjukkan Akta Notariil yang didalamnya menyatakan bahwa telah terjadi pemindahan dan pengalihan hak atas Mobil dari debitur pertama kepada debitur baru yang menerima pengalihan kredit tersebut. 3. Akibat hukum dari proses peralihan kredit tersebut adalah berakhirnya

hubungan hukum antara kreditur awal dengan debitur. Objek jaminan yang akan dijaminkan harus dilakukan roya terlebih dahulu dan kemudian baru dibebani jaminan.

D. Saran

1. Bagi konsumen, agar lebih teliti, membaca dan memahami isi dari perjanjian sebelum menandatangani kontrak pembiayaan, sehingga tidak terjadi lagi kasus wanprestasi yang dilakukan oleh konsumen.

2. Bagi pemerintah, agar lebih berperan aktif dalam melakukan pengawasan jalannya peraturan perundang-undangan dan meninjau kembali Undang-Undang Perlindungan Konsumen agar mudah dilaksanakan, serta memberikan penyuluhan hukum terhadap perusahaan sebagai pihak yang memiliki kedudukan penting dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat

dan masyarakat sebagai konsumen agar mengerti akan hak-hak yang dimilikinya.

3. Bagi perusahaan, diharapkan lebih cermat dalam membuat klausula dalam perjanjian agar tidak melanggar ketentuan Pasal 18 UUPK, lebih cermat saat melakukan analisa karakter dan kemampuan konsumen dalam membayar angsuran, serta saat penandatanganan perjanjian harusnya perusahaan menjabarkan dengan lebih terperinci mengenai kewajiban konsumen, tanggal jatuh tempo angsuran, denda dan larangan memindahtangankan atau menjual barang sebelum angsuran lunas.

Achmad Busro, 1985, Hukum Perikatan, Semarang, Oetama

Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, Bandung, Penerbit Alumni _____________, 2002, Hukum Perikatan, Bandung, Citra Aditya Bakti. Abdul Halim Barkatullah, 2010, Hak-Hak Konsumen, Bandung, Nusa Media. Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen,

Jakarta, PT Raja Grafindo Persada

Badrulzaman Mariam Darus, 1991, Perjanjian Kredit Bank, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Fuady Munir, 1995, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, Bandung, Citra Aditya Bakti.

___________, 2002, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.

___________, 2003, Hukum Kontrak (dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Buku Kedua, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Hasanuddin Rahman, 1995, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2012, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, Penerbit Salemba Empat.

J. Satrio, 1999. Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Percampuran Hutang, Cet. 2, Bandung, Alumni.

Kartini Mulyadi, 2005, Gunawan Widjaya, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Tanggungan, Jakarta, Prenada Media

Kasmir, 2008, Manajemen Perbankan Edisi Revisi 2008, Jakarta, Rajawali Pers. Meliala A. Qiram Syamsudin, 1985, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta

Perkembangannya, Yogyakarta, Liberty.

Patrik Purwahid, 1986, Asas-asas Itikad Baik dan Kepatutan Dalam Perjanjian, Semarang, Badan Penerbit UNDIP.

____________, 1994, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan yang lahir dari perjanjian dan dari Undang-Undang), Bandung, Mandar Maju.

Prajitno Andi, 2008, Hukum Fidusia Problematika Yuridis Pemberlakuan Undang-Undang No.42 Tahun 1999, Malang, Bayu Media.

Projodikoro R. Wiryono, 2003, Asas-asas Hukum Perjanjian, Bandung, Sumur.

Rivai M., 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan : Dari Teori Ke Praktik. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Salim H.S., 2006, Hukum Kontrak, Jakarta, Sinar Grafika.

Setiawan R., 1994, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung, Bina Cipta.

Shofie Yusuf, 2003, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya, Bandung, PT Citra Aditya Abadi.

Soekanto Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Cet.III, Jakarta, UI Press. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 1989, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

Jakarta, Pradnya Paramita.

_______, 1986, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung, Alumni.

_______, 1995, Aneka Perjanjian, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. _______, 1997, Hukum Perjanjian, Jakarta, PT. Intermesa.

Suharnoko & Hartati Endah, 2006, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessie, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.

Sunaryo, 2008, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta, Sinar Grafika.

Sutarno, 2003, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung, Alfabeta.

B. Peraturan Perundang-Undangan