• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DALAM PERJANJIAN

A. Akibat Ingkar Janji (Wansprestasi)

Menurut Pasal 1234 KUHPerdata yang dimaksud dengan prestasi adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu dan tidak melakukan sesuatu, sebaliknya dianggap wanprestasi bila seorang:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat

d. Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukannya.

Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi, pembatalan kontrak, peralihan risiko, maupun membayar biaya perkara.75 Wanprestasi atau dikenal dengan istilah ingkar janji, yaitu kewajiban dari debitur untuk memenuhi suatu prestasi, jika dalam melaksanakan kewajiban bukan terpengaruh karena keadaan, maka debitur dianggap telah melakukan ingkar janji.76

Dalam kehidupan bermasyarakat terkait lahirnya suatu perjanjian perlu dijaga prinsip umum berlakunya hukum perjanjian. Dengan demikian antara hak dan kewajiban para pihak akan terlindungi. Apabila hak dan kewajiban tidak dijalankan sebagaimana mestinya oleh salah satu pihak, maka terjadi konflik kepentingan yaitu terdapat ingkar janji atau wanprestasi. Apabila terjadi ingkar

75 Abdul R. Saliman, Op.Cit, hal 41

76 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hal 53

janji atau wanprestasi diperlukan instrumen hukum perjanjian untuk menyelesaiannya bahkan penyelesaiannya memerlukan putusan hakim.77 Wanprestasi adalah suatu peristiwa atau keadaan, di mana debitur tidak telah memenuhi kewajiban prestasi perikatannya dengan baik, dan debitur punya unsur salah atasnya.78

Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestasi buruk.79 Klausula wanprestasi merupakan suatu hal yang penting untuk dicantumkan dalam suatu perjanjian. R. Subekti menguraikan arti dari kata wanprestasi sebagai berikut: “Apabila si berutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikan akan dilakukannya, maka dikatakan bahwa ia melakukan wanprestasi. Ia adalah alpa atau lalai atau bercidera janji. Atau juga ia melanggar perjanjian, yaitu apabila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.” 80

Pengertian umum mengenai wanprestasi adalah suatu keadaan dimana si berutang tidak melakukan apa yang dijanjikan untuk dilakukan atau melanggar perjanjian dalam hal diperjanjikan bahwa si Debitur tidak boleh melakukan sesuatu hal, sedangkan ia telah melakukannya”.81 Wanprestasi sebagai “ketiadaan suatu prestasi”, dimana prestasi yang dimaksudkan disini adalah prestasi dalam Hukum Perjanjian yang berarti sebagai suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Istilah “ketiadaan pelaksanaan janji” untuk wanprestasi.82

77 Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan, Jakarta : Penerbit Prestasi Pustaka Publisher, 2012, hal 50-77

78 J. Satrio, Wanprestasi Menurut KUHPerdata, Doktrin, dan Yurisprudensi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2012, hlm 3

79 R. Subekti, Op.Cit, hal. 45.

80Ibid

81 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia. Jakarta: Pustaka Yustisia. 2009, hal 40

82 Wirjono Prodjodiko, Op.Cit, hal 38

Wanprestasi adalah kelalaian debitur untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Untuk menentukan kapan seseorang harus melakukan kewajibannya dapat dilihat dari isi perjanjian yang telah dibuatnya.

Dalam perjanjian biasanya diatur kapan seseorang harus melaksanakan kewajibannya, seperti menyerahkan sesuatu barang atau melakukan sesuatu perbuatan. Apabila debitur tidak melakukan apa yang diperjanjikannya, maka ia telah melakukan wanprestasi. Seseorang dianggap alpa atau lalai atau ingkar janji atau juga melanggar perjanjian apabila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.83

Prestasi atau yang dalam Bahasa Ingris disebut juga dengan istilah

“performance” dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah mengingatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana sesuai dengan “term” dan “condition” sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan. Sementara itu, dengan wanprestasi (default atau non fulfilment, ataupun yang disebutkan juga dengan istilah breach of contract) yang dimaksudkan adalah tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang dimaksudkan dalam kontrak yang bersangkutan.84

Menurut penjelasan salah satu staf PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan, menjelaskan penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit tanpa agunan pada PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan, yaitu : staff kredit melakukan teguran melalui telpon,Teguran ini dilakukan secara kekeluargaan dengan cara

83Ibid, hal. 28.

84 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 87-88

menghubungidan memberitahukan kepada debitur bahwa kreditnya telah jatuh tempo. Pemberian surat peringatan satu dan dua. Memperpanjang jangka waktu kredit, debitur yang sudah jatuh tempo tetapi berusaha untuk melunasi kreditnya maka akan diberikan perpanjangan waktu oleh koperasi agar debitur mempunyai waktu lebih lama mencari penyelesaian yang lebih menguntungkan. Penurunan suku bunga, penurunan suku bunga merupakan persyaratan kembali yang telah dipertimbangkat oleh pihak koperasi untuk mengurangi kerugian. Pembebasan denda, upaya lainnya seperti pembebasan denda juga dapat ditempuh oleh pihak koperasi, akan tetapi pihak koperasi tetap menagih unggakan pokok dan bunganya.

Pemberhentian dari anggota, pemberhentian dari anggota dilakukan jika debitur sudah tidak dapat ditemui lagi sehingga langkah terakhir yang ditempuh adalah dengan menarik simpanan pokok dan simpanan wijabnya untuk membatu menutupi tunggakan pokok.

Dalam pelaksanaan perjanjian tidak tertutup kemungkinan terjadinya pengingkaran perjanjian, yang lazimnya dalam bahasa hukum dikenal dengan istilah wanprestasi diartikan sebagai kelalaian debitur untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Dengan demikian akibat hukum bagi pihak yang melakukan wanprestasi dapat berupa gugatan oleh pihak yang dirugikan.Akan tetapi perlu diingat bahwa wanprestasi tidak terjadi serta merta pada saat debitur lalai memenuhi kewajibannya. Hal tersebut baru dianggap terjadi, apabila sudah ada teguran berupa somasi pernyataan lalai dari pihak kreditur kepada debitur.Tenggang waktu tersebut berkaitan dengan asas itikad baik yang tertulis dalam pasal 1338 ayat 3 yang berbunyi “suatu perjanjian

harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Ada empat akibat apabila terjadi wanprestasi

1. Perikatan tetap ada

2. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur pasal 1243 KUH perdata

3. Beban risiko beralihuntuk kerugian debitur jika halangan itu timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesenjangan atau kesalahan besar dari pehak kreditur, oleh karena itu debitur tidak dibenarkan untuk berpegang pada keadaan memaksa.

Jika perikatan lahir dari perikatan timbal balikkreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya memberi kontra prestasi dengan menggunakan pasal 1266 KUH perdata. Disamping debitur harus menanggung hal tersebut diatas, maka yang dapat dilakukan kreditur dalam menghadapi debitur yang wanprestasi ada lima kemungkinan sebagai berikut pasal 1276 KUH perdata

1. Memenuhi melaksanakan perjanjian

2. Memenuhi perjanjian disertai keharusan membayar ganti rugi 3. Membayar ganti rugi

4. Membatalkan perjanjian, dan

5. Membatalkan perjanjian disertai ganti rugi.

Namun selain hal diatas perlu juga diingat mengenai ketentuan pasal 1266 KUHPerdata yang berisikan: “syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi pembatalannya harus dimintakan kepada hakim. Permintaan ini juga harus

dilakukan meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya perjanjian dinyatakan dalam perjanjian. Jika syarat batal tidak dimintakan dalam perjanjian, hakim adalah leluasa untuk menurut keadaan atas permintaan sitergugat memberikan jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya, namun jangka waktu tidak boleh lebih dari satu bulan.” Ketentuan dari pasal diatas berkaitan dengan perlindungan konsumen, oleh karena itu dapat dilihat bahwa pembatalan perjanjian tidak boleh dibatalkan secara sepihak, namun dimintakan pembatalan kepengadilan. Dengan demikian kita harus menggugat untuk wanprestasi atau ingkar janji.

Pemberian fasilitas kredit oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk melalui pemberian kartu kreditnya hanya dijamin dengan jaminan umum, sehingga berkedudukan sebagai kreditur konkuren, ini berarti bahwa di dalam pengambilan pelunasan tagihan kredit apabila debitur (pemegang kartu kredit BNI) wanprestasi kreditur harus bersaing dengan kreditur lain, konsekwensinya apabila ternyata kekayaan debitur lebih kecil dari pada hutangnya, maka penyaluran fasilitas kredit itu tidak mendapat pelunasan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan dalam pemberian fasilitas kredit tersebut tidak diikat dengan jaminan kebendaan secara khusus.85

Dokumen terkait