• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DALAM PERJANJIAN

C. Eksekusi Kredit Tanpa Agunan

Kredit yang diberikan adalah kredit untuk personal dan bukannya berupa kredit untuk korporasi. Hubungan hukum yang berupa suatu perikatan pihak bank yang mengeluarkan kredit tanpa agunan (Bank) bermula sejak anda menandatangani aplikasi kredit tanpa agunan dan disetujui oleh Bank, dimana sering ditemukan ketentuan mengenai pernyataan atau persetujuan dari pemohon kredit untuk menerima dan mengikatkan diri untuk tunduk dan mematuhi semua syarat dan ketentuan baik yang berlaku saat ini dan/atau di kemudian hari menurut kebijaksanaan dari Bank, termasuk juga untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas semua tagihan.

Pada saat aplikasi anda disetujui oleh pihak Bank maka semua persetujuan mengenai hak, kewajiban serta syarat yang terdapat dalam aplikasi kredit tersebut secara sah telah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, yaitu anda dan Bank. Hal ini diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer).

Pada dasarnya perjanjian kredit dapat kita bagi atas perjanjian kredit yang memiliki agunan dan perjanjian yang tidak/tanpa agunan. Persoalan agunan ini berkaitan dengan ketentuan pasal 1131 dan 1132 KUHPer. Kedua pasal ini membahas tentang piutang-piutang yang diistimewakan. Pasal 1131 mengatakan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak,

92 Rudyanti Dorotea Tobing, Op.Cit, hal 110

baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. Dan pasal 1132 mengatakan bahwa kebendaan teersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapaan penjualan benda-benda itu dibagi-bagikan menurut keseimbangan, yaitu menurut besar-kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para piutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.

Pihak bank biasanya dalam memberikan kredit akan menentukan terlebih dahulu apa yang menjadi jaminan atau agunan dari kredit yang dikeluarkan, misalnya dalam kredit pembelian kendaraan yang menjadi agunan biasanya adalah BPKB dari kendaraan tersebut. Buat pihak bank dengan ditentukan dari awal tentang apa yang menjadi jaminan terhadap kredit yang diberikan akan memudahkan bagi bank untuk melakukan eksekusi bila terjadi wanprestasi karena sudah tertentu apa yang menjadi agunannya.

Untuk Kredit tanpa agunan, karena pihak bank tidak menentukan dari awal apa yang menjadi agunannya, maka berdasarkan pasal 1131 dan 1132 KUHPer, harta kekayaan milik dari debitur seluruhnya menjadi jaminan terhadap jumlah utang yang harus dibayarkan oleh debitur. Sehingga dasar dari Bank melakukan eksekusi apabila debitur wanprestasi adalah kedua pasal tersebut, pasal 1131 san 1132 KUHPer.

Pada prinsipnya eksekusi terhadap kredit macet dilakukan karena debitur melakukan wanprestasi eksekusi dilakukan dengan jalan lelang. Pasal 1 Vendu Reglement, digunakan istilah penjualan di muka umum. Penjualan dimuka umum adalah: "Pelelangan dan penjualan barang, yang diadakan dimuka umum dengan

penawaran harga yang makin meningkat, dengan persetujuan yang semakin menurun atau dengan pendaftaran harga, atau di mana orang-orang yang diundang atau sebelunmya sudah diberitahu tentang pelelangan atau penjualan atau kesempatan yang diberikan kepada orang-orang yang berlelang atau yang membeli untuk menawar harga, menyetujui harga atau mendaftarkan".93 Pada prinsipnya eksekusi terhadap kredit macet dilakukan lewat pelelangan di muka umum.

Penjualan umum adalah: "Alat untuk mengadakan perjanjian atau persetujuan yang paling menguntungkan untuk si penjual dengan cara menghimpun para pemuat.94

Dasar bagi Bank Penerbit untuk melakukan bila terjadi eksekusi tentunya adalah perjanjian yang dibuat pada awalnya suatu perikatan teradi, yaitu dimana permohonan aplikasi permohonan kredit yang anda ajukan disetujui oleh pihak Bank Penerbit. Bila anda wanprestasi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian tersebut, misalnya adanya keterlambatan pembayaran dari pengguna fasilitas kredit.95 Pengaturan eksekusi tersebut dapat didasarkan pada Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata, yang menjelaskan atas kesepakatan para pihak dalam menjalankan masing-masing prestasinya.

Adapun upaya non hukum yang dilakukan oleh pihak bank dalam penyelesaian kredit macet tersebut secara administratif guna penyelematan kredit pada PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan. Tindakan yang PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan lakukan ini memiliki beberapa tahapan dalam proses penyelesaian kredit macet, dan tahapan berdasarkan hasil yang penulis dapatkan dari wawancara dengan pihak bank sebagai berikut :

93. H. Salim HS, Op.Cit, hal. 237

94 J. Satrio, Op.Cit, hal.45

95 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2812/kredit-tanpa-agunan

a. Soft Collection

Bagi nasabah yang melampaui batas pembayaran lebih dari 31 hari sampai 60 hari atau dua kali nunggak pembayaran akan mendapatkan penagihan yang dilakukan oleh Soft Collection (SC). Melihat pada tahapan Soft Collection pihak PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan melakukan bantuan untuk mempermudah penyelesaian kredit oleh debitor, yang berupa sebagai berikut

1) Restruktur Pemanjangan masa kredit dengan penghitungan yang dimulai dari kekurangan pembayaran hutang debitor.

2) Pelunasan Sebagian memberikan penawaran untuk pelunasan hutang yang tersisa dengan pembayaran semampunya dan untuk sisa yang belum terbayarkan tersebut di perpanjang kembali masa kreditnya.

b. Full Collection

Penagihan yang dilakukan oleh pihak bank dalam batas waktu 61 hari hingga 90 hari masa tenggak waktu pembayaran. Penagihan tersebut sebagai langkah kedua pihak bank guna mendapatkan piutangnya kembali, dan tetap dilakukan secara kekeluargaan sebagai solusi yang di lakukan oleh PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan.

c. Pelaporan dalam Daftar Hitam Tindakan ini merupakan hal terakhir pihak Bank yang lakukan, meskipun tetap adanya kerugian yang terjadi dengan sisa kekurangan pembayaran kredit macet oleh debitor.96

Pelaksanaan Eksekusi KTA apabila debitor wanprestasi dalam perjanjian kredit, bahwa pihak bank tidak langsung melakukan eksekusi, akan tetapi tetap berusaha melakukan pendekatan persuasive terhadap nasabah. Pendekatan ini dilakukan agar sedapat mungkin diperoleh penyelesaian kredit bermasalah secara damai tanpa melalui eksekusi.97

96 Hasil Wawancara dengan Rico Rizal Budidarmo yang menjabat sebagai Penyelia Analisis Kredit dan Penyelia Mailing Room PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 14 Februari 2019 pukul 10.48 Wib

97 Wawancara dengan Setyowati Harahap yang menjabat sebagai Penyelia Administratif dan Asisten Administratif PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 18 Februari 2019 pukul 11.45 Wib

BAB IV

UPAYA PENYELESAIAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PT. BNI (PERSERO) Tbk CABANG MEDAN TERHADAP NASABAH

(PENERIMA KREDIT) YANG BERMASALAH

A. Penyebab Terjadinya Kredit Macet dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan

Kredit macet adalah kredit yang sejak jatuh tampo tidak dapat dilunasi oleh debitur sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian.98 Kredit macet adalah bagian dari kredit bermasalah.99 Kredit bermasalah (nonperforming loan) merupakan risiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank.

Risiko tersebut berupa keadaan dimana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya.100

Kredit macet dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor integral maupun eksternal. Adapun faktor internal penyebab timbulnya kredit macet yaitu kebijakan perkreditan yang ekspansif, penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan, itikad kurang baikari pemilik, pengurus atau pegawai bank, lembahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya sistem informasi kredit macet. Sedangkan faktor eksternal penyebab timbulnya kredit macet adalah kegagalan usaha debitor, musibah terhadap debitor atau terhadap kegiatan usaha debitor, pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitor serta menurunkan kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit.101

Kredit macet disebabkan oleh beberapa faktor-faktor antara lain adalah 1. Faktor Intern antara lain :

a. Kredit yang diberikan tidak sepenuhnya digunakan untuk usaha.

b. Debitur kurang mampu mengelola usahanya.

98 Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 184

99 R. Serfianto, Iswi Hariyani dan Cita Yustisia Serfiani, Untung dengan Kartu kredit, Kartu ATM-Debit & Uang Elektronik, Penerbit Visimedia, Jakarta, 2012, hal 248

100 Hermansyah, Op.Cit, hal 75

101 Rachmadi Usman, Op.Cit, hal 259

c. Persaingan usaha yang semakin ketat, menyebabkan debitur kalah bersaing

Sedangkan Faktor ekstern yang meyebabkan kredit macet adalah kondisi perekonomian saat ini sehingga akan mempengaruhi pendapatan debitur.102 Biasanya penyebabnya usaha debitur tidak berjalan lancar karena kondisi perekonomian, kalah bersaing, tidak dapat mengatur pendapat dan pemasukan secara baik.103

Pemberian Kredit Tanpa Agunan (BNI Fleksi) pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, juga tidak terlepas dari resiko, antara lainnya adalah terjadi kredit macet. Dimana yang sering menjadi penyebab para nasabah debitur mengalami kredit macet tersebut adalah ada yang diakibatkan oleh kesengajaan nasabah debitur dan ada yang tejadi karena ketidaksengajaan nasabah debitur. Yang menjadi faktor kesengajaan dari nasabah debitur yaitu nasabah debitur melakukan pindah payroll (pindah rekening tabungan untuk pembayaran utang). Sedangkan yang menjadi penyebab kredit macet karena ketidaksengajaan dari nasabah debitur yaitu karena berhenti dari pekerjaannya, dan karena dipecat dari pekerjaannya/di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).104

PT Bank Negara Indonesia (Persero) sebagai bank pemerintah apabila ada kredit yang dinyatakan macet, penagihannya juga bisa melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara, atau Prosedur Balik Nama, yaitu dengan melakukan

102 Hasil Wawancara dengan Rico Rizal Budidarmo yang menjabat sebagai Penyelia Analisis Kredit dan Penyelia Mailing Room PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 14 Februari 2019 pukul 10.36 Wib

103 Hasil Wawancara dengan Setyowati Harahap yang menjabat sebagai Penyelia Administratif dan Asisten Administratif PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 18 Februari 2019 pukul 11.50 Wib

104Hasil Wawancara dengan Rico Rizal Budidarmo yang menjabat sebagai Penyelia Analisis Kredit dan Penyelia Mailing Room PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 14 Februari 2019 pukul 10.48 Wib

balik nama atas benda milik debitur kemudian nanti dijual lelang oleh bank dan hasilnya diambil sebagai pelunasan utang debitur.

Penyebab terjadinya kredit macet dalam perjanjian Kredit Tanpa Agunan PT Bank Negara Indonesia (Persero) adalah karena debitur melakukan pindah payroll (memindahkan rekening tabungan/rekening gaji yang digunakan untuk pembayaran utang) dan karena debitur berhenti dari pekerjaannya atau dipecat dari pekerjaannya.105

B. Perlindungan Hukum bagi Nasabah dalam Pemberian Kredit Tanpa Agunan

Perlindungan hukum di dalam pemberian kredit, maka tidak akan terlepas dari perjanjian pemberian kredit yang telah disetujui oleh para pihak. Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (atau disebut juga Asas Pacta Sunt Servanda), selain itu dalam perjanjian kredit yang telah disepakati tersebut juga terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, sehingga para pihak yang telah mengikatkan dirinya dalam perjanjian tersebut dapat mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan.106 Perlindungan hukum dalam transaksi perbankan merupakan hal yang patut

105 Hasil Wawancara dengan Setyowati Harahap yang menjabat sebagai Penyelia Administratif dan Asisten Administratif PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 18 Februari 2019 pukul 11.55 Wib

106 Hasil Wawancara dengan Rico Rizal Budidarmo yang menjabat sebagai Penyelia Analisis Kredit dan Penyelia Mailing Room PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 14 Februari 2019 pukul 10.48 Wib

dikedepankan agar kepentingan para pihak dapat terlindungi. Wujud perlindungan hukum pada dasarnya merupakan upaya penegakan hukum.107

Kredit bermasalah (non performing loan) merupakan resiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank. Resiko tersebut berupa keadaan dimana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Kredit bermasalah (non performing loan) di perbankan itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya ada kesengajaan dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses kredit, kesalahan prosedur pemberian kredit, atau disebabkan oleh faktor lain seperti faktor makro ekonomi. Kredit dikategorikan sebagai kredit bermasalah (non performing loan) apabila kualitas kredit tersebut tergolong pada tingkat kolektibilitas kurang lancar, diragukan, atau macet. Untuk kredit bermasalah yang bersifat nonstruktural, pada umumnya dapat diatasi dengan langkah-langkah restrukturisasi berupa penurunan suku bunga kredit, perpanjangan jangka waktu, pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan tunggakan pokok kredit, penambahan fasilitas kredit, dan/atau konversi kredit menjadi penyertaan sementara.108

Dalam pemberian Kredit Tanpa Agunan (BNI Fleksi), apabila permohonan kredit debitur telah memperoleh persetujuan dari C&R Loan Center PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan, maka kredit baru dapat dicairkan apabila calon nasabah debitur memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Pemohon menyerahkan dokumen asli jaminan dan dokumen administrasi berupa:

107 Johannes Ibrahim, Df/ema/is Penerapan UU Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan antara Perlindllngan Hukllm dan Kejahatan Perbankan, lurnal Hukum Bisnis, Volume 24 Namor I Tahun 2005: 43.

108 Hermansyah, Op.Cit, hal.75.

a. Asli Kartu Jamsostek (BPJS Ketenagakerjaan) b. Asli Ijazah terakhir

c. Pemohon dan pasangan menandatangani ulang aplikasi kredit

d. Menandatangani Surat Pernyataan bahwa pemohon tidak berkeberatan apabila bank menghubungi pemohon atau atasan pemohon apabila pemohon wanprestasi terhadap perjanjian kredit yang telah didudukkan e. Menyerahkan surat pernyataan diatas materai untuk tidak memindahkan

rekening afiliasi gaji ke bank lain atau mengambil secara tunai dan memberi kuasa kepada BNI untuk melakukan pendebetan/memotong gaji melalui bendaharawan jika terjadi tunggakan

f. Surat Kuasa pemblokiran rekening afiliasi sebesar saldo minimal afiliasi ditambah 1 kali angsuran (pokok+bunga) samapai dengan kredit dinyatakan lunas oleh BNI

g. Membawa asli KTP (pemohon dan suami/istri), Kartu Keluarga, Akte Perkawinan, buku tabungan, dan NPWP dan materai 10 lembar

h. Perjanjian Kredit telah ditandatangani oleh pemohon dan pasangan pemohon.

2. Pemohon telah ditutup Asuransi Jiwa pada perusahaan asuransi yang ditunjuk BNI.

3. Pemohon telah membuka rekening Taplus dengan minimal saldo blokir sampai dengan pinjaman lunas sebesar 1 (satu) kali angsuran.

Dari ketentuan di atas dapat dilihat bahwa apabila nasabah debitur melakukan kelalaian, tidak mampu, dan tidak mau mengembalikan pinjamannya setelah jangka waktu yang sudah ditentukan, maka Bank Negara Indonesia telah

memperoleh perlindungan hukum melalui dokumen-dokumen serta akta-akta sebagaimana ketentuan yang terdapat dalam persyaratan pencairan BNI Fleksi.

Akta-akta dalam perjanjian kredit BNI Fleksi ini dibuat untuk mempermudah kreditur untuk menyelesaiakan masalah apabila kredit yang diberikan tersebut bermasalah atau bila nasabah debitur melakukan wanprestasi.

Dilihat dari jenisnya, akta-akta dalam perjanjian kredit tersebut diatas adalah akta dibawah tangan, dimana akta tersebut hanya dibuat oleh masing-masing pihak terkait, sehingga akta dibawah tangan ini baru mempunyai kekuatan materiil atau kekuatan hukum pembuktian seperti akta otentik jika tanda tangan para pihak yang tertera pada akta diakui oleh masing-masing pihak yang menandatangani akta itu. Namun apabila akta dibawah tangan itu dibantah oleh salah satu pihak maka pihak yang lain dapat mencari bukti tambahan (misalnya saksi-saksi) untuk membuktikan bahwa akta tersebut benar-benar ditandatangani oleh pihak yang membantah. Selain perlindungan hukum seperti yang dibahas sebelumnya, apabila nasabah debitur melakukan wanprestasi dalam hal tidak melakukan pembayaran hutangnya sehingga mengakibatkan terjadinya kredit macet, maka kreditur dapat melakukan langkah penyelesaian kredit melalui gugatan ke Pengadilan Negeri.109

Hal ini karena secara umum bank telah diberikan perlindungan hukum sesuai dengan ketentuan hukum yang tercantum di dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dimana dalam Pasal 1131 ditetapkan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak

109 Hasil Wawancara dengan Setyowati Harahap yang menjabat sebagai Penyelia Administratif dan Asisten Administratif PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 18 Februari 2019 pukul 11.55 Wib

bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. Sedangkan pada Pasal 1132 menetapkan kebendaan tersebut (yang terdapat pada pasal 1131) menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya, dimana pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing kecuali apabila ada diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.

Perlindungan hukum dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlindungan preventif dan perlindungan represif. Pada perlindungan hukum preventif dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit. Perlindungan preventif tersebut sudah terdapat dalam ketentuan Pasal 8 UU Perbankan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitor.110 Penilaian tersebut sangat berguna untuk mengetahui itikad baik dan kemampuan calon debitor dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat dan atau ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah diatur dalam perjanjian kredit.111

Dalam praktiknya PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan memberikan fasilitas kredit tanpa agunan. Dalam pemberiannya, pihak PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan memintakan beberapa persyaratan yang tujuannya untuk

110 Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

111 Hasil Wawancara dengan Rico Rizal Budidarmo yang menjabat sebagai Penyelia Analisis Kredit dan Penyelia Mailing Room PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 14 Februari 2019 pukul 10.55 Wib

menimbulkan kepercayaan terhadap calon debitor, seperti pemohon fasilitas kredit hanyalah nasabah PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan.112

Kemudian melewati tahapan analisis kredit secara mendalam terhadap calon debitor. Tahap ini akan menentukan apakah calon debitor layak atau tidak untuk menerima fasilitas kredit tanpa agunan. Namun Kepercayaan yang ditimbulkan dari beberapa persyaratan yang diberikan PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan meniadakan adanya suatu agunan. Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan yang timbul dari PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan memiliki kekurangan dalam perlindungan hukum bagi kreditor.113

Dari penjelasan di atas dapat diketahui telah terdapat perlindungan hukum preventif dimana PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan dalam memberikan kredit tanpa agunan melakukan tahapan analisis kredit secara mendalam terhadap calon debitor. Hal tersebut sesuai dengan amanat Pasal 8 UU Perbankan. Tahap ini akan menentukan apakah calon debitor layak atau tidak untuk menerima fasilitas kredit tanpa agunan. Hal ini sebagai bentuk perlindungan hukum preventif bagi PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan.

Kredit tanpa agunan sangat membahayakan posisi bank, mengingat jika nasabah mengalami suatu kemacetan akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Kemudian akan berdampak pada perlindungan kreditor dalam perjanjian kredit tersebut. Kredit macet yang terjadi di Bank Danamon Balikpapan antara tahun 2012-2015 mencapai Rp 3.000.000.000 dan yang dapat

112 Hasil Wawancara dengan Setyowati Harahap yang menjabat sebagai Penyelia Administratif dan Asisten Administratif PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 18 Februari 2019 pukul 11.36 Wib

113Hasil Wawancara dengan Rico Rizal Budidarmo yang menjabat sebagai Penyelia Analisis Kredit dan Penyelia Mailing Room PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 14 Februari 2019 pukul 10.59 Wib

diselamatkan hanya Rp 750.000.000 atau hanya mencapai 25% dari total kredit yang macet.114

Namun tentunya dalam kredit tanpa agunan yang diberikan Bank Danamon Balikpapan tersebut tidak serta merta tidak terdapat jaminan dan perlindungan hukum didalamnya, perlindungan hukum yang diberikan kepada bank selaku kreditor dalam upaya menyelamatkan kredit macet dalam perjanjian kredit yaitu dengan:

1. Perlindungan melalui Somasi

Setelah pihak Bank Danamon Balikpapan telah menyerahkan sejumlah uang sesuai dengan yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit, maka sejak itu debitor memiliki kewajiban untuk melunasi kredit sesuai dengan jumlah dan jangka waktu angsuran serta bunga sebagaimana yang telah diperjanjikan. Namun karena berbagai faktor debitor tidak melaksanakan kewajibannya tesebut, sehinggamengakibatkan kredit yang diberikan kepada debitor menjadi kredit yang tidak lancar, diragukan bahkan menjadi kredit macet. Dengan demikian debitor dalam hal ini tidak berprestasi sebagaimana yang telah diperjanjikan atau dapat dikatakan bahwa debitor melakukan wanprestasi.

Namun untuk menyatakan bahwa debitor telah melakukan wanprestasi tidak serta merta hanya didasarkan bahwa debitor tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan apa yang disanggupi sebagaimana yang telah diperjanjikan. Dalam Pasal 1243 KUHPer diatur bahwa tuntutan atas wanprestasi

114Hasil Wawancara dengan Setyowati Harahap yang menjabat sebagai Penyelia Administratif dan Asisten Administratif PT. BNI (Persero) Cabang Medan, tanggal 18 Februari 2019 pukul 11.43 Wib

suatu perjanjian hanya dapat dilakukan apabila si berutang telah diberi peringatan bahwa ia melalaikan kewajibannya, namun kemudian ia tetap melalaikannya.115

Akibat yang sangat penting dari tidak dipenuhinya perikatan adalah bahwa kreditor dapat meminta ganti kerugian atas ongkos maupun kerugian bunga yang dideritanya. Untuk adanya kewajiban ganti rugi bagi debitor, dalam ketentuan Pasal 1238 KUHPer menentukan Si debitor adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yg ditentukan. Dari ketentuan Pasal 1238 tersebut, untuk menyatakan debitor lalai dapat dilakukan salah satunya dalam bentuk akta sejenis atau yang dikenal dengan istilah somasi.116

Lembaga pernyataan lalai ini merupakan upaya hukum dimana kreditor memberitahukan, menegur dan memperingatkan debitor saat selambat-selambatnya ia wajib memenuhi prestasi. Apabila waktu dilampui, maka debitor telah lalai.117 Sejak saat itu pulalah debitor harus menanggung akibat-akibat yang merugikan yang disebabkan tidak dipenuhinya prestasi. Pengajuan somasi biasanya diajukan secara tertulis disertai dengan bukti-bukti dan alasannya seperti surat perjanjian dan surat peringatan yang sebelumnya telah dikeluarkan oleh bank.

Hal tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Medan. Apabila dalam pemberian kredit kepada debitor mengalami permasalahan, maka bank danamon memberikan somasi. Somasi tersebut berisi peringatan atau teguran-teguran tertulis agar debitor segara membayar tunggakan

115 Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

115 Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Dokumen terkait