• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usia Sekolah

6. Akreditasi Sekolah

Indikator untuk mengukur mutu pendidikan salah satunya adalah bagaimana kondisi akreditasi sekolah pada setiap jenjang. Berikut ini kondisi Akreditasi sekolah di Kota Sukabumi.

Gambar 2.28 Proporsi Akreditasi Berdasarkan Jenjang di Kota Sukabumi Tahun 2016

S D S M P S M A S M K 2 3 .1 0 5 3 .7 0 5 0 .0 0 7 6 .5 0 6 4 .1 0 1 2 .2 0 0 .0 0 2 3 .5 0 0 .0 0 0 .0 0 6 .3 0 0 .0 0 1 2 .8 0 3 4 .1 0 4 3 .7 0 0 .0 0 A B C BELUM

Sumber: Neraca Pendidikan Daerah Kemendikbud, 2017

Gambar di atas menunjukan bahwa mayoritas sekolah di Kota Sukabumi sudah terakreditasi, meskipun pada jenjang SD, SMP maupun SMA masih ada yang belum terakreditasi. Pada jenjang SD 23,1% sekolah sudah terakreditasi A sedangkan 64,1% terakreditasi B dan 12,8% belum terakreditasi. Sedangkan pada jenjang SMP, sekolah yang terakreditasi A sudah mencapai 53,7% sedangkan 12,2% terakreditasi B dan 34,1% belum terakreditasi. Pada jenjang SMA yang terakreditasi

A baru 50% sedangkan pada jenjang SMK sudah mencapai 76,5%.

B.

Bidang Kesehatan

Jumlah Posyandu pada tahun 2014 sebanyak 447 Posyandu, dan tidak mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Dan untuk rasio posyandu per 100 balita adalah sebesar 1,18.

Rasio ideal 1 unit Posyandu untuk melayani balita adalah antara 75–100 balita. Apabila 1 unit Posyandu sudah melebihi rasio ideal, maka dilakukan pemekaran unit Posyandu yang secara otomatis akan menambah jumlah unit Posyandu.

Sedangkan untuk ketersediaan Puskesmas bagi masyarakat dari periode 2014 ke tahun 2016 mengalami fuktuasi, namun cenderung mengalami kenaikan dari segi pelayanan dan fasilitas. Adapun untuk pengunjung puskesmas telah mencapai 56.464 orang, jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya 50.192 orang, namun jumlah ini masih lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebanyak 57.370 orang.

Untuk perkembangan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Kota Sukabumi mengalami penurunan dari tahun 2014-2015. Dalam hal ini, komplikasi kebidanan yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Pada tahun 2015 komplikasi kebidanan yang ditangani berjumlah 1.267 dari jumlah 1.507 proyeksi komplikasi kebidanan tahun 2015. Dengan demikian realisasi nya adalah 95,98% dari target 80% yang telah ditetapkan. Jika dibandingkan dengan capaian tahun

sebelumnya, realisasinya mengalami penurunan, dimana tahun 2014 mencapai 101,39% dari 80% target yang ditetapkan. Penurunan ini bukan semata karena kinerja yang kurang baik, tetapi karena kualitas pencatatan dan pelaporan program KIA yang semakin baik sehingga data yang dihasilkan menggambarkan kondisi yang sesungguhnya dimana setiap satu orang ibu hamil hanya dilakukan satu kali pencatatan.

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan tahun 2015 mencapai 98,30% dari target 87% yang ditetapkan. Terjadi kenaikan pencapaian dibanding tahun 2014 yaitu sebesar 93,65% dari target 90%. Bila dibandingkan dengan target provinsi dan nasional pencapaian tersebut sudah melebihi taget, hal ini dapat dicapai berkat kerjasama yang optimal dari semua pihak terutama Bidan Praktek Swasta, Rumah Sakit baik pemerintah dan swasta dan Dinas Kesehatan termasuk Puskesmas di dalamnya.

Kelurahan di Kota Sukabumi berjumlah 33 kelurahan, dari jumlah tersebut seluruhnya termasuk kategori UCI (100%) artinya bahwa kelurahan tersebut telah melaksanakan imunisasi kepada 80% sasaran imunisasi. indikator yang digunakan adalah imunisasi BCG, DPT-Hb3, Polio 4 dan campak. Imunisasi merupakan langkah preventif untuk meminimalisasi terjadinya kondisi sakit pada anak. Semakin banyak kelurahan yang masuk kategori UCI maka akan semakin besar perlindungan terhadap balita dari penyakit. Tahun sebelumnya terdapat satu kelurahan yaitu Subangjaya yang belum UCI hingga realisasi hanya 97%, dan melalui kerja keras petugas di lapangan maka pada tahun ini kelurahan tersebut termasuk kedalam kategori UCI. Strategi yang dilakukan petugas di antaranya adalah sweeping langsung terhadap anak bayi dan balita yang menjadi sasaran imunisasi

dan digerakannya kembali masyarakat peduli imunisasi serta optimalisasi peran pengawas/wakil supervisor (wasor) imunisasi yang terus memantau dan mengevaluasi capaian program secara rutin.

Selama tahun 2015, jumlah balita gizi buruk sebanyak 29 balita yang keseluruhannya mendapatkan penanganan sesuai standar (100%). Dari jumlah 29 balita gizi buruk tersebut, sebanyak 11 balita masih mengalami gizi buruk sampai akhir Desember 2015, 17 balita meningkat statusnya menjadi balita gizi kurang dan 1 balita meninggal dengan penyakit penyerta yaitu Pneumonia. Dilihat dari wilayah kerja Puskesmas yang terdapat kasus balita gizi buruk, maka seluruh penderita tersebar di 10 Puskesmas, dengan jumlah terbanyak di Puskesmas Sukabumi, yaitu 9 kasus, dan jumlah paling sedikit di Puskesmas Cibeureum Hilir, Karangtengah dan Gedongpanjang yaitu 1 kasus, sedangkan 5 Puskesmas lainnya tidak terdapat kasus balita gizi buruk. Dibandingkan dengan tahun 2014, maka jumlah balita gizi buruk mengalami penurunan, dari 32 balita tahun 2014 menjadi 29 balita tahun 2015. Pada akhir 2014 jumlah gizi buruk yang ada sebanyak 7 balita, dan pada akhir 2015 ini jumlahnya menjadi 11 balita, untuk itu perlu penanganan lebih intensif pada tahun yang akan datang agar jumlah penderita gizi buruk semakin berkurang.

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA (+), didapat dari perhitungan persentase jumlah penderita TBC BTA (+) yang ditemukan dan diobati dibagi dengan jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA (+) di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Dari 366 jumlah proyeksi penderita TBC BTA (+) pada tahun 2015 ditemukan 314 penderita baru (85,79%). Capaian ini sedikit lebih rendah dari

capaian tahun 2014 yang mencapai 85,83% (315 penderita). Hal ini terjadi karena adanya beberapa penderita menghentikan pengobatan sendiri, pindah alamat tanpa memberitahukan kepada petugas sehingga tidak bisa dilakukan pemeriksaan

sputum pada akhir pengobatan. Selama periode 2010-2015 cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD sudah mencapai 100%.

Pada tahun 2015 masyarakat miskin yang berkunjung ke sarana kesehatan Strata 1 sebanyak 111.751 jiwa, sehingga realisasi cakupan ini sebesar 95,1%. Bila dibandingkan dengan target Kota Sukabumi, pencapaian memang masih belum mencapai target yang ditentukan yaitu 100%.

Kunjungan Bayi adalah cakupan kunjungan bayi yang mendapat pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada usia 29 hari-2 bulan, 1 kali pada usia 3-5 bulan, 1 kali pada usia 6-8 bulan, dan 1 kali pada usia 9-11 bulan sesuai standar. Cakupan ini untuk mengetahui efektivitas, continum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi. Dihitung dengan membandingkan jumlah bayi yang mendapat pelayanan minimal 4 kali dengan jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah dalam waktu tertentu. Cakupan kunjungan bayi tahun 2015 sebesar 96,95% atau 5.819 bayi dari 6.002 bayi lahir hidup, dengan demikian telah melampaui target yang ditetapkan yaitu nsebesar 86%. Capaian ini telah mengalami peningkatan jika dibandingkan capaian tahun 2014 yaitu sebesar 92,16% dan tahun 2013 sebesar 88,05 %. Peningkatan pencapaian ini disebabkan oleh sinergitas, koordinasi dan pencapaian program yang sudah semakin baik sehingga berpengaruh terhadap pencapaian peningkatan kunjungan bayi.

Untuk cakupan puskesmas di Kota Sukabumi periode 2014-2015 sudah di atas 100%. Ini berarti bahwa jumlah puskesmas di suatu kecamatan ada yang lebih dari 1 puskesmas. Terkait capaian indikator SPM di urusan kesehatan, diketahui bahwa tahun 2015 sudah banyak yang tercapai, hanya terdapat beberapa indikator kinerja saja yang capaiannya masih di bawah target. Ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan di Kota Sukabumi sudah cukup baik. Dari 18 (delapan belas) indikator kinerja dalam dokumen Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja, sebanyak 16 (enam belas) indikator atau 88,9% mencapai target, dan sisanya 2 (dua) indikator atau 11,1% tidak mencapai target. Dilihat dari kriterianya, sebanyak 17 (tujuh belas) indikator atau 94,4% termasuk kriteria baik dan 1 (satu) indikator dengan kriteria tidak baik.

C.

Pekerjaan Umum

Ketersediaan infratruktur yang layak dan memadai merupakan aspek dasar yang diperlukan dalam proses pembangunan. Berikut ini diuraikan hasil kinerja Urusan Pekerjaan Umum pada tahun 2013.

Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Kota Sukabumi masih berada pada tingkatan yang belum memadai guna mendukung pergerakan orang dan barang. Pada tahun 2013, panjang jaringan jalan dalam kondisi baik hanya sebesar 38,92% atau sebesar 1.299,98 dalam kondisi baik dari total 3.339,87.

Untuk aspek tempat tinggal, diketahui bahwa rumah tinggal yang bersanitasi di Kota Sukabumi berada di tingkat 63,63% dari total rumah tinggal yang ada. Rumah tinggal berakses sanitasi sekurang-kurangnya mempunyai akses untuk memperoleh layanan sanitasi (1) Fasilitas air bersih (2) Pembuangan tinja (3) Pembuangan air limbah (4) Pembuangan sampah. Walaupun terjadi peningkatan kinerja, namun hal ini menunjukkan bahwa sebagian pembangunan rumah tinggal di Kota Sukabumi masih belum memenuhi aspek dasar yang dibutuhkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah melalui bantuan penyediaan MCK dan

septic tank komunal terutama di kawasan kampung yang kumuh. Adapun untuk kondisi kualitas perumahan di Kota Sukabumi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.15 Persentase Beberapa Indikator Kualitas Perumahan di

Kota Sukabumi Tahun 2009-2015

Indikator / Indicators Tahun / Year 2009 2010 2011 2012 2013 2015 Luas Lantai < 20 m² / Floor Area < 20 4,44 2,7 3,35 7,04 6,38 5,43

Atap Layak (Bukan Dedaunan) / Decent Roof (Instead Foliage) 100,00 99,33 100,0 0 100,00 100,0 0 100,00

Indikator / Indicators Tahun / Year 2009 2010 2011 2012 2013 2015 Dinding Tembok / Stone Wall 83,08 87,87 79,40 80,73 83,27 85,87

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa secara umum indikator kualitas perumahan di Kota Sukabumi sudah cukup baik, ini terlihat dari rumah tangga yang masih memiliki rumah dengan luas lantai <20m2 hanya sebesar 5,43%, sedangkan untuk fasilitas perumahan lainnya yaitu atap seluruh rumah tangga menyatakan yang sudah memiliki rumah dengan atap layak yaitu atap beton, genteng dan asbes. Rumah tangga yang memiliki rumah dengan dinding tembok mencapai 85,87%, sisanya sebanyak 14,13% masih menggunakan dinding kayu, bambu atau lainnya. Kota Sukabumi pada Tahun 2018 ini, mendapat penghargaan tingkat nasional dalam kategori Kota dengan Sanitasi terbaik.

Sedangkan untuk proporsi kawasan kumuh di Kota Sukabumi pada tahun 2013 sebesar 22,87%. Karakteristik daerah kumuh tinggi yaitu daerah pemukiman yang ketersediaan air bersihnya kurang dari 30 %, sistem drainase buruk, kondisi jalan lingkungan rusak parah lebih dari 70%, kepadatan penduduk lebih dari 100 unit rumah perhektar, tidak memiliki jarak antar bangunan dan perkembangan bangunan tinggi.

Dalam hal pengolahan limbah di Kota Sukabumi masih belum maksimal, dimana kondisi lahan TPA yang ada semakin terbatas serta masih minimnya pemahaman masyarakat akan upaya pemilahan/pengolahan sampah. Sementara itu, sampai dengan tahun 2013 di sebagian besar wilayah, saluran air kotor masih bercampur dengan saluran drainase (sistem campuran)

dalam bentuk saluran terbuka. Saluran tertutup untuk limbah domestik maupun non-domestik masih sangat terbatas.

Saat ini ada sebanyak 19 (sembilan belas) sungai melewati Kota Sukabumi, dan sungai besar yang dijadikan pembuangan akhir dari sistem drainase Kota Sukabumi adalah sebanyak 2 (dua) buah yaitu Sungai Cipelang dan Sungai Cimandiri. Sedangkan sungai yang melintasi Kota Sukabumi sebelum akhirnya bermuara di Sungai Cipelang dan Sungai Cimandiri yaitu Sungai Cisuda, Sungai Cibulang dan Sungai Ciharempoy. Untuk drainase makro, wilayah Kota Sukabumi terbagi dalam 4 tangkapan air (Catchment Area) yaitu Sungai Cibeureum, Sungai Cimandiri, Sungai Cipelang, Sungai Cisuda. Kondisi dari sungai-sungai besar tersebut cukup bagus sedangkan untuk sungai-sungai kecil tidak sebagus sungai- sungai besar, melainkan sangat memprihatinkan seperti banyaknya sampah, pepohonan, ilalang dan lumpur bahkan berdiri rumah di atasnya. Sedangkan untuk drainase mikro selain berfungsi sebagai penampung air hujan menuju badan air penerima, juga berfungsi sebagai penyalur limbah cucian, masak, mandi dan hasil dari kegiatan kota. Secara umum sistem drainase di wilayah Kota Sukabumi mengikuti kondisi topograf yang cenderung memiliki kemiringan ke arah selatan. Saluran drainase di Kota Sukabumi masih banyak yang tidak berkesinambungan dan tidak terpelihara dengan baik.

D.

Perumahan

Penyelenggaraan urusan perumahan dilaksanakan agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam kondisi yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan. Perkembangan cakupan rumah tangga pengguna air bersih di Kota Sukabumi mengalami

kenaikan, karena kenaikan jumlah Kepala keluarga (KK) yang membutuhkan bertambah, maka bertambah pula rumah tangga pengguna air besih yang harus dilayani. Pada tahun 2013 rumah tangga pengguna air bersih sudah mencapai 87,02%.

Dalam hal penggunan listrik, jumlah rumah tangga pengguna listrik PLN selama periode 2008-2016 di Kota Sukabumi mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2008 jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik PLN berjumlah 86.273 rumah tangga, maka pada tahun 2016 meningkat menjadi sebesar 133.000 rumah tangga atau tumbuh sebesar 35,13%.

Terkait dengan capaian SPM urusan perumahan, diketahui bahwa proporsi ketersediaan rumah layak huni Kota Sukabumi pada tahun 2013 mencapai 85,15%. Ini menunjukkan bahwa ketersediaan rumah layak huni masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat, terutama MBR.

2.4

Penataan Ruang

Pola ruang dan struktur ruang Kota Sukabumi memerlukan pembenahan secara matang dan menyeluruh agar mampu menyokong perkembangan kehidupan masyarakat. Kota merupakan tempat untuk hidup (to live), bekerja (to work), dan bermain (to play), sehingga kelancaran mobilitas warga dan ketersediaan sarana prasarana pendukung yang berkualitas baik merupakan syarat utama.

Kegiatan penataan ruang yang mencakup aspek perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian, salah satunya memfokuskan pada ketersediaan dokumen bidang penataan ruang yang akan dijadikan pedoman dalam proses pembangunan secara umum. Indikator Tersedianya dokumen

perencanaan sesuai Undang-Undang Penataan Ruang, yaitu Perda Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), pada tahun 2015 telah terealisasi. Dalam hal pemanfaatan ruang, berdasarkan indikator pemanfaatan ruang yang tertib, dari target sebesar 100% dapat terealisasi sebesar 60%. Dokumen perencanaan tata ruang yang telah tersedia berupa Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sukabumi Tahun 2009-2029.

Pengendalian dan pemeliharaan kualitas lingkungan kota juga tidak terlepas dari penyediaan ruang terbuka hijau kota. Ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Sukabumi berada di tingkat 62%.

A.

Perencanaan Pembangunan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Sukabumi telah disahkan menjadi Perda, yaitu melalui Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 07 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Sukabumi Tahun 2005-2025. Hal ini menjadikan selama periode 2013-2018 telah terdapat dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang yang dapat diacu dan terlegitimasi. RPJMD Kota Sukabumi juga sudah ditetapkan menjadi Perda melalui Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 05 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sukabumi Tahun 2013-2018. Selama periode 2014-2016 dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya telah ditetapkan dengan Peraturan Walikota (Perwal). Penjabaran program RPJMD ke dalam RKPD Kota Sukabumi dalam tiga tahun terakhir (2014-2016) juga sudah terakomodasi secara optimal. Dengan kata lain, seluruh program yang ada di RPJMD sudah diimplemetasikan lebih lanjut di dalam RKPD.

Dokumen terkait