• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.2.2 Aksesibilitas Sosial Ibu Hamil di Wilayah Kerja

Untuk melihat aksesibilitas fisik (ketersediaan petugas) responden di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Aksesibilitas Fisik (Ketersediaan Petugas) di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012

No Kategori Jumlah Persentase

1 2 Tinggi Rendah 55 6 90,2 9,8 Jumlah 61 100,0

Dari tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 55 orang (90,20%) mengatakan bahwa ketersediaan petugas tinggi dan hanya 6 orang (9,8%) yang mengatakan rendah.

4.2.2 Aksesibilitas Sosial Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2012

Untuk melihat faktor aksesibilitas sosial (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap dan pengambilan keputusan) responden di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.5 :

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Aksesibilitas Sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012

No Kategori Jumlah Persentase

1. Pendidikan SD/SMP SMA/Diploma/S1 14 47 23,0 77,0 Total 61 100,0

Tabel 4.5 (Lanjutan)

No Kategori Jumlah Persentase

2. Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja 11 50 18,0 82,0 Total 61 100,0 3. Pengetahuan Baik Buruk 34 27 55,7 44,3 Total 61 100,0 4. Sikap Positif Negatif 29 32 47,5 52,5 Total 61 100,0 5. Pengambilan Keputusan Istri Bukan istri 24 37 39,35 60,65 Total 61 100,0

Dari tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan paling banyak adalah pendidikan SMA/Diploma/S1 yaitu 47 orang (77,0%), status pekerjaan paling banyak adalah tidak bekerja 50 orang (82,0%), tingkat pengetahuan paling banyak adalah pengetahuan baik yaitu 34 orang (55,7%), kategori sikap paling banyak adalah sikap negatif yaitu 32 orang (52,5%) dan kategori pengambilan keputusan paling banyak adalah bukan istri yaitu 37 orang (60,65%).

4.2.3 Motivasi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012

Untuk melihat faktor (motif, harapan dan insentif)) responden di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.6 :

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Motivasi di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012

No Kategori Jumlah Persentase

1. Motif Tinggi Rendah 27 34 44,3 55,7 Total 61 100,0 2. Harapan Tinggi Rendah 37 24 60,7 39,3 Total 61 100,0 3. Insentif Tinggi Rendah 56 5 91,8 8,2 Total 61 100,0

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa motif responden paling banyak adalah dengan motif tinggi yaitu 27 orang (44,3%), kategori harapan dan insentif paling banyak pada kategori tinggi masing-masinng 37 orang (60,7%) dan 56 orang (91,8%).

4.2.4 Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Kunjungan Antenatal

Hasil penelitian tentang perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Perilaku Responden dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012

No Perilaku Melakukan Kunjungan Antenatal Jumlah Persentase

1 2

Sesuai standar Tidak sesuai standar

46 15

75,4 24,6

Jumlah 61 100,0

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar yaitu 46 orang (75,4%) dan tidak sesuai standar sebanyak 15 orang (24,6%).

4.2.5 Distribusi Ibu Hamil Menurut Usia Kehamilan dalam Trimester

Jumlah Responden menurut usia kehamilan dalam trimester dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.8. Distribusi Responden yang Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 Menurut Usia Kehamilan dalam Trimester

No Usia Kehamilan Jumlah Persentase

1 2 3 Trimester I Trimester II Trimester III 16 25 20 26,23 40,98 32,7 Jumlah 61 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat sebagian besar responden yang datang memeriksakan kehamilan adalah pada kehamilan trimester II yaitu 25 orang (40,98%).

4.3 Tabulasi Silang Aksesibilitas Fisik, Aksesibilitas Sosial dan Motivasi Terhadap perilaku Ibu dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012

Berdasarkan hasil analisis bivariat setelah dilakukan tabulasi silang dan uji statistik antara variabel faktor aksesibilitas fisik (ketersediaan petugas), aksesibilitas sosial (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap dan pengambilan keputusan) dan motivasi (motif, harapan dan insentif) dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal dapat dilihat pada tabel 4.9:

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Aksesibilitas Fisik, Aksesibilitas Sosial dan Motivasi Dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 No Variabel Perilaku Melakukan Antenatal Total Nilai p Sesuai Standar Tidak Sesuai Standar n % n % n % Aksesibilitas Fisik 1 Ketersediaan Petugas Tinggi 42 76,4 13 23,6 55 100 0,461 Rendah 4 66,7 2 33,3 6 100 Aksesibilitas Sosial 2 Pendidikan SD/SMP 9 64,3 5 35,7 14 100 0,223 SMA/ Diploma/S1 37 78,7 10 21,3 47 100 3 Pekerjaan Bekerja 10 90,9 1 9,1 11 100 0,178 Tidak bekerja 36 72,0 14 28,0 50 100 4 Pengetahuan Baik 30 88,2 4 11,8 34 100 0,021 Buruk 16 59,3 11 40,7 27 100 5 Sikap Positif 27 93,1 2 6,9 29 100 0,006 Negatif 19 59,4 13 40,6 32 100

Tabel 4.9 (Lanjutan) No Variabel Perilaku Melakukan Antenatal Total Nilai p Sesuai Standar Tidak Sesuai Standar n % n % n % 6 Pengambilan Keputusan Istri 21 87,5 3 12,5 24 100 Bukan Istri 25 67,6 12 32,4 37 100 0,07 Motivasi 7 Motif Tinggi 26 96,3 1 3,7 27 100 0,002 Rendah 20 58,8 14 41,2 34 100 8 Harapan Tinggi 32 86,5 5 13,5 37 100 0,029 Rendah 14 58,3 10 41,7 24 100 9 Insentif Tinggi 43 76,8 13 23,2 56 100 0,358 Rendah 3 60,0 2 40,0 5 100

Dari tabel di atas dapat dilihat hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen adalah sebagai berikut:

a. Hasil analisis hubungan antara ketersediaan petugas dengan perilaku ibu dalam melakukan antenatal diperoleh bahwa ada sebanyak 42 dari 55 (76,4%) dengan ketersediaan petugas tinggi melakukan antenatal sesuai standar sedangkan diantara responden yang mengatakan ketersedeiaan petugas rendah ada 4 dari 6 (66,7%) yang melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar. Hasil uji statistik dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p = 0,461 >0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan petugas dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

b. Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan perilaku ibu dalam melakukan antenatal diperoleh bahwa ada sebanyak 9 dari 14 (64,3%) responden yang pendidikan SD/SMP melakukan antenatal sesuai standar. Sedangkan diantara responden yang pendidikan SMA dan Diploma/S1 ada 37 orang (78,7%) yang melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar. Hasil uji statistik dengan uji

Exact Fisher diperoleh nilai p = 0,223 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

c. Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan perilaku ibu dalam melakukan antenatal diperoleh bahwa ada sebanyak 10 dari 11 (90,9%) ibu yang bekerja melakukan antenatal sesuai standar sedangkan diantara responden yang tidak bekerja ada 36 dari 50 (72,0%) yang melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar. Hasil uji statistik dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p = 0,178 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara status bekerja dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

d. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam melakukan antenatal diperoleh bahwa ada sebanyak 30 dari 34 (88,2%) ibu yang pengetahuan baik melakukan antenatal sesuai standar sedangkan diantara responden yang pengetahuan buruk ada 16 dari 27 (59,3%) yang melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar. Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square

diperoleh nilai p = 0,021 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

e. Hasil analisis hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam melakukan antenatal diperoleh bahwa ada sebanyak 27 dari 29 (93,1%) ibu dengan sikap positif melakukan antenatal sesuai standar sedangkan diantara responden dengan sikap negatif ada 19 dari 32 (59,4%) yang melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar. Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,006 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

f. Hasil analisis hubungan antara pengambilan keputusan dengan perilaku ibu dalam melakukan antenatal diperoleh bahwa ada sebanyak 21 dari 24 (87,5%) dengan pengambil keputusan istri melakukan antenatal sesuai standar sedangkan diantara responden yang pengambil keputusan bukan istri ada 25 dari 37 (67,6%) yang melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar. Hasil uji statistik dengan uji Pearson Chi-Square diperoleh nilai p = 0,07 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengambil keputusan dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

g. Hasil analisis hubungan antara motif dengan perilaku ibu dalam melakukan antenatal diperoleh bahwa ada sebanyak 26 dari 27 (96,3%) responden dengan motif tinggi melakukan antenatal sesuai standar sedangkan diantara responden yang motif rendah ada 20 dari 34 (58,8%) yang melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar. Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,002 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara motif dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

h. Hasil analisis hubungan antara harapan dengan perilaku ibu dalam melakukan antenatal diperoleh bahwa ada sebanyak 32 dari 37 (86,5%) responden dengan harapan tinggi melakukan antenatal sesuai standar sedangkan diantara responden yang harapan rendah ada 14 dari 24 (58,3%) yang melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar. Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,029 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara harapan dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

i. Hasil analisis hubungan antara insentif dengan perilaku ibu dalam melakukan antenatal diperoleh bahwa ada sebanyak 43 dari 56 (76,8%) responden dengan insentif tinggi melakukan antenatal sesuai standar sedangkan diantara responden yang insentif rendah ada 3 dari 5 (60,0%) yang melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar. Hasil uji statistic dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p = 0,358 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara insentif dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

4.4 Pengaruh Aksesibilitas Fisik, Aksesibilitas Sosial dan Motivasi terhadap Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012

Untuk menganalisis pengaruh aksesibilitas fisik (ketersediaan petugas), faktor aksesibilitas sosial (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, pengambilan keputusan) dan faktor motivasi (motif, harapan dan insentif) terhadap perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan digunakan uji regresi logistik berganda.

Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi logistik ganda yaitu salah satu pendekatan model statistik untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen (lebih dari satu) terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi regresi logistik ganda adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25 pada analisis bivariatnya.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh ada lima variabel yaitu faktor aksesibilitas fisik (ketersediaan petugas), faktor aksesibilitas sosial (pengetahuan dan sikap) dan faktor motivasi (motif dan harapan) mempunyai nilai p<0,25, maka dapat diidentifikasi variabel independen tersebut dapat dimasukkan dalam analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda seperti terlihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Ganda Variabel Nilai B Nilai P Exp(B) /OR 95% C.l.for Exp (B) Lower Uppr Pengetahuan 3,644 0,005 38,241 3,044 480,474 Sikap 2,863 0,023 17,506 1,489 205,763 Motif 4,147 0,005 63,233 3,527 1133,758 Harapan 2,381 0,019 10,813 1,484 78,762 Constant -3,844 0,004 0,021

Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda diperoleh hasil bahwa variabel yang berpengaruh signifikan adalah pengetahuan (koefisien regresi= 3,644, sig= 0,005), sikap (koefisien regresi= 2,863, sig= 0,023), motif (koefisien regresi= 4,147, sig= 0,005), harapan (koefisien regresi= 2,381, sig= 0,019).

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda tersebut dapat ditentukan nilai probabilitas ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar dengan rumus sebagai berikut:

1 f (Z) =

1 + e –(α+β1x1+ β2x2+ ...+ βixi

f(Z) = Probabilitas perilaku dalam melakukan kunjungan antenatal ) α = Konstanta ß1- ß4 = Koefisien regresi X1 X = Pengetahuan 2 X = Sikap 3 X = Motif 4 1 = Harapan f (Z) = 1 + e

Hasil analisis didapatkan bahwa jika pengetahuan baik, sikap positif, motif tinggi dan harapan tinggi maka probabilitas ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal sesuai standar adalah sebesar 99,99% sebaliknya jika pengetahuan buruk, sikap negatif, motif dan harapan rendah maka probabilitas ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal sesuai standar adalah 2,10%.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Perilaku Ibu dalam Melakukan Kunjungan Antenatal

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 75,4% ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar dan 24,6% tidak sesuai standar. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Deswani (2003) yang meneliti tentang kedatangan pada kunjungan pertama ke pelayanan antenatal menemukan 22,9% ibu hamil terlambat datang ke pelayanan antenatal. Penelitian Ginting (2001) di Kecamatan Pesangrahan Jakarta Selatan menemukan hampir 40,2% ibu hamil tidak memanfaatkan pelayanan antenatal sesuai standar dan 11,4% tidak pernah memanfaatkan pelayanan antenatal. Demikian juga dengan hasil penelitian Adri (2008) ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan kategori sesuai standar sebesar 69,4% dan 30,6% melakukan pemeriksaan kehamilan tetapi frekuensinya tidak sesuai dengan umur kehamilannya sehingga dikategorikan tidak sesuai standar.

Perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal dikatakan sesuai standar apabila ibu melakukan pemeriksaan pertama kali ke petugas kesehatan pada usia kehamilan kurang dari 14 minggu minimal 1 kali, pada usia kehamilan antara 14-28 minggu minimal 1 kali pemeriksaan dan pada saat usia kehamilan setelah 28 minggu sampai menjelang persalinan minimal 2 kali melakukan pemeriksaan (Depkes RI, 2009).

5.2 Pengaruh Faktor Aksesibilitas Fisik (Ketersediaan Petugas) terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan

Hasil penelitian tentang variabel ketersediaan petugas ditemukan ibu yang mengatakan ketersediaan petugas tinggi, melakukan kunjungan antenatal secara teratur sebanyak 76,4%. Hasil uji Chi- Square menunjukkan variabel ketersedian petugas tidak berhubungan dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa ketersediaan petugas yang tinggi belum tentu berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal yang teratur.. Dalam penelitian ini sebagian besar yaitu 55% ibu mengatakan ketersediaan petugas kesehatan tinggi di Puskesmas pada waktu ibu hamil berkunjung ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar.

Ketersediaan petugas yang tinggi setiap kali ibu berkunjung untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan ibu mendapatkan informasi yang lengkap dan jelas tentang manfaat pemeriksaan kehamilan, petugas melakukan pemeriksaan kehamilan dengan terampil dan ramah tidak berhubungan dengan perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal. Hal ini menunjukkan ada faktor lain yang memengaruhi yaitu pengetahuan yang baik, sikap positif, motif dan harapan yang tinggi dari ibu hamil.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Eryando (2007) mengatakan bahwa aksesibilitas fisik tidak dapat menjelaskan secara bermakna kaitannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maternal di Kabupaten Tangerang.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Murniati (2007) memperoleh bahwa ada hubungan antara ketersediaan pelayanan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal (p= 0,001 < 0.05).

5.3 Pengaruh Faktor Aksesibilitas Sosial terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan Antenatal

5.3.1 Pengaruh Pendidikan terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil dengan tingkat pendidikan SMA/Diploma/S1 yaitu 78,7% memiliki perilaku sesuai standar dalam melakukan kunjungan antenatal. Hasil uji Chi- Square menunjukkan variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap perilaku dalam melakukan kunjungan antenatal. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka belum tentu meningkat perilaku dalam melakukan kunjungan antenatal. Hal ini berarti bukan tidak diperlukan tingkat pendidikan ibu, pendidikan juga penting karena merupakan dasar dari mengertinya orang dalam hal menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan rendah. Menurut Ndama (2000) dalam penelitian Hamid (2003) pendidikan merupakan salah satu sebab tidak langsung yang memengaruhi pemeriksaan kehamilan sehingga dengan pendidikan tinggi akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Murniati (2007) bahwa pendidikan tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan antenatal dimana

diperoleh nilai p> 0,05 (p= 0,0516). Hasil penelitian Eryando (2007) di Kabupaten Tangerang juga menemukan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan pemanfaatan kesehatan maternal. Hasil penelitian Ndama (2002) juga menemukan tingkat pendidikan tidak ada hubungan yang bermakna dengan pemeriksaan kehamilan (pValue=0,627). Tanuwidjaja (1994) juga menemukan hal yang sama.

Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Hamid (2003), dimana ditemukan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan dengan p=0,001 dan OR 0,202.

Mc Carthay dan Maine (1992) dalam WHO-Depkes-FKM-UI yang dikutip Simanjuntak (2002), mengatakan bahwa wanita dengan pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan dirinya dan keluarganya. Hasil penelitian Sadik (1996) responden yang berpendidikan tinggi memeriksakan kehamilan sebesar 86,7% hampir sama dengan hasil penelitian ini yaitu 88,9%.

5.3.2 Pengaruh Pekerjaan Ibu terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan

Hasil penelitian tentang variabel pekerjaan ditemukan ibu yang bekerja persentase tertinggi berperilaku sesuai standar dalam melakukan kunjungan antenatal sebanyak 90,9% dan ibu yang tidak bekerja juga lebih banyak berperilaku sesuai standar melakukan kunjungan antenatal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan ibu tidak berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam melakukan kunjungan

antenatal. Hasil penelitian Ndama (2002) juga melaporkan bahwa 95,3% ibu yang bekerja memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan.

Pada penelitian ini ibu yang bekerja sebenarnya kurang memiliki waktu untuk memeriksakan kehamilannya, tetapi dalam penelitian ini ibu yang bekerja lebih peduli dengan keadaan kehamilannya dan lebih memanfaatkan antenatal, hal ini menunjukkan ibu yang bekerja meluangkan waktu untuk melakukan kunjungan antenatal dan perduli terhadap kesehatannya sehingga datang memeriksakan kehamilan. Selain itu ibu yang bekerja sadar dengan akibat dari pekerjaannya dapat memengaruhi keadaan janin yang dikandungnya dan memerlukan pemeriksaan kehamilan. Hal ini sesuai dengan Mc Carthy dan Maine dalam Simanjuntak (2002), bahwa seorang wanita yang bekerja di sektor formal mempunyai akses lebih baik terhadap informasi kesehatan.

Ibu hamil yang tidak bekerja juga lebih banyak berperilaku sesuai standar dalam melakukan kunjungan antenatal, hal ini membuktikan bahwa dengan memiliki waktu yang cukup banyak dan tidak sibuk dengan tidak bekerja, memanfaatkan waktu dan keadaan tersebut untuk melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur. Keadaan ini sebenarnya tidak terlepas dari adanya pengetahuan dan kesadaran ibu yang tidak bekerja bahwa sangat penting untuk memeriksakan kehamilan secara teratur selama kehamilan untuk mengetahui kondisi kehamilan maupun keadaan janin yang sedang dikandungnya. Sesuai dengan hasil penelitian Bernadetha (1995) dalam Hamid (2003) mengatakan bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu lebih banyak dari pada ibu bekerja dalam pemeriksaan kehamilan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Hamid (2003) bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemeriksaan kehamilan dengan nilai p value 0,597. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mondal di Rajhastan bahwa status pekerjaan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian Deswani (2003) tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status bekerja dengan keterlambatan datang ke pelayanan antenatal.

5.3.3 Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan

Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan ditemukan pada kategori baik dengan persentase tertinggi berperilaku sesuai standar dalam melakukan kunjungan antenatal sebanyak 88,2%. Uji statistik menunjukkan variabel pengetahuan berpengaruh terhadap perilaku dalam melakukan kunjungan antenatal. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik pengetahuan ibu hamil maka akan meningkat pemanfaatan antenatal.

Ibu yang berpengetahuan baik lebih banyak memanfaatkan ANC, hal ini menunjukkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik peduli terhadap kesehatannya dan memiliki perhatian terhadap keadaan kehamilannya. Pengetahuan yang dimiliki ibu membuat ibu lebih ingin mengetahui keadaan kehamilannya sehingga ibu hamil rutin melakukan pemeriksaan antenatal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cholil (2004) dalam Adri (2008), pentingnya aspek pengetahuan dalam pemanfaatan antenatal. Pemanfaatan antenatal perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan

kesehatan ibu saat kehamilan dan melahirkan. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hamid (2003), ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemeriksaan kehamilan dengan p value 0,005 dan OR sebesar 0,119 artinya ibu yang pengetahuan baik memiliki peluang 0,119 kali memeriksakan kehamilan lengkap dibanding dengan ibu dengan pengetahuan kurang.

Penelitian Eryando (2007) pengetahuan tentang ANC, risiko kehamilan dan melahirkan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan maternal, baik pelayanan antenatal maupun penolong persalinan dan tempat melahirkan yang baik dimana ibu hamil yg memiliki pengetahuan baik 52% melakukan ANC K4 dengan nilai OR 3,35.

Penelitian Tanuwidjaja (1992) yang menunjukkan Bahwa ibu yang pengetahuannya baik mempunyai peluang menggunakan pemanfaatan pelayanan antenatal baik 2,7 kali dibandingkan ibu yang pengetahuannya kurang dan menurut Sadik (1996) ibu yang pengetahuannya baik hampir 3 kali (61,0%) melakukan pemeriksaan kehamilan dengan baik daripada ibu yang memiliki pengetahuan kurang. Hasil penelitian Rismanto (2009) menemukan bahwa ibu hamil dengan pengetahuan baik cenderung melakukan kunjungan antenatal empat kali (K4) lengkap 73,33%, serta 1 kali lebih besar melakukan kunjungan antenatal dibandingkan ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang.

Hasil penelitian Ndama (2002) dari hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan memengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal adalah pengetahuan (OR 3,3161) .

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ginting (2001) bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan pelayanan antenatal (p=0,150). Nilai OR = 1,56 artinya ibu yang berpengetahuan baik mempunyai peluang untuk memanfaatkan pelayanan antenatal sesuai standar 1,56 kali dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang.

Menurut Nursalam (2007) pada umumnya orang yang berpengetahuan baik akan berperilaku yang baik pula sesuai dengan apa yang diketahuinya dan tahu apa manfaat yang diperoleh dari perilaku tersebut, sebaliknya orang yang berpengetahuan kurang akan berperilaku kurang pula karena tidak mengetahui tentang tujuan, manfaat dalam melakukan ANC.

Menurut Friedman (2005) bahwa pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui. Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pelayanan antenatal dan pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI, 2008).

Ibu yang berpengetahuan buruk masih banyak tidak berperilaku sesuai standar dalam melakukan kunjungan antenatal dengan persentase sebesar 40,7%, hal ini

bahwa ibu yang berpengetahuan buruk tidak mengerti bahwa pentingnya untuk memeriksakan keadaan kehamilan selama hamil. Dalam keadaan ini upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar melalui kegiatan penyuluhan meliputi jadwal pemeriksaan antenatal yang sesuai standar, tujuan pemeriksaan kehamilan, tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, pentingnya konsumsi tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan dan kemana mencari pertolongan bila menemukan masalah dalam kehamilan.

Dokumen terkait