• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Rancangan Program Konservasi

4.4.2 Aksi prioritas

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan KRB, dihubungkan dengan harapan masyarakat, maka terdapat beberapa harapan kegiatan yang belum terpenuhi sampai saat ini. Secara ringkas harapan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Harapan masyarakat umum

Pada umumnya masyarakat berharap adanya kemudahan-kemudahan dalam hal mendapatkan informasi tentang tumbuhan obat, budidaya dan kegunaannya baik secara formal melalui kelas-kelas khusus maupun informal melalui display taman dan papan informasi atau pemanduan. Masyarakat juga berharap dapat memperoleh simplisia jamu/herbal, makanan dan cindera mata yang berasal dari tumbuhan obat maupun tumbuhan obatnya sendiri dengan harga terjangkau.

2. Harapan masyarakat industri

Masyarakat industri secara umum berharap KRB dapat berperan sebagai penghubung masyarakat dengan produksi obat tradisional melalui kegiatan pameran. Koleksi tumbuhan KRB diharapkan juga menjadi salah satu sumber bahan baku obat tradisional dan sumber informasi ilmiah bagi industri obat tradisional.

3. Harapan masyarakat praktisi

Masyarakat praktisi pada umumnya kesulitan dalam memperoleh beberapa spesies tumbuhan sebagai bahan obat dan bahan olahan makanan/minuman kesehatan. Oleh karenanya KRB diharapkan dapat menjadi sumber pengadaan spesies dan sarana studi ilmiah pengelolaan serta budidaya tumbuhan obat, terutama untuk spesies berasal dari luar negeri. Informasi dan komunikasi antara praktisi diharapkan dapat difasilitasi oleh KRB dengan membentuk jaringan antar pemangku kepentingan tumbuhan obat sehingga tercipta aktivitas sosial kemanusiaan secara bersama berlandaskan pengembangan pemanfaatan tumbuhan obat.

4. Harapan masyarakat peneliti

Pada umumnya peneliti berharap KRB berperan sebagai pusat plasma nutfah tumbuhan obat terutama tumbuhan khas pada suku-suku tradisional yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penelitian. Peneliti juga berharap koleksi tumbuhan obat KRB dapat dikembangkan sebagai tempat medikasi ilmiah dan sarana pendidikan formal, serta menjadi pusat informasi bagi lembaga-lembaga penelitian tumbuhan obat. Pengembangan koleksi ke arah pemanfaatan secara komersial dan profesional berdasarkan kajian ilmiah dapat dilakukan melalui display khusus maupun pameran berkala hasil para peneliti tumbuhan obat.

Berdasarkan uraian harapan masyarakat di atas maka dapat disusun suatu rancangan kebijakan dan aksi konservasi terhadap masing-masing tipologi masyarakat terkait tumbuhan obat.

Selain harapan-harapan yang perlu ditindaklanjuti seperti diuraikan di atas, beberapa kegiatan yang dilakukan KRB saat ini sebenarnya belum memenuhi harapan masyarakat. Ketidaksesuaian antara kegiatan dan harapan ini dimungkinkan karena beberapa hal yang menyangkut perbedaan kepentingan. KRB sebagai pengelola pada umumnya masih berorientasi pada kegiatan ilmiah (scientific oriented) sementara masyarakat sebagai pengguna lebih mengharapkan

kegiatan yang bersifat aplikasi pemanfaatan (user oriented). KRB yang memiliki

beban untuk melestarikan tumbuhan tropika masih terpaku kepada kajian-kajian dasar yang mendukung keberadaan koleksinya. Beberapa kegiatan bersinggungan dengan aktivitas masyarakat namun belum menyentuh langsung kebutuhan

masyarakat. Oleh karenanya kegiatan yang belum memenuhi harapan masyarakat ini perlu disempurnakan ke arah pemenuhan kebutuhan masyarakat. Upaya perbanyakan dan penyuluhan tumbuhan obat oleh KRB masih difokuskan kepada spesies langka, endemik, dan unik secara taksonomi. Di lain pihak masyarakat membutuhkan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada produksi baik produksi tumbuhan obat maupun barang atau jasa yang dihasilkan dari tumbuhan obat.

Agar semua aktivitas KRB dapat beririsan secara sempurna dengan harapan masyarakat maka aksi konservasi ke depan selain didasarkan kepada fungsi lembaga sebaiknya diprioritaskan kepada spesies yang termasuk kategori penting untuk segera ditindaklanjuti serta menampung harapan dan kebutuhan masyarakat. Perbanyakan tumbuhan obat untuk bisa disebarkan ke masyarakat dan sebagai bahan produksi minuman atau makanan kesehatan adalah saran utama yang diperoleh dari masyarakat baik masyarakat peneliti, praktisi, maupun masyarakat umum. Keberadaan taman tematik obat-obatan sangat dibutuhkan masyarakat sebagai wahana wisata tumbuhan obat sekaligus memperdalam pengetahuan tumbuhan obat Indonesia. Hal ini sangat diinginkan oleh pengunjung maupun oleh peneliti dan praktisi. KRB sebagai lembaga konservasi juga dituntut untuk

bisa mensosialisasikan keberadaan koleksi tumbuhan obatnya serta

mendiseminasikan pengetahuan dan keterampilannya mengenai perbanyakan dan pemanfaatan tumbuhan obat.

Rancangan kebijakan dan aksi konservasi yang dapat diterapkan untuk memenuhi harapan masyarakat seperti tersebut di atas sekaligus mengoptimalkan fungsi KRB khususnya dalam konservasi tumbuhan obat adalah sebagai berikut:

a. Aksi prioritas konservasi untuk masyarakat umum

Untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap tugas dan fungsi KRB maka KRB harus melakukan diseminasi informasi kegiatan yang lebih luas kepada masyarakat. Melalui diseminasi informasi masyarakat akan mengetahui dan merasakan peranan penting KRB dalam pelestarian tumbuhan obat. Tabel 15 menyajikan Rancangan kebijakan dan aksi konservasi tumbuhan obat untuk masyarakat umum.

Tabel 15 Rancangan kebijakan dan aksi konservasi tumbuhan obat di KRB untuk masyarakat umum

Harapan masyarakat Kebijakan dan Aksi konservasi

Display dan Papan informasi Kebijakan: Program Interpretasi

Aksi: Membangun rute penjelajahan koleksi berpotensi obat

dan tumbuhan khas etnis nusantara dengan papan interpretasi yang menarik dan membangkitkan semangat konservasi serta semangat persatuan nasional. Sesuai misi pembangunan

nasional dalam menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa,

dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa (RPJM 2005-2015)

Simplisia jamu/herbal, makanan dan cindera mata yang berasal dari tumbuhan obat

Kebijakan: Medical garden shop dan Wisata kuliner alami Aksi:

a. Perbanyakan spesies tumbuhan obat langka baik ditetapkan

secara nasional (IBSAP) maupun secara internasional (IUCN) sebagai bahan simplisia dan herbal

b. Mengemas paket-paket cindera mata yang alami maupun

buatan berbasis pengembangan pemanfaatan koleksi tumbuhan obat secara berkelanjutan dalam rangka pemanfaatan sumberdaya ekonomi bersinambungan sesuai misi pembangunan nasional RPJM 2005-2015

Informasi tentang tumbuhan obat, budidaya dan

kegunaannya

Kebijakan: Taman obat

Aksi: Mengembangkan spesies baik untuk tujuan komersial

maupun tujuan sosial ke masyarakat. Komoditas Tanaman Obat unggulan versi Ditjen POM (2001) seperti sambilito, pegagan, jati belanda, tempuyung, temulawak, daun ungu, cabe jawa, sanrego, pasak bumi, pace, daun jinten, dan kencur dikembangkan teknologi budidaya dan pemanfaatannya.

b. Aksi prioritas konservasi untuk masyarakat industri

Kendala-kendala yang dihadapi industri obat tradisional di Indonesia sangat kompleks mulai dari budidaya, proses produksi, penelitian dan pengembangan produk maupun pemasarannya (Pramono 2001). KRB dapat berperan melalui penelitian terkait dengan teknologi budidaya maupun jaringan pengembang dan pemasaran produk obat tradisional. Dalam usaha pemanfaatan tumbuhan obat perlu diperhatikan kelestarian spesies tumbuhan tersebut agar tidak punah. Upaya peningkatan budidaya selain melestarikan sumber bahan obat tradisional diharapkan dapat mengembangkan produksi tumbuhan obat dalam negeri, dan selanjutnya diekspor untuk memberikan nilai tambah ekonomi (Muharso 2000).

Menurut Sastrapradja (2000) yang sebenarnya harus kita kembangkan segera adalah teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah sumber bahan baku obat tersebut. Pengalaman negara lain untuk menemukan sebuah senyawa kimia yang nantinya dapat dikembangkan menjadi obat, memerlukan waktu yang lama dan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Penelitian tumbuhan obat di negara-

negara maju seperti di Eropa dan Amerika yang telah menghasikan berbagai produk obat dilakukan dengan cara interdisipliner yang diawali dengan pengungkapan sistem pengetahuan tradisional suatu kelompok masyarakat yang selanjutnya dilakukan analisis fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa bahan aktif yang mungkin bermanfaat sebagai bahan baku obat (Purwanto 2001). Menurut Sinambela (2002) keanekaragaman plasma nutfah tumbuhan obat Indonesia sebagai sumber bahan obat selayaknya diteliti secara lebih komprehensif dengan pemilihan strategi pendekatan bioprospecting yang tepat. Aksi prioritas konservasi untuk masyarakat industri obat tradisional ringkasnya tersaji pada Tabel 16.

Tabel 16 Rancangan kebijakan dan aksi konservasi tumbuhan obat di KRB untuk masyarakat industri obat tradisional

Harapan masyarakat Kebijakan dan Aksi konservasi

Sumber informasi ilmiah bagi industri obat tradisional.

Kebijakan: Penelitian bersama fitokimia

Aksi: Kegiatan bioprospecting KRB dengan berpijak pada

kekayaan koleksi dan hasil penelitian etnobotani Penghubung masyarakat

dengan produksi obat tradisional

Kebijakan: Pameran obat tradisional

Aksi: Kegiatan berkala pameran produksi obat tradisional

berbahan baku tumbuhan obat. Hal ini mendukung RPJM 2010-2014 (Bappenas 2010) yang menekankan terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional. pada masa yang akan datang.

c. Aksi prioritas konservasi untuk masyarakat praktisi

Sesuai tupoksinya KRB bertugas dalam konservasi tumbuhan tropika baik tumbuhan berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian harapan masyarakat praktisi untuk memperoleh spesies luar negeri layak untuk ditindaklanjuti, meskipun sebenarnya secara umum KRB telah melakukan koleksi

dari luar negeri melalui pertukaran biji (seed exchange). Program seed exchange

yang selama ini dilakukan KRB dapat menjembatani harapan sebagian masyarakat praktisi untuk mengoleksi tumbuhan obat dari daerah tropika lainnya. Program lainnya sebagai aksi konservasi untuk memenuhi harapan praktisi antara lain disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Rancangan kebijakan dan aksi konservasi tumbuhan obat di KRB untuk masyarakat praktisi

Harapan masyarakat Kebijakan dan Aksi konservasi

Koleksi tumbuhan obat luar negeri

Kebijakan: Pertukaran materi tumbuhan obat Aksi:

a. Membuat data spesies tumbuhan obat dari luar yang

spesifik dan dibutuhkan sebagai bahan obat tradisional namun dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya baik untuk kesehatan (UU RI No. 23 tahun 1992) maupun untuk konservasi (UU RI N0.5 tahun 1990)

b. Jalin komunikasi dengan BGCI

c. Melakukan aklimatisasi spesies dari luar negeri sesuai Renstra KRB dan Renstra LIPI

Produksi makanan/minuman obat tradisional

Kebijakan: Kedai sehat alami Aksi:

a. Melakukan penelitian kandungan biokimia & farmakologi untuk menjawab tantangan ke depan isu nasional di bidang pangan dan kesehatan (PN 9) serta untuk

melindungi masyarakat dari makanan/minuman yang tidak memenuhi standar kesehatan (UU RI No 23 tahun 1992). b. Jalin kerjasama dengan perusahaan obat tradisional

sebagai transfer informasi di bidang obat tradisional. Jaringan informasi dan

komunikasi

Kebijakan: Pusat informasi tumbuhan obat

Aksi: Membentuk jaringan kerjasama dengan para pemegang

kepentingan dalam rangka pembangunan ekonomi berkelanjutan sesuai tanggung jawab LIPI (Renstra LIPI)

Herbal kualitas dan terstandar Kebijakan: SOP budidaya tumbuhan obat

Aksi: Mengembangkan teknik budidaya dan pemanenan

sesuai GACP WHO 2003 Kelas khusus khasiat

tumbuhan obat

Kebijakan: Pelatihan tumbuhan obat

Aksi: Paket wisata khusus tumbuhan obat dengan

meningkatkan unsur-unsur afektif dan kognitif masyarakat agar terbentuk masyarakat yang berwawasan dan peduli terhadap konservasi tumbuhan obat.

d. Aksi prioritas konservasi untuk masyarakat peneliti

Dihubungkan dengan RPJM 2010-2014 (Bappenas 2010) bahwa dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup makin berkembang melalui penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat. Adanya kesadaran sebagian pihak akan perlunya jaringan komunikasi terutama dalam pengembangan obat tradisional merupakan stimulus yang perlu direspon secara positif oleh KRB. Melalui potensi kelembagaan, KRB dapat membentuk suatu forum yang menghubungkan para praktisi obat tradisional dan pengembang tumbuhan obat agar lebih mengarah kepada pemanfaatan tumbuhan obat secara berkelanjutan dan berkeadilan.

Pemanfaatan berkelanjutan juga merupakan fokus perhatian peneliti. Melalui kajian ilmiahnya para peneliti berharap hasil-hasil penelitian dapat dikembangkan baik secara sosial kemasyarakatan maupun secara komersial dan profesional. Peneliti berharap KRB dengan koleksi tumbuhan obatnya dapat berperan dalam pendidikan baik formal maupun informal. Pendidikan adalah salah satu fungsi KRB. Gerakan pengembangan kebun obat di sekolah-sekolah dapat diselaraskan dengan kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Melalui kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional, KRB dapat menyumbangkan pemikiran dalam kurikulum sekolah baik tingkat SD, SLTP, maupun SLTA.

Rancangan kebijakan dan aksi konservasi bagi masyarakat peneliti secara detail seperti disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Rancangan kebijakan dan aksi konservasi tumbuhan obat di KRB untuk masyarakat peneliti

Harapan masyarakat Kebijakan dan Aksi konservasi

Pendidikan ke sekolah Kebijakan: Kurikulum Diknas

Aksi:

a. Jalin kerjasama dengan Diknas sebagai upaya ikut

mencerdaskan bangsa sesuai tanggung jawab LIPI (Renstra LIPI)

b. Siapkan materi sesuai kurikulum DIKNAS & sistem PAUD

c. Kembangkan taman obat sekolah sebagai upaya konservasi

spesies tumbuhan khas di lingkungan masing-masing.

Wisata tumbuhan obat Kebijakan: Medical tour

Aksi:

a. Menyusun paket wisata edukatif sebagai upaya

pengembangan wawasan & gagasan dari berbagai permasalahan kesehatan yang dihadapi masyarakat sesuai tanggung jawab LIPI (Renstra LIPI)

b. Memberikan pelayanan dan fasilitas yang alamiah dan

menyegarkan dengan pemanfaatan kebun obat secara serasi antara kegiatan sosial ekonomi dan konservasi sesuai misi pembangunan nasional (RPJM 2005-2025)

Pemanfaatan tumbuhan obat secara komersial dan

profesional berdasarkan kajian ilmiah

Kebijakan: Pameran tumbuhan obat

Aksi: Agenda tahunan pameran tumbuhan obat dan hasil

penelitian para peneliti, industri dan pemerhati tumbuhn obat Koleksi tumbuhan khas pada

suku-suku tradisional

Kebijakan: Pusat plasma etnomedical plant Aksi:

a. Eksplorasi tumbuhan obat ke berbagai daerah Nusantara

b. Pengumpulan contoh-contoh simplisia dan kemasan obat

tradisional dari berbagai suku Nusantara

Fungsi penting lain KRB menurut masyarakat peneliti adalah sebagai tempat rekreasi yang edukatif dan ilmiah. Hasil penelitian Wedelia (2011) terhadap 100 orang pengunjung KRB, 78 orang diantaranya menyatakan bertujuan untuk berekreasi/wisata. Potensi ini tentu perlu lebih diarahkan agar menjadi rekreasi yang bermanfaat sesuai misi KRB dan juga LIPI untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Selain menyoroti bidang pendidikan dan pemanfaatan secara ilmiah terhadap spesies tumbuhan obat. Faktor kelangkaan dan kekhasan spesies tertentu menjadi perhatian masyarakat peneliti. Perlu adanya aktivitas khusus menangani spesies khas suku-suku tradisional Nusantara agar tidak mengalami kepunahan.

Dengan rancangan kebijakan dan aksi konservasi seperti diuraikan pada Tabel 15 - Tabel 18, spesies prioritas yang terpilih juga ditetapkan sebagai obyek utama baik dalam program konservasi, penelitian, pendidikan, maupun rekreasi pada setiap aksi konservasi tersebut di atas. Pengembangan pemanfaatan spesies prioritas koleksi tumbuhan obat melalui berbagai alternatif aktivitas tersebut semua diarahkan sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya hayati khususnya tumbuhan obat secara berkelanjutan, berkeadilan, beradab dan berdaulat.

Dokumen terkait