• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Harapan Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara setidaknya diperoleh beberapa jenis stimulus yang diungkapkan masyarakat yang dapat merekatkan kepentingan konservasi tumbuhan obat di KRB dengan harapan masyarakat. Stimulus-stimulus yang dimaksud adalah stimulus historis, stimulus lanskap, stimulus ilmiah, stimulus manfaat, stimulus ekonomi, stimulus berbagi pengetahuan, stimulus kenyamanan, kesenangan dan kerelaan berkorban. Selanjutnya stimulus-stimulus ini dapat diringkas lagi menjadi tiga stimulus utama yaitu stimulus alamiah (ilmiah- historis-lanskap), stimulus manfaat (ekonomi–non ekonomi), dan stimulus rela-

religius (berbagi pengetahuan-kesenangan-kerelaan berkorban) sesuai dengan teori yang dikembangkan Amzu (2007) dengan tri-stimulus amar.

Dengan pendekatan tri-stimulus amar maka harapan masyarakat dapat dijajaki kemungkinan realisasinya dan fungsi KRB dalam konservasi tumbuhan obat dapat dioptimalkan. Selanjutnya akan diuraikan harapan masyarakat sesuai dengan tipologi masyarakat yang berkaitan dengan tumbuhan obat yaitu (1) masyarakat umum, (2) masyarakat praktisi, (3) masyarakat industri obat tradisional dan (4) masyarakat peneliti.

4.3.1. Masyarakat umum

Masyarakat umum dalam penelitian ini adalah masyarakat pengunjung KRB yang diasumsikan mewakili masyarakat pengguna tumbuhan obat. Dari 368 responden ternyata hanya 91 orang yang memiliki tujuan untuk mengunjungi koleksi tumbuhan obat di KRB, detailnya seperti pada Tabel 6.

Tabel 6 Kelompok masyarakat dan tujuan mengunjungi tumbuhan koleksi KRB Kelompok

masyarakat

Jumlah yang mengunjungi koleksi KRB (orang) Koleksi buah Koleksi hias Koleksi obat Koleksi pangan Koleksi kayu Tidak jawab total Ibu RT 1 8 8 0 2 2 21 PNS 4 13 4 0 5 1 27 Buruh 15 36 14 3 11 7 104 Usahawan 6 16 5 1 4 0 32 Guru 7 9 12 0 1 1 30 Mahasiswa 38 67 48 2 14 3 172 Total 71 149 91 6 37 14 368 persentase 19,29 40,48 24,72 1,63 10,0 3,80

Melalui Likert test secara umum pengunjung memiliki kategori cukup hingga kuat dalam harapan-harapan konservasi tumbuhan obat yang akan datang. Harapan tertinggi jatuh pada pernyataan “Koleksi tumbuhan obat KRB merupakan sarana pembelajaran bagi masyarakat” dengan skor rata-rata 4,49. Ini berarti KRB dituntut untuk mengembangkan aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan informasi dan pengetahuan tumbuhan obat secara umum.

Sementara untuk masing-masing komponen konservasi rata-rata skor tertinggi adalah sebagai berikut:

• komponen perlindungan (save) adalah pernyataan “Koleksi tumbuhan obat adalah bagian penting dari kebun raya” dengan skor 4,55

• komponen pengawetan (study) adalah pernyataan “Publikasi koleksi

tumbuhan obat berguna bagi pengunjung” dengan skor 4,39 dan

• komponen pemanfaatan (use) adalah pernyataan “Koleksi tumbuhan

obat sebagai bahan penelitian dan pengembangan bahan obat alami” dengan skor 4,42.

Dengan demikian masyarakat menganggap koleksi tumbuhan obat adalah bagian yang sangat penting bagi KRB, oleh karenanya perlu dilakukan publikasi yang berguna bagi pengunjung serta penelitian dan pengembangan tumbuhan obat sebagai bahan obat alami. Hasil ini sejalan dengan harapan pegawai KRB yang menganggap tumbuhan obat adalah bagian penting dari KRB dan perlu upaya perbanyakan serta pembibitan untuk dapat disebarluaskan kepada masyarakat.

Meski harapan terhadap konservasi dalam skala Likert masih tergolong

kategori cukup namun jumlah responden yang sesuai (favorable) sudah melebihi

50% (Tabel 7). Nilai ini cukup signifikan untuk mendukung konservasi tumbuhan obat.

Tabel 7 Skor yang sesuai untuk setiap komponen konservasi tumbuhan obat

Komponen konservasi Skor favorable Jumlah responden yang favorable

Perlindungan 20-25 175 orang (47,50%)

Pengawetan 21-25 153 orang (41,57%)

Pemanfaatan 22-25 178 orang (48,37%)

Harapan 21-25 189 orang (51,36%)

Karakteristik pengunjung yang paling sesuai (favorable) terhadap

konservasi secara ringkas seperti terlihat pada Tabel 8 sedangkan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 9-13. Kelompok ibu rumah tangga (ibu rt) dan kalangan wiraswastawan merupakan kelompok masyarakat yang termasuk kategori kuat dalam mendukung konservasi tumbuhan obat di KRB. Dengan demikian kedua kelompok masyarakat ini dapat lebih diandalkan untuk terlibat dalam aksi-aksi konservasi pada masa yang akan datang dibandingkan kelompok masyarakat lainnya.

Tabel 8 Karakteristik pengunjung yang paling sesuai terhadap konservasi tumbuhan obat di KRB Komponen konservasi Karakteristik Profesi Usia (th) Jenis kelamin Pendidikan Peng- hasilan Tempat tinggal Perlindungan ibu rt > 40 laki S1 > 3 juta Luar Jabar Pengawetan ibu rt > 40 laki S1-S3 > 3 juta Jakarta Pemanfaatan Wiraswasta > 40 laki S2-S3 > 3 juta Bandung Harapan Wiraswasta > 40 laki D3 1-3 juta Bandung

Dari aspek usia, pendidikan, dan penghasilan tampaknya semakin tinggi

usia, pendidikan, dan penghasilan maka mereka lebih sesuai (favorable) terhadap

konservasi tumbuhan obat. Namun hal ini tidak sejalan dengan komponen harapan dimana kelompok yang berpenghasilan sedang (1-3 juta) dengan pendidikan D3

tampak lebih sesuai (favorable) dibanding kelompok lain. Harapan identik dengan

kebutuhan, sehingga masyarakat yang kurang penghasilannya lebih membutuhkan aktivitas konservasi KRB yang memenuhi kebutuhan masyarakat dibandingkan masyarakat berpenghasilan tinggi.

Pengunjung yang berasal dari luar Bogor tampak lebih sesuai (favorable)

terhadap konservasi tumbuhan obat dibanding pengunjung dari daerah Bogor. Namun bila dihubungkan dengan kerelaan berkorban untuk konservasi justru

masyarakat Bogor lebih sesuai (favorable) dibanding masyarakat luar Bogor. Hal

ini diduga berkaitan erat dengan ongkos yang relatif lebih sedikit dikeluarkan oleh masyarakat Bogor dibandingkan masyarakat dari luar Bogor. Semakin tinggi usia, pendidikan, dan tingkat penghasilan pengunjung tampak semakin kuat dalam kerelaan berkorban terhadap konservasi tumbuhan obat. Hal ini merupakan isyarat bahwa konservasi tumbuhan obat berkaitan erat dengan kondisi perekonomian dan pengetahuan masyarakat baik langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan wawancara diperoleh berbagai harapan masyarakat umum terkait konservasi dan koleksi tumbuhan obat KRB (Tabel 9). Secara umum masyarakat mengharapkan adanya aktivitas KRB yang dapat menambah wawasan/pengetahuan mereka dalam pengembangan tumbuhan obat.

Tabel 9 Harapan masyarakat umum

No. Harapan-harapan

1. Display simplisia jamu/herbal

2. Peraga pendidikan formal dan studi banding

3. Kebun obat yang bersih, menarik, informatif, nyaman dan menyenangkan

4. Display/papan informasi kegunaan tumbuhan obat dan nama daerahnya

5. Penjualan makanan dan cindera mata dari tumbuhan obat

6. Leaflet, brosur dan buku tentang koleksi tumbuhan obat

7. Peta petunjuk menuju lokasi tumbuhan obat dan pos/pemandu tempat

bertanya

8. Kelas khusus tentang khasiat tumbuhan obat

9. Penjualan tumbuhan obat dengan harga terjangkau masyarakat umum

10. Sosialisasi pembibitan dan budidaya tumbuhan obat

Dari harapan-harapan pada Tabel 9, harapan 3 dan 6 sebenarnya sudah dilakukan KRB tetapi perlu peningkatan kualitas agar sesuai dengan harapan masyarakat. Irisan yang terjadi antara harapan masyarakat umum dengan fakta aktivitas yang terjadi di KRB saat ini seperti tampak pada Gambar 9.

Gambar 9 Irisan antara harapan masyarakat umum dengan aktivitas KRB.

Dalam hal keberadaan kebun dan informasi yang memadai sekitar tumbuhan obat maka KRB dapat membentuk suatu taman tematik obat yang ilmiah dan informatif yaitu taman yang dilengkapi dengan display-display informasi yang menarik dan ragam kegiatan ilmiah yang atraktif. Stimulus yang direspon secara positif oleh masyarakat adalah stimulus alamiah yang meliputi aspek kepentingan ilmiah, historis dan lanskap KRB. Stimulus–stimulus ini merupakan modal dasar bagi KRB untuk dapat mengembangkan potensinya di bidang pendidikan dan rekreasi.

Secara historis KRB didirikan sebagai kebun botani yang dimaksudkan untuk mengumpulkan spesies yang bermanfaat bagi tumbuhan obat. Tumbuhan

harapan masyarakat umum fakta aktivitas KRB Harapan 3 dan 6

obat merupakan kekayaan asli Indonesia dan sangat terkait dengan kegiatan konservasi yang dilakukan oleh KRB sejak didirikan hingga saat kini. Stimulus ini mendapat dukungan dengan tingginya skor rata-rata (4,55) pada pernyataan komponen konservasi ”Koleksi tumbuhan obat adalah bagian penting dari KRB”.

Secara alamiah lanskap KRB memiliki daya tarik sebagai kebun raya yang berada di tengah-tengah kota. Namun Sumitomo (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa untuk meningkatkan nilai atau daya tarik pengunjung, KRB perlu menambah variasi tanaman dan bentuk taman serta jenis kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung. Hal ini sejalan dengan pernyataan masyarakat yang memiliki respon tinggi yaitu koleksi tumbuhan obat KRB dapat dibentuk sebagai taman tematik yang memiliki aspek keindahan dan pengetahuan.

Sementara dari aspek ilmiah, KRB memiliki keunggulan dalam informasi ilmiah koleksi-koleksinya dibandingkan kebun atau taman obat yang dimiliki pihak pengembang tumbuhan obat. Stimulus ilmiah ini dinyatakan antara lain sebagai berikut: “ Publikasi koleksi tumbuhan obat berguna bagi pengunjung”.

Secara skematik harapan masyarakat dapat dipadukan dengan fungsi KRB berdasarkan stimulus alamiahnya (Gambar 10).

Gambar 10 Harapan masyarakat umum, fungsi KRB dan stimulus alamiah.

Dalam hal pengembangan tumbuhan obat dan obat-obatan alami yang dihasilkan, masyarakat sangat mengharapkan adanya sarana sosial dan komersial

Stimulus alamiah: ilmiah, historis, lanskap

KRB Masya- rakat Tumbuhan obat Fungsi terkait: Pendidikan Rekreasi Harapan terkait: (mengacu Tabel 9) no. 2,3,4,7

Taman tematik obat ilmiah-informatif

di KRB terkait pemanfaatan koleksi tumbuhan obat. Stimulus manfaat ekonomi dari tumbuhan obat baik bagi KRB maupun masyarakat sangat berperan untuk terlaksananya program konservasi tumbuhan obat sesuai harapan masyarakat.

Adanya harapan sebagian masyarakat terhadap KRB sebagai sarana pendidikan baik formal maupun non formal khususnya di bidang tumbuhan obat sangat relevan dengan fungsi Pendidikan KRB. Menurut Bari dan Supriatna (1999) pendidikan konservasi tumbuhan dapat dilakukan dengan membangun arboretum di sekitar sekolah, sementara sekolah yang berdekatan dengan kebun raya dapat memanfaatkan lembaga tersebut sebagai sumberdaya pendidikan.

Harapan lain terkait stimulus manfaat dari tumbuhan obat ini adalah pengembangan ke arah komersial yaitu KRB dapat menyediakan sarana jual beli tumbuhan obat maupun makanan/minuman kesehatan dan cindera mata yang dihasilkan dari tumbuhan obat. Semangat masyarakat untuk kembali ke alam masih terasa hingga saat ini, sehingga muncul harapan adanya wisata makanan sehat alami dan jamu khas KRB (Gambar 11).

Gambar 11 Harapan masyarakat umum, fungsi KRB dan stimulus manfaat.

Hubungan harmonis antara KRB sebagai pengelola kebun dengan masyarakat sebagai penikmat kebun perlu terus dijaga agar terjadi keseimbangan

Stimulus manfaat: ekonomi, non ekonomi

KRB Masya- rakat Tumbuhan obat Fungsi terkait: Konservasi Pendidikan Rekreasi Harapan terkait: (mengacu Tabel 9) no. 1,2,5,8,9

Wisata kuliner sehat alami & outlet souvenir/ jamu

antara misi konservasi KRB dengan harapan-harapan masyarakat. Di bidang konservasi tumbuhan obat stimulus rela-religius dalam hal kerelaan berkorban untuk mendapatkan kesenangan dan kenyamanan sangat berpengaruh terhadap kedua pihak. KRB harus meningkatkan fasilitas pelayanan untuk memberi kenyamanan pengunjung, di pihak lain pengunjung pun harus rela mengeluarkan dana lebih untuk mendapatkan fasilitas yang diharapkan.

Seperti telah diisyaratkan sebelumnya bahwa konservasi tumbuhan obat berkaitan erat dengan kondisi perekonomian masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Namun demikian dengan stimulus hubungan harmonis dan untuk menyenangkan masyarakat maka KRB perlu memperhatikan harapan-harapan masyarakat tidak hanya yang berpenghasilan tinggi. Beberapa harapan masyarakat dalam hal ini menekankan pentingnya fasilitas petunjuk dan informasi yang dapat mendukung pengenalan koleksi tumbuhan obat. Harapan – harapan ini setidaknya memiliki relevansi yang kuat dengan fungsi KRB dalam bidang konservasi, pendidikan, dan rekreasi (Gambar 12).

Gambar 12 Harapan masyarakat umum, fungsi KRB dan stimulus rela-religius.

Stimulus rela-religius: hubungan harmonis, kerelaan berkorban KRB Masya- rakat Tumbuhan obat Fungsi terkait: Konservasi Pendidikan Rekreasi Harapan terkait: (mengacu Tabel 9) no. 4,6,7,10 Pemanduan dan papan interpretasi khusus tumbuhan obat

4.3.2. Masyarakat industri obat tradisional

Konsumsi tumbuhan obat terus berkembang seiring berkembangnya industri obat tradisional. Produksi industri obat tradisional tidak saja dipasarkan di Indonesia, tetapi meluas ke mancanegara. Hal ini membangkitkan sebagian masyarakat untuk berlomba-lomba mengeksplorasi sekaligus mengeksploitasi sumberdaya alam bahan baku industri obat. Eksploitasi spesies tropika oleh negara-negara barat sebagai sumber obat-obatan relatif banyak terjadi saat ini, namun sejauh ini kebun raya belum berperan sebagai bagian penting dari kondisi demikian (Heywood 1991). Kegiatan eksplorasi sudah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian dan industri maupun perorangan namun hasilnya tidak terdokumentasi dengan baik sehingga kita tidak memiliki literatur yang utuh

tentang tumbuhan obat dan ramuan pengobatannya (Hasnam et al. 2000).

Beberapa harapan yang terungkap dari masyarakat industri obat tradisional (IOT) terhadap KRB adalah seperti pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10 Harapan masyarakat industri obat tradisional

No. Harapan-harapan

1. Memprioritaskan koleksi tumbuhan obat untuk bahan baku obat tradisional

2. Sebagai ajang pameran produksi obat tradisiona

3. Mendukung produksi obat tradisional melalui penelitian ilmiahnya

4. Sebagai sumber informasi ilmiah bagi industri obat tradisional

5. Menjadi jembatan produksi obat tradisional dengan masyarakat

Selama ini KRB belum melakukan aktivitas seperti yang diharapkan oleh masyarakat IOT. Pada umumnya aktivitas yang berhubungan dengan IOT terbatas pada upaya perbanyakan dan budidaya bahan baku jamu di beberapa daerah penghasil jamu. Irisan antara harapan masyarakat IOT dengan fakta aktivitas KRB saat ini seperti tampak pada Gambar 13.

Gambar 13 Irisan antara harapan masyarakat IOT dengan aktivitas KRB.

harapan masyarakat

IOT

fakta aktivitas KRB

Sebagai salah satu lembaga ilmiah, KRB dituntut memberi kontribusi nyata dalam peningkatan pengetahuan masyarakat. Oleh karena itu harapan masyarakat industri obat tradisional agar KRB dapat berkiprah dalam penelitian tumbuhan bahan baku obat perlu ditindaklanjuti. Penelitian bersama KRB-IOT pernah dilakukan antara tahun 1996-2000 di daerah Cilacap dan Kediri. Pada saat itu penelitian lebih ditekankan kepada aspek teknik budidaya beberapa bahan baku

obat tradisional. Menurut Djumidi et al. (1999) upaya budidaya merupakan salah

satu usaha konservasi secara ex situ yang strategis bagi pemanfaatan tumbuhan

obat berkelanjutan. Beberapa industri obat tradisional mulai mengembangkan budidaya tumbuhan obat. Saat ini beberapa industri membutuhkan KRB sebagai mitra yang mendukung dalam penelitian kandungan bahan obat alami dan kualitas bahan baku obat yang bersangkutan. Dengan demikian KRB seharusnya mulai memperkuat dasar penelitian di bidang fitokimia dan farmakologi untuk mendukung kerjasama dengan pihak industri (Gambar 14).

Gambar 14 Harapan masyarakat industri, fungsi KRB dan stimulus alamiah. Selain kerjasama penelitian, selama ini KRB belum pernah mengadakan pameran bertema obat tradisional, sedangkan pameran tumbuhan obat pernah dilakukan sekali. Dalam sepuluh tahun terakhir ini tidak ada kiprah KRB dalam pengembangan industri obat tradisional sementara harapan beberapa industri,

Stimulus alamiah- ilmiah KRB Masya- rakat Tumbuhan obat Fungsi terkait: Penelitian Pendidikan Harapan terkait: (mengacu Tabel 10) no. 3,4 Penelitian bersama KRB-IOT: fitokimia & farmakologi

terutama industri kecil obat tradisional adalah KRB dapat berperan sebagai salah satu bagian promosi produk mereka. Stimulus manfaat pengetahuan tumbuhan obat dan dalam rangka peningkatan perekonomian masyarakat industri, tumbuhan obat merupakan pijakan bersama ke arah kegiatan ini (Gambar 15). Melalui pameran obat tradisional yang berbasis ilmiah, KRB dapat menjalankan fungsi konservasinya terutama dalam pemanfaaatan sumberdaya hayati secara berkelanjutan.

Gambar 15 Harapan masyarakat industri, fungsi KRB dan stimulus manfaat. Selain stimulus alamiah-ilmiah dan stimulus manfaat, kemitraan dengan industri obat tradisional dapat berpijak pada stimulus rela-religius. Kerelaan KRB untuk memberi pelayanan dan kemudahan demi pemanfaatan berkelanjutan dan berkeadilan dalam konservasi tumbuhan obat perlu dibangkitkan. Beberapa industri mengharapkan informasi yang pasti dari KRB baik tentang kebenaran material bahan obat alami maupun potensi pasar dari obat tradisional yang dihasilkan. Kerelaan berkorban pihak industri untuk mendatangi KRB secara langsung maupun berkomunikasi melalui surat dan telpon merupakan pertanda bahwa KRB adalah salah satu lembaga yang diandalkan untuk informasi. Oleh

Stimulus manfaat: ekonomi, pengetahuan KRB Masya- rakat Tumbuhan obat Fungsi terkait: Konservasi Penelitian Pendidikan Harapan terkait: (mengacu Tabel 10) no. 1,2,5 Pameran obat tradisional berbahan baku tumbuh-tumbuhan

karenanya pembentukan KRB sebagai sumber informasi bahan baku obat alami dan pemasaran layak untuk ditindaklanjuti (Gambar 16).

4.3.3. Masyarakat praktisi obat tradisional

Praktisi obat tradisional dalam hal ini adalah para pengobat yang menggunakan ramuan bahan tumbuh-tumbuhan baik dalam pelayanan kesehatan formal maupun tradisional. Berdasarkan wawancara dengan praktisi obat tradisional dan praktisi kesehatan diperoleh beberapa harapan terhadap KRB dan koleksi tumbuhan obatnya seperti tercantum pada Tabel 11.

Sebagian dari harapan-harapan pada Tabel 11 sebenarnya sudah dilakukan oleh KRB. KRB memiliki koleksi tumbuhan dari berbagai habitus dan berasal dari berbagai negara terutama daerah tropis. Koleksi ini tersebar di kebun koleksi yang penataannya didasarkan persamaan famili, oleh karenanya tumbuhan obat yang non herba tersebar di berbagai pelosok kebun. Aklimatisasi spesies luar negeri secara umum juga dilakukan KRB meskipun belum secara khusus untuk spesies tumbuhan obat.

Stimulus rela-religius: kemudahan dan kebenaran informasi KRB Masya- rakat Tumbuhan obat Fungsi terkait: Konservasi Harapan terkait: (mengacu Tabel 10) no. 1,4 Sumber bahan baku dan informasi pemasaran

Tabel 11 Harapan masyarakat praktisi obat tradisional

No. Harapan-harapan

1. Koleksi tumbuhan obat berhabitus semak, perdu, liana, dan pohon

2. Koleksi tumbuhan obat di KRB dapat menjadi stokbuat produk

makanan/ minuman kesehatan yang dapat dibeli masyarakat

3. Memperkaya koleksi tumbuhan obat yang berasal dari luar negeri dan

melakukan aklimatisasi di kebun

4. Sarana studi banding pengelolaan tumbuhan obat

5. Sumber untuk melengkapi koleksi tanaman obat para praktisi

6. Pusat studi ilmiah tumbuhan obat modern secara formal

7. Sumber informasi/sosialisasi budidaya serta pengadaan bibit tumbuhan

obat

8. Membentuk jejaring antar pemangku kepentingan dunia tumbuhan obat

9. Menyusun SOP budidaya tumbuhan obat langka untuk menghasilkan

herbal berkualitas dan terstandar

10. Melakukan gerakan sosial kemanusiaan pengembangan tumbuhan obat

11. Melakukan promosi ke luar kota dengan kegiatan yang menarik di bidang

tumbuhan obat

12. Mempublikasikan hasil penelitian tumbuhan obat

13. Membuka kelas khusus pemanfaatan tumbuhan obat

Irisan harapan masyarakat praktisi obat tradisional dengan aktivitas KRB saat ini seperti tampak pada Gambar 17.

Gambar 17 Irisan antara harapan masyarakat praktisi dengan aktivitas KRB.

Berdasarkan harapan-harapan tersebut pada Tabel 11 pada dasarnya para praktisi obat tradisional dan kesehatan mengharapkan adanya peningkatan pengetahuan dari KRB. Budidaya tumbuhan obat merupakan harapan utama para praktisi mengingat tidak banyak orang melakukan budidaya tumbuhan obat yang dibutuhkan para praktisi. Menurut Herlina (2010) pengembangan budidaya

harapan masyarakat praktisi fakta aktivitas KRB Harapan 1, 3 dan 12

tumbuhan obat didasarkan kepada beberapa pertimbangan antara lain (1) besarnya potensi tumbuhan obat dan kayanya pengetahuan tradisional masyarakat akan pemanfaatannya, (2) berkembangnya pasar simplisia/obat tradisional atau adanya perusahaan jamu di sekitar lokasi, (3) tersedianya lahan yang sesuai baik secara ekologis maupun aksesibilitas untuk pengembangan budidaya tumbuhan obat, dan (4) tersedianya sumberdaya manusia (para pakar dibidang biofarmaka dan petani). Keempat hal tersebut biasanya kurang diantisipasi para praktisi di bidang tumbuhan obat.

Salah satu jalan untuk menambah kegiatan yang dapat dilakukan KRB adalah membuka tempat pembibitan (nursery) bagi pengunjung yang akan menambah pengetahuan mereka dalam bidang budidaya, sehingga menghilangkan kesan monoton pada obyek demikian menurut penelitian Sumitomo (2004).

Gambar 18 Harapan masyarakat praktisi, fungsi KRB dan stimulus alamiah.

Pembibitan tumbuhan obat dengan prosedur operasional yang baik adalah kegiatan yang didasarkan atas fungsi KRB dalam konservasi yang didorong oleh stimulus alamiah (Gambar 18). Dalam hal ini secara historis dan ilmiah KRB mempunyai potensi untuk menyebarkan pengetahuan teknik budidaya kepada para praktisi. KRB dapat berperan sebagai pusat pembibitan tumbuhan obat yang

Stimulus alamiah: historis-ilmiah KRB Masya- rakat Tumbuhan obat Fungsi terkait: Konservasi Pendidikan Harapan terkait: (mengacu Tabel 11) no. 2,3,5,7,9 SOP budidaya tumbuhan obat

menyediakan fasilitas bibit serta teknik-teknik pembibitan yang berkualitas. Sebagai langkah pengembangan budidaya yang membutuhkan lahan luas maka KRB dapat bekerjasama dengan petani dan pemilik lahan di beberapa kawasan sekitar KRB.

Selain sebagai sarana pendidikan di bidang budidaya khususnya, para praktisi berharap KRB juga berperan sebagai sarana sosial sekaligus ajang komersial bagi pengembangan obat tradisional. Adanya keinginan beberapa pihak agar KRB menyediakan makanan/minuman kesehatan yang berasal dari tumbuhan obat merupakan stimulus bagi KRB untuk meningkatkan pengetahuan di bidang ini. Stimulus manfaat adalah pendorong bagi KRB untuk menyediakan sarana komersial seperti kedai sehat atau warung sehat bugar di sekitar koleksi tumbuhan obat (Gambar 19).

Gambar 19 Harapan masyarakat praktisi, fungsi KRB dan stimulus manfaat. Sebagai lembaga yang banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai kalangan para praktisi berharap KRB tidak terlalu ekslusif komersial. Kegiatan sosial tetap harus ditonjolkan dalam membangun citra KRB sebagai pusat pengetahuan dan konservasi tumbuhan obat. Sebagai penyeimbang kegiatan komersial di bidang makanan/minuman kesehatan maka para praktisi berharap

Stimulus manfaat: ekonomi-pengetahuan KRB Masya- rakat Tumbuhan obat Fungsi terkait: Pendidikan Rekreasi Harapan terkait: (mengacu Tabel 11) no. 2,4,6,10,13

Kedai sehat alami, kelas pemanfaatan tumbuhan obat

adanya berbagi pengetahuan dan pengalaman. Salah satu yang diharapkan adalah adanya kelas-kelas khusus mengenai pengenalan dan pemanfaatan tumbuhan obat.

Pada umumnya para praktisi tidak memiliki lahan yang luas untuk dapat menyediakan tumbuhan obat sebagai bahan praktek mereka. Sebagian besar koleksi tumbuhan obat mereka adalah spesies yang berhabitus kecil yaitu dari golongan herba yang mudah tersedia dan mudah diperoleh di masyarakat. Selain itu tumbuhan berhabitus herba relatif tidak terlalu membutuhkan lahan yang luas dan lebih sering dibutuhkan dalam praktek pengobatan. Oleh karenanya mereka berharap koleksi KRB lebih memfokuskan kepada tumbuhan obat non herba sebagai sarana pelengkap kebutuhan mereka. Demikian pula spesies tumbuhan obat yang berasal dari luar negeri untuk bisa diaklimatisasikan di KRB. Stimulus kerelaan berkorban demi kelangsungan pengembangan pemanfaatan tumbuhan

Dokumen terkait