• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Antimikroba Sediaan Krim Kaki Minyak Atsiri Sereh Wangi Jawa terhadap Staphylococcus epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran Jawa terhadap Staphylococcus epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran

HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Uji Aktivitas Antimikroba Sediaan Krim Kaki Minyak Atsiri Sereh Wangi Jawa terhadap Staphylococcus epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran Jawa terhadap Staphylococcus epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran

Data pada tabel VIII memperlihatkan nilai probabilitas (p) dari ketiga formula lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa viskositas pada hari ke-28 berbeda tidak bermakna dengan viskositas pada waktu awal pembuatan sediaan, sehingga dapat dikatakan bahwa sediaan krim kaki minyak atsiri sereh wangi Jawa FI, FII dan FIII memiliki stabilitas yang baik selama penyimpanan 28 hari.

E. Uji Aktivitas Antimikroba Sediaan Krim Kaki Minyak Atsiri Sereh Wangi Jawa terhadap Staphylococcus epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh komposisi setil alkohol sebagai stiffening agent terhadap daya antibakteri sediaan krim minyak atsiri sereh wangi Jawa. Metode yang digunakan adalah difusi sumuran karena sesuai dengan sifat krim yang memiliki viskositas yang tinggi dimana sediaan sulit terabsorbsi sempurna pada paper disk dan akan memberikan hasil yang bias. Proses pengerjaan uji ini dilakukan di dalam Microbiological Safety Cabinet (MSC) untuk meningkatkan kondisi aseptis.

Pada penelitian ini dibuat tujuh lubang sumuran yang masing-masing dengan sediaan krim formula I, formula II, formula III, kontrol negatif dan kontrol positif. Kontrol negatif merupakan basis krim tanpa minyak sereh wangi Jawa

dengan variasi setil alkohol 4%, 6% dan 8%. Kontrol negatif ini digunakan sebagai pembanding untuk melihat apakah basis krim memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Kontrol positif yang digunakan adalah krim klindamisin 0,2% yang diformulasikan sendiri oleh peneliti. Klindamisin 0,2% diformulasikan dengan Biocream® karena merupakan basis yang sudah sering digunakan dan telah beredar dipasaran. Kontrol positif digunakan sebagai pembanding untuk melihat apakah potensi antibakteri sediaan krim minyak atsiri sereh wangi Jawa sama dengan antibiotik sintesis yang telah beredar. Pada uji ini digunakan suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis yang telah disetarakan dengan standar Mac Farland 0,5 (10! CFU/mL) karena merupakan standar yang telah ditetapkan oleh Clinic and Laboratory Standard Institute (CLSI) untuk penentuan nilai KHM dengan metode difusi.

Berikut adalah hasil diameter zona hambat sediaan krim kaki minyak atsiri sereh wangi Jawa terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis yang ditunjukkan pada Tabel IX dan Gambar 6.

Tabel IX. Hasil diameter zona hambat sediaan krim kaki minyak atsiri sereh wangi

Jawa terhadap bakteri Staphylococcus epidrmidis

Kelompok

Rerata ± SD Diameter Zona Hambat

(mm) Formula I 6,06 ± 0,280 Formula II 5,05 ± 0,265 Formula III 4,19 ± 0,175 Kontrol positif 33,88 ± 1,206 Kontrol basis 0 ± 0

Gambar 6. Diameter zona hambat sediaan krim kaki minyak atsiri sereh wangi Jawa terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis

Keterangan: FI = formula sediaan krim kaki minyak atsiri sereh wangi Jawa dengan konsentrasi setil alkohol 4%; FII = formula sediaan krim kaki minyak atsiri sereh wangi Jawa dengan konsentrasi setil alkohol 6%; FIII = formula sediaan krim kaki minyak atsiri sereh wangi Jawa dengan konsentrasi setil alkohol 8%; BI = basis sediaan krim kaki tanpa minyak atsiri sereh wangi Jawa dengan konsentrasi setil alkohol 4%; BII = basis sediaan krim kaki tanpa minyak atsiri sereh wangi Jawa dengan konsentrasi setil alkohol 6%; BIII = basis sediaan krim kaki tanpa minyak atsiri sereh wangi Jawa dengan konsentrasi setil alkohol 8%;

K+ = sediaan krim klindamisin 0,2% sebagai kontrol positif. !

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, Levene test dan t test. Uji Shapiro-Wilk digunakan untuk melihat normalitas dari data yang diperoleh. Data dikatakan normal apabila memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,05. Levene test digunakan untuk melihat kehomogenitasan dari data yang diperoleh. Data dikatakan homogen apabila memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,05. Berdasarkan hasil

analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh normal dan homogen. Untuk mengetahui kekuatan antibakteri masing-masing sediaan, maka dilakukan analisis statistik dengan menggunakan t-test.

Tabel X. Hasil uji statistika diameter zona hambat sediaan krim kaki minyak sereh wangi Jawa

Kelompok FI FII FIII K+ K-

FI - BB BB BB BB

FII BB - BB BB BB

FIII BB BB - BB BB

K+ BB BB BB - BB

K- BB BB BB BB -

Keterangan: BB = Berbeda bermakna; FI = Sediaan krim minyak sereh wangi Jawa dengan konsentrasi setil alkohol 4%; FII = Sediaan krim minyak sereh wangi Jawa dengan konsentrasi setil alkohol 6%; FIII = Sediaan krim minyak sereh wangi Jawa dengan konsentrasi setil alkohol 8%; K+ = Kontrol positif;

K-= Kontrol negatif

Dari data diatas menunjukan diameter zona hambat yang menurun seiring dengan penambahan setil alkohol sebagai stiffening agent. Formula I dengan konsentrasi setil alkohol 4% memiliki zona hambat paling besar dibandingkan dengan Formula II dan III. Ketiga formula memiliki zona hambat yang berbeda bermakna secara statistika. Hal ini menunjukan dengan penambahan setil alkohol akan meningkatkan viskositas dan menurunkan kemampuan sediaan untuk melepaskan zat aktif. Meningkatnya viskositas akan menurunkan kecepatan difusinya sehingga menurunkan mobilitas bahan aktif dalam menuju keadaan seimbang sehingga jumlah yang lepas juga berkurang. Ketiga formula juga menunjukan hasil yang berbeda bermakna dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan jika ketiga sediaan minyak atsiri sereh wangi Jawa memiliki kemampuan antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis tetapi

tidak sekuat kemampuan klindamisin 0,2%. Sediaan FI, FII dan FIII memiliki kekuatan antibakteri pada level sedang (daerah hambat 5-10 mm). Sediaan krim kaki minyak atsiri sereh wangi Jawa merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk menghambat bakteri (bakteriostatik) sehingga sudah cukup dengan memiliki kekuatan antibakteri pada level sedang.

Berdasarkan hasil uji viskositas, daya sebar, stabilitas dan daya antibakteri, FI dengan penambahan setil alkohol sebesar 4% merupakan formula yang paling baik karena memenuhi kriteria viskositas dan daya sebar serta memiliki stabilitas yang baik selama penyimpanan 28 hari. Selain itu, FI memiliki daya antibakteri yang paling baik diantara ketiga formula. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya zona hambat yang terbentuk lebih besar dibandingkan dengan FII dan FIII.

51 BAB V