• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Uji Daya Antibakteri Minyak Sereh Wangi Jawa terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis

Uji ini dilakukan untuk mengetahui serta memastikan apakah minyak atsiri sereh wangi Jawa memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 12228. Pada penelitian ini, kultur murni bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Kemurnian bakteri yang diperoleh dilakukan dengan uji ciri-ciri koloni pada media isolasi, uji fermentasi karbohidrat serta uji biokimia penegasan dan dibuktikan dengan dilampirkannya surat keterangan mengenai bakteri tersebut (Lampiran 2).

Minyak sereh wangi Jawa yang berkualitas baik biasanya mengandung sitronelal, geraniol dan sitrinelol. Sitronelal (monoterpen aldehida) memiliki potensi antibakteri yang memiliki target membran protein fungsional yang menyebabkan perubahan permeabilitas membran bakteri Gram positif (Brugnera, Olivera, Piccoli, 2011). Aktivitas antibakteri gugus alkohol (geraniol dan sitrinelol) bertindak sebagai agen pendehidrasi pada dosis rendah dan agen pendenaturasi pada dosis tinggi. Alkohol dan fenol dapat menyebabkan pecahnya membran (Lertsatitthanakorn, Taweechaisupapong, Arunyanart, Khunkitti, 2010).

Pada uji aktivitas antibakteri minyak sereh wangi Jawa ini digunakan metode sumuran difusi sumuran karena sifat dari minyak sereh wangi Jawa yang besifat lipofil dan bentuk sediaan krim kaki minyak sereh yang memiliki viskositas dan konsistensi relatif tinggi. Minyak atsiri cenderung bersifat non

polar, sedangkan media MHA cenderung bersifat polar karena mengandung air. Perbedaan sifat kepolaran tersebut dapat berpengaruh terhadap proses difusi minyak dalam media. Untuk membantu proses difusi maka minyak sereh wangi Jawa dilarutkan dalam suatu pelarut, yaitu parafin cair. Daya antibakteri suatu senyawa dilihat dari besarnya zona jernih yang muncul disekeliling sumuran.

Uji aktivitas antibakteri dilakukan di dalam Microbiological Safety Cabinet (MSC). Hal ini dilakukan untuk mengkondisikan pekerjaan yang aseptis sehingga meminimalkan terjadinya kontaminasi. Pada penelitian ini dibuat sembilan lubang sumuran yang masing-masing diisi dengan minyak atsriri sereh wangi Jawa dengan konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5 dan 20% (v/v), kontrol negatif serta kontrol positif. Kontrol negatif yang digunakan adalah parafin cair. Kontrol negatif berfungsi untuk melihat apakah pelarut yang digunakan memiliki aktivitas antibakteri atau tidak sehingga meminimalkan bias pada hasil zona hambat minyak sereh wangi Jawa.

Kontrol positif yang digunakan adalah antibiotik klindamisin 0,2%. Klindamisin adalah antibiotika linkosamid semisintetik yang diturunkan dari linkomisin. Klindamisin sering digunakan pada terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri golongan Staphylococcus, Streptococcus dan Pneumococcus. Mekanisme kerja antibiotika ini serupa dengan eritromisin, dengan mengikat ribosom 50S sehingga menghambat langkah translokasi sintesis protein (Bonner, 2008). Kontrol positif ini digunakan sebagai pembanding hasil dengan minyak atsiri sehingga dapat diketahui apakah minyak sereh memiliki potensi yang dapat menggantikan antibiotik sintesis yang beredar di pasaran. Berikut adalah hasil

diameter zona hambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis yang terbentuk oleh minyak sereh wangi Jawa pada Gambar 4.

!

Gambar 4. Diameter zona hambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis yang

terbentuk oleh minyak atsiri sereh wangi Jawa

Keterangan: a = minyak atsiri sereh wangi Jawa 5%; b = minyak atsiri sereh wangi Jawa 7,5%; c = minyak atsiri sereh wangi Jawa 10%; d = minyak atsiri sereh wangi Jawa 12,5%; e = minyak atsiri sereh wangi Jawa 15%; f = minyak atsiri sereh wangi Jawa 17,5%; g = minyak atsiri sereh wangi Jawa 20%; K- = kontrol negatif; K+ = kontrol positif.

Berikut adalah besarnya diameter zona hambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis yang terbentuk oleh minyak sereh wangi Jawa dengan berbagai konsentrasi yang ditunjukkan pada Tabel III.

Tabel III. Diameter zona hambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis yang terbentuk oleh minyak atsiri sereh wangi Jawa

Senyawa Uji

Rerata ± SD Diameter Zona Hambat

(mm)

Minyak sereh wangi jawa 5% 3,17 ± 1,591 Minyak sereh wangi jawa 7,5% 3,60 ± 0,482 Minyak sereh wangi jawa 10% 4,25 ± 0,205 Minyak sereh wangi jawa 12,5% 6,17 ± 0,301 Minyak sereh wangi jawa 15% 8,12 ± 1,320 Minyak sereh wangi jawa 17,5% 9,78 ± 0,896 Minyak sereh wangi jawa 20% 11,05 ± 1,418 Kontrol positif (klindamisin 0,2%) 48,13 ± 1,850 Kontrol negatif (parafin cair) 0 ± 0

Hasil pengukuran zona hambat tersebut menunjukkan bahwa minyak sereh wangi Jawa memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, Levene test dan t test. Uji Shapiro-Wilk digunakan untuk melihat normalitas dari data yang diperoleh. Data dikatakan normal apabila memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,05. Levene test digunakan untuk melihat kehomogenitasan dari data yang diperoleh. Data dikatakan homogen apabila memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh normal dan homogen. Untuk mengetahui kekuatan antibakteri masing-masing sampel, maka dilakukan analisis statistik dengan menggunakan t-test.

Tabel IV. Hasil uji statistika diameter zona hambat yang terbentuk oleh minyak sereh wangi Jawa

5% 7,5% 10% 12,5% 15% 17,5% 20% K+ K- 5% - BTB BTB BB BB BB BB BB BTB 7,5% BTB - BTB BB BB BB BB BB BB 10% BTB BTB - BB BTB BB BB BB BB 12,5% BTB BB BB - BTB BB BB BB BB 15% BB BB BTB BTB - BTB BTB BB BB 17,5% BB BB BB BB BTB - BTB BB BB 20% BB BB BB BB BTB BTB - BB BB K+ BB BB BB BB BB BB BB - BB K- BTB BB BB BB BB BB BB BB BB

Keterangan: BB = Berbeda Bermakna; BTB = Berbeda Tidak Bermakna; K+ = Kontrol positif; K- = Kontrol negatif

Berdasarkan hasil percobaan Wijayanti (2013), KHM dan KBM minyak atsiri sereh wangi Jawa terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis adalah 12,5% dan 15%. Dari tabel IV diatas minyak atsiri sereh wangi Jawa konsentrasi 15%, 17,5% dan 20% menunjukan zona hambat yang berbeda tidak bermakna secara statistika. Seluruh konsentrasi minyak sereh wangi Jawa menunjukan hasil berbeda bermakna dengan kontrol negatif kecuali konsentrasi 5% dan juga menunjukkan hasil berbeda bermakna dengan kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa minyak sereh wangi Jawa memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis tetapi tidak sebesar klindamisin 0,2%. Peneliti memilih konsentrasi 15% yang akan dimasukkan dalam formulasi sediaan krim kaki karena pada konsentrasi tersebut memiliki diameter zona hambat yang berbeda tidak bermakna secara statistik terhadap konsentrasi 17,5% dan 20%.