Dalam penelitian ini ingin dilihat seberapa jauh bumbu dapat meningkatkan aktivitas total antioksidan dalam darah hewan coba percobaan. Untuk itu data Antioksidan total yang diperoleh dari serum darah hewan coba yang diukur pada awal penelitian, minggu III, minggu XII dan minggu XX dirata-ratakan, diuji apakah data tersebut homogen menurut uji Lavene dan berdistribusi normal berdasarkan uji Saphiro-Wilk. Kemudian dicari perbedaannya diantara perlakuan
yang diberlakukan di masing-masing minggu pengukuran dan dinamikanya di masing-masing minggu pengukuran untuk setiap perlakuan. Dari hasil pengujian terhadap data pada minggu III dan XII diperoleh data yang terdistribusi normal tetapi tidak pada minggu XX. Begitu juga homogenitasnya, dimana data minggu III dan XII juga terlihat homogeny, tetapi pada minggu XX datanya menjadi tidak homogen. Untuk itu maka untuk minggu III dan XII dilakukan uji beda dengan One Way Annova dan dilanjutkan dengan Post Hoc LSD untuk melihat perbedaan di masing-masing minggu dan perbedaan di masing-masing perlakuan antara minggu pengukuran. Sedangkan data pada minggu XX digunakan uji non parametrik untuk dua sampel yang berbeda (Mann-Whitney).
Gambar 8.4. lampiran 11 dan tabel 5.13, menjelaskan perbedaan kadar total antioksidan ditiap-tiap perlakuan yang dilihat pada minggu-minggu pengukuran.
Tabel 5.12
Aktivitas Anti Oksidan Total yang diukur pada Tiga Kali Pengkuran pada Tikus Wistar
PERLAKUAN MINGGU III MINGGU XII MINGGU XX
MEAN±SD* P MEAN±SD** P MEAN±SD*** P
P I 649,8±10,12 0,754 254±47,20 0,379 718,9±69,12 0,092 P II 732,8±30,71 0,798 796±4,90 0,683 792,6±12,66 0,830 P III 720,5±25,31 0,527 814,4±25,78 0,272 776,5±27,46 0,851 P IV 639,3±54,33 0,621 790,2±111,22 0,332 750,9±5,98 0,850 P V 673,8±9,33 0,291 484,8±52,04 0,161 680,5±66,64 0,044 P VI 635,8±62,53 0,786 795,6±60,92 0,551 716,4±47,28 0,276 * : tingkat homogenitas 0,338 ** : tingkat homogenitas 0,111 *** : tingkat homogenitas 0,044
Pada awal sebelum dilakukan penelitian, rata-rata kadar antioksidan total adalah 770,5 µl/dL ± 81,5 (Tabel 5.1). Pada minggu III (gambar 8.4.1 lampiran 11) gambaran umum sepertinya menurun, dimana seperti sudah disebutkan di atas bahwa aktivitas tetinggi dijumpai pada hewan coba yang memperoleh diet daging plus bumbu dosis maksimum (PI) yaitu 732, 8 ± 30,71 µl/dL dan terendah pada hewan coba yang memperoleh makanan aslinya (PVI) yaitu dengan rata-rata 635,8 ± 62, 53 µl/dL. Hewan coba yang memperoleh makanan daging babi saja (PV), Kadar antioksidan totalnya lebih tinggi dibandingkan dengan 3 perlakuan yang menunjukkan antioksidan rendah di atas (PI, PIV, PVI) tetapi perbedaannya tidak signifikan (p>0,05), sebaliknya kadar ini secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan hewan coba-hewan coba yang memiliki antioksidan yang tinggi (p <0,05).
Pada minggu ke XII (gambar 8.4.2 lampiran 11), kemampuan antioksidan total pada hewan coba yang memperoleh bumbu dosis minimum (PIV) dan yang memperoleh makanan aslinya (PVI) mendekati aktivitas antioksidan dari hewan coba-hewan coba yang memiliki kemampuan antioksidan tinggi. Sehingga ke empat perlakuan ini memiliki aktivitas antioksidan yang tidak berbeda secara signifikan (p>0,05) yaitu yang memperoleh bumbu dosis maksimum (PII) menjadi 796 ± 4,90 µl/dL), bumbu dosis optimum (PIII) menjadi 814,4 ± 25,78 µl/dL), dosis minimum (PIV) yang menjadi 790,2 ± 111,22 µl/dL dan yang memperoleh makanan aslinya (PVI) dengan aktivitas antioksidan rata-rata menjadi 795,6 ± 60,92 µl/dL. Aktivitas antioksidan dari hewan yang memperoleh makanan hiperkolesterol (PI) dan yang mendapat daging saja (PV) menunjukkan aktivitas
yang sangat rendah yaitu 254 ± 47,20 µl/dL dan 484,8 ± 52,04 µl/dL dan kedua aktivitas ini menjadi berbeda sangat bermakna dengan 4 perlakuan lainnya yang memiliki kadar antioksidan tinggi tadi (p<0,05). Padahal kedua aktivitas rendah tersebut sebenarnya sudah berbeda secara bermakna juga (p< 0,05).
Tabel 5.13
Perbedaan Kadar Antioksidan Total pada Minggu III, XII dan XX di Masing-masing Perlakuan
JENIS PERLAKUAN
MINGGU III MINGGU XII MINGGU XX
P P P PI vs PII -83,00 0,006† -542,00 <0,001†† -73,75 0,021† PI vs PIII -70,67 0,017† -560,40 <0,001†† -57,63 0,083 PI vs PIV 10,50 0,700 -536,23 <0,001†† -32,00 1,000 PI vs PV -24,00 0,383 -230,80 <0,001†† 38,38 0,200 PI vs PVI 14,00 0,608 -541,60 <0,001†† 2,50 0,686 PII vs PIII 12,33 0,651 -18,40 0,670 16,13 0,486 PII vs PIV 93,50 0,003† 5,77 0,894 41,75 0,029† PII vs PV 59,00 0,041† 311,20 <0,001†† 112,13 0,029† PII vs PVI 97,00 0,002† 0,40 0,993 76,25 0,029† PIII vs PIV 81,17 0,007† 24,17 0,577 25,63 0,343 PIII vs PV 46,67 0,099 329,60 <0,001†† 96,00 0,029† PIII vs PVI 84,67 0,005† 18,80 0,664 60,13 0,114 PIV vs PV -34,50 0,215 305,43 <0,001†† 70,38 0,029† PIV vs PVI 3,50 0,898 -5,37 0,901 34,50 0,343 PV vs PVI 38,00 1,174 -310,80 <0,001†† -35,88 0,486 †: Kemaknaan <0,05, ††: kemaknaan ≤ 0,001, PI: Perlakuan makanan hiperkolesterol; PII: Perlakuan daging plus bumbu dosis maksimum; PIII: Perlakuan daging plus bumbu dosis optimum; PIV: Perlakuan daging plus bumbu dosis minimum; PV: Perlakuan daging saja; PVI: Perlakuan makanan asli tikus; (-): Delta negatif I<II
Pada minggu ke XX (gambar 8.4.2 lampiran 11), aktivitas antioksidan pada hewan yang memperoleh makanan daging plus bumbu dosis maksimum (PII) tetap tinggi dan paling tinggi secara bermakna dengan hewan yang memperoleh makanan hiperkolsterol (PI), daging saja (PV), bumbu dosis optimum (PIII), bumbu dosis minimum (PIV) dan makanan aslinya (PVI) (p <
0,05). Sebaliknya aktivitas antioksidan dari hewan yang memperoleh bumbu dosis optimum (PIII) dan dosis minimum (PIV) menjadi tidak berbeda secara signifikan (p>0,05), tetapi secara signifikan lebih rendah dari hewan yang memperoleh makanan daging plus bumbu dosis maksimum (PII) dan lebih tinggi secara signifikan terhadap hewan yang memperoleh makanan hiperkolesterol (PI) dan yang memperoleh daging saja (PV) (p<0,05). Sedangkan hewan yang memperoleh makanan aslinya (PVI) memiliki aktivitas antioksidan yang lebih rendah dari hewan yang mendapat perlakuan bumbu (PII-PIV) tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan hewan yang mendapat makanan hiperkolesterol (PI) maupun daging saja (PV). Hanya saja perbedaan Aktivitas dari kedua sisi ini secara statistik tidak berbeda secara bermakna (p>0,05)
Gambaran perbedaan aktivitas antioksidan total di masing-masing minggu pengukuran dapat disebabkan oleh karena dinamika aktivitas antioksidan total yang diukur pada minggu 0, III, XII dan XX di setiap perlakuan. Hasil yang diperoleh disajikan dalam gambar 5.5 dan tabel 5.14 di bawah ini.
Seperti sudah disebutkan di atas, bahwa pada awalnya, rata-rata aktivitas antioksidan total adalah 770,5 µl/dL ± 81,5 (Tabel 5.1). Pada minggu ke III, aktivitas antioksidan di semua perlakuan menunjukkan penurunan. Tetapi penurunan yang sangat bermakna ditemukan pada hewan yang memperoleh makanan hiperkolesterol (PI), yang memperoleh bumbu dengan dosis minimum (PIV), makanan daging babi saja (PV) dan makanan aslinya (PVI) (p<0,05), sehingga keempat perlakuan ini memiliki aktivitas antioksidan yang sangat
rendah. Hewan yang mendapatkan bumbu dosis maksimum (PII) dan Bumbu dosis Optimum (PIII) penurunannya tidak bermakna.
-♦-PI: Makanan hiperkolesterol, ■-: PII: Daging plus bumbu dosis maksimum, -▲-:PIII: Daging plus bumbu dosis optimum; -x-PIV: Daging plus bumbu dosis minimum; -ж: PV: Daging saja; -●-PVI: makanan asli tikus
Gambar 5.5 Dinamika Perubahan Aktivitas Antioksidan Total pada Masing- masing Perlakuan yang Diukur pada Minggu III, XII dan XX
Pada minggu XII, empat perlakuan yaitu hewan yang mendapatkan tambahan bumbu selain daging baik itu dosis maksimum (PII), optimum (PIII) maupun minimum (PIV) dan yang memperoleh makanan aslinya (PVI) menunjukkan peningkatan aktivitas antioksidan. Peningkatan yang bermakna (p<0,05) terjadi pada hewan-hewan yang memperoleh bumbu dosis optimum (PIII), minimum (IV) dan yang memperoleh makanan aslinya (PVI), sehingga aktivitas antioksidan ditiga perlakuan bumbu dan makanan asli berada pada posisi
tinggi dan masing-masing tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan diantara mereka. Hewan yang mendapatkan makanan hiperkolesterol (PI) dan daging saja (PV) justru mengalami penurunan aktivitas yang sangat signifikan (p<0,05).
Tabel 5.14
Dinamika Perubahan Aktivitas Antioksidan Total Berdasarkan Waktu dan Jenis Perlakuan
PERLAKUAN PERMINGGU MEAN I MEAN II P
KOLESTEROL (PI)
MG 0 - MG III 770,5 649,8 120,7 0,013†
MG III - MG XII 649,8 254 395,8 <0,001††
MG XII - MG XX 254 718,9 -464,9 <0,001††
DAGING + BUMBU DOSIS MAKSIMUM (PII)
MG 0 - MG III 770,5 732,8 37,7 0,250
MG III - MG XII 732,8 796 -63,2 0,065
MG XII - MG XX 796 792,6 3,4 0,916
DAGING + BUMBU DOSIS OPTIMUM (PIII)
MG 0 - MG III 770,5 720,5 50,0 0,155
MG III - MG XII 720,5 814,4 -93,9 0,015†
MG XII - MG XX 814,4 776,5 37,9 0,273
DAGING + BUMBU DOSIS MINIMUM (PIV)
MG 0 - MG III 770,5 639,3 131,2 0,028† MG III - MG XII 639,3 790,2 -150,9 0,014† MG XII - MG XX 790,2 750,9 39,4 0,467 DAGING SAJA (PV) MG 0 - MG III 770,5 673,8 96,7 0,039† MG III - MG XII 673,8 484,8 189,0 0,001†† MG XII - MG XX 484,8 680,5 -195,7 0,029†
MAKANAN ASLI HEWAN COBA (PVI)
MG 0 - MG III 770,5 635,8 134,7 0,012†
MG III - MG XII 635,8 795,6 -159,8 0,004†
MG XII - MG XX 795,6 716,4 79,2 0,107
Pada minggu XX, aktivitas antioksidan total pada hewan yang memperoleh bumbu (PII-PIV) dan makanan aslinya (PVI) dapat dikatakan tidak berubah atau mengalami perubahan tetapi tidak signifikan (P>0,05). Perubahan yang ditunjukkan adalah penurunan aktivitas yang tidak signifikan. Sebaliknya hewan yang memperoleh makanan hiperkolesterol (PI) dan makanan daging saja (PV) justru mengalami peningkatan yang sangat signifikan (0,000 ≤ p ≤ 0,029).
Peningkatan ini mengakibatkan aktivitas antioksidan hewan hiperkolesterol (PI) dan daging saja (PV) tidak berbeda secara signifikan dengan hewan yang memperoleh makanan asli (PVI). Hewan yang memperoleh bumbu dosis optimum (PIII) dan minimum (PIV) memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi tetapi tidak signifikan dengan hewan yang mendapatkan hiperkolersterol (PI). Tetapi walaupun begitu masih ada perbedaan yang bermakna antara hewan yang memperoleh bumbu dosis maksimum (PII) dan hewan yang memperoleh makanan hiperkolesterol (PI) dan daging saja tanpa bumbu (PV), dimana hewan yang mendapat daging plus bumbu dosis maksimum (PII) ini memiliki aktivitas antioksidan yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan hewan yang memperoleh makanan hiperkolesterol maupun daging saja. Dan hewan yanag memperoleh daging saja ini, aktivitas antioksidannya secara signifikan lebih rendah daripada hewan yang memperoleh bumbu dosis optimum (PIII) maupun minimum (PIV) (p<0,05). Hewan yang memperoleh makanan asli (PVI), aktivitas antioksidannya tidak signifikan berbeda dengan hewan yang memperoleh bumbu dosis optimum (PIII) maupun minimum (PIV). Dari sini jelas terlihat bahwa daging babi menurunkan aktivitas
antioksidan tetapi bumbu meningkatkannya menjadi lebih tinggi atau setidaknya mirip dengan aktivitas antioksidan yang diproduksi oleh hewan yang mengkonsumsi makanan aslinya.
Asumsi yang dibuat di dalam penelitian ini adalah bahwa antioksidan dalam bumbu akan meningkatkan kadar antioksidan dalam serum. Sehingga dihipotesiskan bahwa hewan coba yang mendapatkan daging plus bumbu akan memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan hewan coba yang mendapatkan makanan daging saja. Dalam penelitian ini hipotesis tersebut dapat dibuktikan, dimana hewan coba yang mendapatkan makanan daging plus bumbu di semua dosis memang memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memperoleh daging saja. Perbedaannya belum terlalu bermakna di minggu III pengamatan, tetapi setelah 12 minggu masa pengamatan perbedaannya menjadi sangat bermakna dan tingkat kemaknaannya menurun lagi, walaupun masih tetap berbeda bermakna, di minggu XX masa pengamatan. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme peningkatan aktivitas antioksidan apakah memiliki keterkaitan dengan GSH, telah dilakukan uji regresi terhadap dua variabel yaitu aktivitas antioksidan total dan GSH yang kemudian diuji dengan uji non paremetrik Pearson dan diperoleh hasil bahwa ada keterkaitan positif yang sangat bermakna antara aktivitas Antioksidan total dengan kadar GSH (r= 0,535, p<0,001). Hal ini dapat dikatakan bahwa peningkatan dari aktivitas antioksidan total lebih disebabkan karerna peningkatan GSH dibanding yang dari luar, atau dengan kata lain asupan antioksidan yang dari luar dapat meningkatkan kadar GSH.