• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Aktivitas Bersarang Orangutan di Bukit Lawang

Aktivitas bersarang orangutan yang diamati meliputi kelas sarang, posisi sarang, serta ketinggian sarang. Dari hasil penelitian dan analisis data didapatkan aktivitas bersarang yang cukup bervariasi, diantaranya adalah.

4.3.1 Kelas Sarang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang jumlah dan persentase sarang orangutan berdasarkan kelas sarang diperoleh cukup bervariasi, seperti terlihat pada Tabel berikut :

Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.

Tabel 4.3 Jumlah dan Persentase Sarang Berdasarkan Kelas sarang No Kelas sarang Transek Jumlah Persentase I II III IV V 1 1 10 7 13 7 13 50 22,22 2 2 5 13 16 16 11 61 27,11 3 3 12 22 25 34 21 114 50,66 Jumlah total 225 99,99

Keterangan : Kelas 1 = sarang baru yang berumur kurang dari 15 hari Kelas 2 = sarang yang berumur sekitar 2 bulan

Kelas 3 = sarang yang berumur sekitar 4 bulan

Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa jumlah dan persentase sarang yang paling tinggi berdasarkan kelas sarang didapatkan pada kelas sarang 3, yaitu dengan jumlah sebanyak 114 sarang (50,66%). Begitu juga bila didasarkan kepada transek, jumlah sarang yang banyak ditemukan adalah dari kelas sarang 3, yaitu pada transek IV (34 sarang), III (25 sarang), II (22 sarang), dan V (21 sarang), sedangkan jumlah sarang yang paling sedikit didapatkan pada kelas sarang 1, yaitu sebanyak 50 sarang (22,22%). Keadaan ini menunjukkan bahwa orangutan yang terdapat di daerah ini masih banyak memanfaatkan dan memperbaiki sarang yang sudah cukup lama dibuat, dengan perbandingan persentase yang cukup tinggi (Gambar 4.2), hal ini disebabkan karena masih baiknya ketahanan sarang, apalagi jenis pohon sebagai tempat bersarang dan sumber pakan di daerah ini tergolong kuat yang didominasi pohon dari jenis Dipterocarpaceae. Menurut Rijksen (1978), orangutan seringkali memperbaiki sebuah sarang lama. Sarang-sarang tersebut dapat digunakan selama dua malam atau lebih, sedangkan ketahanan sarang orangutan dapat bervariasi dari dua minggu sampai lebih dari satu tahun, apabila sarang lama sudah tidak memungkinkan lagi baru orangutan membuat sarang baru di lokasi yang berbeda.

Biasanya ketahanan sarang orangutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi atau kualitas sarang itu sendiri, kerusakan yang ditimbulkan oleh alam, seperti angin dan curah hujan yang berkaitan dengan ketinggian sarang, serta kerusakan akibat orangutan itu sendiri atau predator lain (Van Schaik et al., 1994).

Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Persentase Kelas Sarang

4.3.2 Posisi Sarang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, jumlah dari sarang orangutan berdasarkan posisi sarang dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.4 Jumlah dan Persentase Sarang Berdasarkan Posisi Sarang No Posisi sarang Transek Jumlah Persentase I II III IV V 1 1 9 16 23 17 23 88 39,11% 2 2 9 12 18 21 4 64 28,44% 3 3 8 9 10 19 14 60 26,66% 4 4 1 5 3 - 4 13 5,77% Jumlah total 225 99,98% Keterangan :

Posisi I : posisi sarang yang terletak dekat batang utama

Posisi II : sarang berada di pertengahan atau di pinggir percabangan tanpa menggunakan pohon atau percabangan dari pohon lainnya.

Posisi III : posisi sarang terdapat di puncak pohon

Posisi IV : posisi sarang yang terletak diantara dua pohon yang berbeda

Dari Tabel 4.3 didapatkan posisi sarang 1 memiliki jumlah yang paling banyak, yaitu sebanyak 88 sarang (39,11%), pada posisi sarang 1 ini yang banyak ditemukan adalah pada transek III dan V, yaitu masing-masing sebanyak 23 sarang, sedangkan yang paling sedikit didapatkan pada posisi sarang 4. Keadaan ini disebabkan karena orangutan yang terdapat di

Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.

daerah ini merupakan orangutan semi liar dan memiliki ketergantungan yang masih tinggi terhadap perolehan pakan dari para pengunjung dan belum begitu banyak memanfaatkan pakan alami.

Menurut Mac Kinnon (1974), orangutan semiliar lebih sering membangun sarangnya di dekat batang utama dari pada di posisi lain. Namun, pemilihan posisi sarang ini sepertinya juga ditentukan oleh banyak faktor, seperti keuntungan dari tidak terhalangnya pandangan mata yang dapat menjangkau sebagian besar dari penjuru hutan dan cepat atau mudahnya mendapatkan sumber pakan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Benfika (1998) bahwa orangutan akan membangun sarangnya dengan melihat struktur pohon sarang, serta memperhitungkan efektifitas untuk mengawasi kondisi sekelilingnya dari adanya predator. Selanjutnya dijelaskan bahwa terdapat 3 posisi sarang yang sering dibuat orangutan untuk beristirahat, yaitu posisi 1, dimana sarang terletak pada cabang utama, posisi 2 yang terletak di tengah atau di pinggir cabang serta posisi 3 terletak di puncak pohon atau untaian di antara 2 pohon. Sedangkan pada penelitiannya ditambahkan posisi 4 yang terletak di pucuk pohon.

Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Persentase Posisi Sarang

Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.

4.3.3 Ketinggian Sarang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan jumlah sarang berdasarkan ketinggian sarang orangutan pada setiap tingkat ketinggian cukup bervariasi, seperti terlihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.5 Jumlah dan Persentase Sarang Berdasarkan Tinggi sarang orangutan pada setiap tingkatan ketinggian

No Ketinggian (m)

Transek Jumlah Persentase

I II III IV V 1 0-5 - - 3 2 - 5 2,22 2 5-10 6 4 15 11 11 47 20,89 3 10-15 8 10 16 10 7 51 22,67 4 15-20 6 17 8 13 18 62 27,56 5 20-25 3 7 8 4 7 29 12,89 6 25-30 1 3 4 5 1 14 6,22 7 30-35 1 - - 5 1 7 3,11 8 > 35 2 1 - 7 - 10 4,44 Jumlah total 27 42 54 57 45 225 100

Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa pemilihan sarang berdasarkan ketinggian yang paling banyak ditemukan adalah sarang pada ketinggian 15-20 m (62 sarang atau 27,56%), kemudian diikuti pada ketinggian 10-15 m (51 sarang atau 22,67%) dan ketinggian 5-10 m (47 sarang atau 20,89%). Keadaan ini disebabkan karena di daerah kawasan Bukit Lawang merupakan daerah yang dihuni oleh orangutan semi liar yang pada umumnya membuat sarang pada tempat yang tidak terlalu tinggi, sehingga mempermudah bagi orangutan untuk mendapatkan sumber pakan baik dari pengunjung maupun dari sumber pakan alami, dan juga jenis predator pada kawasan ini tidak banyak, karena dalam pembuatan sarang dipengaruhi oleh faktor ketinggian, keamanan, dan kenyamanan. Semakin tinggi sarang yang dibuat maka semakin sulit mendapatkan pakan dan terhalang pandangan mata untuk menjangkau sebagian besar dari wilayah hutan. Menurut Rijksen (1978), pemilihan sarang orangutan sangat dipengaruhi oleh kondisi hutan seperti adanya serangan predator.

Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.

Gambar 4.3 Diagram Perbandingan Persentase Ketinggian Sarang

Dokumen terkait