• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.2 Analisis Kelayakan Aktivitas dan Pelayanan Ekspor

6.2.1 Aktivitas ekspor

Kontribusi PPSNZJ dalam produksi ikan nasional terus meningkat sejak tahun 2006. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah ekspor di PPSNZJ, sehingga pada tahun tersebut PPSNZJ memberikan kontribusi yang signifikan pada ekspor ikan nasional dibanding pada tahun 2008. Pertumbuhan ekspor ikan di PPSNZJ mengarahkan PPSNZJ untuk dapat menjadi pelabuhan yang melakukan kegiatan ekspor secara mandiri. Hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan oleh Budiharsono (2001) bahwa ekspor suatu wilayah dapat menentukan arah dan pertumbuhan suatu wilayah.

Tabel 12 Nilai LQ ekspor PPSNZJ terhadap ekspor nasional

2006 2007 2008 2009

88

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan adalah teknik LQ atau location quotient (Hendayana 2003). Nilai LQ ekspor di PPSNZJ menjadi basis atau sumber pertumbuhan di kawasan PPSNZJ yang ditunjukkan dengan nilai LQ>1 selama 4 tahun terakhir, bahkan terus meningkat selama tahun 2006 sampai 2009 (Tabel 12). Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan ekspor ikan dari PPSNZJ menjadi sumber pertumbuhan untuk PPSNZJ dan sekitarnya maupun secara nasional. Produksi perikanan tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah sekitarnya, tetapi juga dapat di ekspor ke luar wilayah.

Pertumbuhan yang terjadi akibat dari kegiatan ekspor mempengaruhi kawasan PPSNZJ dan sekitarnya memberikan dampak multiplier effect bagi kondisi ekonomi sekitar PPSNZJ. Hal tersebut sesuai dengan Sabana (2007) yang menyebutkan bahwa pasar ekspor dipandang sebagai penggerak ekonomi lokal. Kegiatan-kegiatan yang mendukung ekpor ikan di PPSNZJ dilakukan dan memberikan manfaat kesejahteraan bagi para pelakunya.

Dengan melihat trend perkembangan ekspor yang terus meningkat mendekati persamaan logarithmic y = 21010ln(x) + 20402 maka dapat diprediksi untuk 2 tahun ke depan tingkat volume ekspor pada tahun 2011 sebesar 58.046,87 ton dan tahun 2012 sebesar 61.285,57 ton (R2

Dari estimasi volume ekspor tahun 2012 sebanyak 58.046,87 ton (Lampiran 10), dengan volume rata-rata muat 25 ton per kontainer maka dalam setahun akan diangkut sebanyak 2.362 kontainer atau sebanyak 24 trip dalam setahun atau dalam 15 hari dilakukan 1 trip (1 bulan terjadi 2 trip). Volume ini berasal dari ikan yang didaratkan di PPSNZJ saat ini. Apabila PPSNZJ dapat ditetapkan sebagai Pelabuhan Hub khusus hasil perikanan, akan dapat membangkitkan perikanan di pelabuhan perikanan lainnya, yang diperkirakan akan meningkat 2 kali lipat atau sebulan menjadi 4 trip, sehingga setiap minggu dapat dilakukan pengiriman.

= 0,7111) (Lampiran 10) . Jumlah ekspor pada dua tahun tersebut diperkirakan meningkat. Kondisi ini diharapkan mampu mendukung PPSNZJ menjadi basis pemasaran ekspor impor ikan.

Kegiatan pelayanan ekspor impor secara terpadu membutuhkan suatu tindakan koordinasi antar instansi yang terkait. Beberapa instansi terkait kegiatan

ekspor impor belum dilakukan secara terintegrasi dan tersedia di PPSNZJ seperti imigrasi, bea cukai, perbankan, dan karantina. Setiap negara mempunyai peraturan serta sistem perdagangan yang berbeda-beda. Lembaga yang terlibat dalam transaksi ekspor impor tersebut baik para pengusaha yaitu eksportir dan importir atau pihak yang terlibat baik langsung ataupun tidak, sangat perlu mengikuti perkembangan peraturan serta sistem perdagangan luar negeri yang diberlakukan disetiap negara tujuan ekspor.

Dalam transaksi perdagangan ekspor, seorang eksportir banyak berhubungan dengan berbagai instansi/ lembaga yang menunjang terlaksananya kegiatan ekspor. Namun lembaga-lembaga yang berkaitan dengan kegiatan ekspor tersebut terkadang belum seluruhnya dikenal atau bahkan dimanfaatkan diIndonesia. Terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam kegiatan ekspor-impor Ikan yaitu :

1) Pemda, Kementerian Perdagangan dan pajak untuk menerbitkan TDUP, SIUP, TDP/NPWP

2) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Ditjen P2HP yang menerbitkan Sertifikat Kelayakan Pengolahan

3) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Karantina dan Laboratorium Mutu Hasil Perikanan yang mengeluarkan HACCP

4) Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mengeluarkan sertifikan Hasil Tangkapan Ikan atau yang sejenis

5) Bank termasuk didalamnya lembaga-lembaga yang menangani kegiatan ekspor seperti Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia

6) Kementerian Perdagangan yang Mengeluarkan CO (Certificate of Origin) 7) Freight Forwarder, EMKL/ EMKU

8) Maskapai Pelayaran/Perkapalan (menerima barang-barang dari shipper/ eksportir/freight forwarder dan mengatur pengangkutan barang-barang serta menerbitkan Bill of Lading (B/ L) atau surat bukti muat barang)

9) Insurance Certificate/Sertifikat Asuransi (yaitu yang mengasuransikan barang-barang yang dikapalkan sesuai nilai yang disyaratkan, yang mengeluarkan sertifikat/polis asuransi untuk menutupi resiko serta yang menyelesaikan tagihan/ tuntutan kerugian-kerugian) .

90

10) Bea Cukai bagi eksportir bertindak sebagai pihak yang meneliti dokumen, menentukan besaran pajak dan memberikan izin barang untuk dimuat dikapal. Peran bea cukai dapat lebih mendukung pengembangan perikanan tangkap antara lain :

(1) Bea cukai agar dapat menekan beban biaya modal pelaku usaha dalam negeri menjadi 0 (nol), terutama komponen luar negeri yang diimpor seperri mesin kapal dan barang modal lainnya

(2) Bea cukai diharapkan dapat menekan biaya-biaya untuk ekspor, retribusi dan pajak-pajak lainnya. Untuk meningkatkan daya saing perlu adanya penghapusan pajak berganda seperti adanya retribusi laut dan pemberian subsidi retribusi lainnya sebagai komponen biaya operasional.

(3) Perlu adanya kerjasama dengan Kementerian Keuangan agar pelabuhan perikanan tidak ada beban setoran dan beberapa pajak ditiadakan. Kondisi ini untuk meningkatkan daya saing dan pendapatan nelayan. Dalam hal ini, pendapatan bea cukai akan menurun, namun hal tersebut secara ekonomi nasional akan tertutupi dengan peningkatan pendapatan masyarakat dan devisa negara akibat perdagangan internaisonal. Diperlukan juga penghapusan retribusi laut, pajak berganda dan lain-lain yang memberatkan pelaku usaha. Untuk dapat menekan biaya ekspor, perlu juga dipertimbangkan memperpendek prosedur ekspor dengan dibenarkannya melakukan self assessment dalam penyiapan dokumen ekspor bagi perusahaan yang terakreditasi oleh suatu badan yang dibentuk oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.

11) Surveyor/Pemeriksa/Inspection Certicate (yang ditunjuk oleh pemerintah yang berwenang dalam pemeriksaan mutu, jumlah barang dan lain sebagainya serta memeriksa barang-barang ekspor tertentu dinegara tempat tibanya barang dengan penerbitan surat laporan pemeriksaaan (LKP) dan memeriksa kebenaran barang-barang impor dinegara asal impor barang.

Kelembagaan ekspor yang saat ini ada di PPSNZJ adalah Kesyahbandaran, Kantor Kesehatan, Penerbitan SHTI, SLO, Bank DKI, Pos BRI; sedangkan

Karantina dan Laboratorium Mutu, Bea Cukai, dan Imigrasi belum berada di PPSNZJ. Apabila kelembagaan yang belum ada di PPSNZJ dapat menyatu di Kantor Pelayanan terpadu maka akan memudahkan dalam proses penerbitan kelengkapan dokumen ekspor. Kelengkapan inilah yang menentukan kelayakan kelembagaan ekspor impor di pelabuhan.

6.2.2 Persepsi, harapan dan tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap fasilitas dan

Dokumen terkait