• Tidak ada hasil yang ditemukan

Guna menunjang kegiatan perikanan, pelabuhan perikanan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Pelabuhan perikanan dapat berfungsi dengan baik apabila dapat melindungi kapal-kapal perikanan yang berlabuh dan beraktifitas di dalam areal pelabuhan. Fasilitas yang umum dimiliki pelabuhan perikanan diantaranya adalah fasilitas pokok dan fasilitas fungsional. Fasilitas pokok terdiri atas fasilitas perlindungan, fasilitas tambat dan fasilitas perairan pelabuhan. Fasilitas fungsional terdiri atas berbagai fasilitas untuk melayani berbagai kebutuhan di areal pelabuhan, seperti bantuan navigasi, layanan transportasi, layanan suplai kebutuhan bahan bakar dan sebagainya (Murdiyanto, 2004).

Pertimbangan berdasarkan CCRF (FAO, 1995) dalam desain dan konstruksi pelabuhan sebagai tempat pendaratan adalah :

a) Tempat yang aman untuk kapal perikanan dan tersedianya fasilitas pelayanan yang memadai untuk kapal, vendor dan pembeli,

b) Pasokan air tawar yang memadai dan pengaturan sanitasi yang baik,

c) Sistem penanganan limbah harus dipersiapkan, termasuk untuk pembuangan minyak, air berminyak dan alat penangkapan ikan,

d) Pencemaran dari kegiatan perikanan dan sumber-sumber eksternal yang harus diminimalisir,

e) Dapat mencegah terjadinya erosi dan sedimentasi.

Fasilitas di suatu pelabuhan mendukung operasional kegiatan pelabuhan dengan tujuan sebagai pusat di bidang produksi perikanan, pengolahan maupun pemasarannya. Untuk mengetahui optimalnya suatu fasilitas dilakukan pengukuran tingkat pemanfaatan fasilitas dermaga, kolam pelabuhan dan gedung pelelangan. Ketiga fasilitas tersebut memiliki peran penting dalam kegiatan produksi perikanan dan pemasaran ekspor impor perikanan di PPSNZJ, sedangkan pada industri pengolahan akan di analisis rasio pemanfaatan lahan di PPSNZJ yang digunakan sebagai area pengolahan/industri ikan.

82

1) Dermaga

Jenis kegiatan kapal perikanan di PPSNZJ meliputi aktivitas masuk, tambat, dock, bongkar, isi perbekalan dan keluar. Dari semua aktivitas tersebut yang menggunakan fasilitas dermaga adalah aktivitas masuk, tambat, bongkar dan isi perbekalan. Jalur aktivitas kapal di PPSNZJ dimulai saat kapal masuk selanjutnya tambat di dermaga untuk melakukan pendaratan hasil tangkapan ikan/bongkar atau tanpa bongkar. Pendaratan langsung melalui dua dermaga yaitu pendaratan melalui dermaga timur dan pendaratan ikan melalui dermaga barat. Pendaratan melalui dermaga timur merupakan pendaratan ikan tuna segar dan ikan hasil tangkapan yang sejenis seperti ikan marlin, ikan layar, ikan pedang dan hiu, di darmaga timur juga didaratkan jenis jenis ikan yang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap purse seine seperti halnya ikan cakalang, sedangkan pendaratan melalui dermaga barat adalah pendaratan ikan segar dan beku yang ditangkap oleh jenis jenis kapal tradisional dengan alat tangkap gillnet dan bouke ami. Jenis ikan yang tangkap dengan jenis kapal ini didominasi pada jenis tongkol dan cumi.

Rasio tingkat pemanfaatan dermaga di PPSNZJ sudah mencapai 100%, bahkan pemanfaatan dermaga di PPSNZJ sudah melebihi kapasitasnya. Kondisi ini terlihat dari padatnya kapal. Saat ini pengelolaan dermaga belum dilakukan oleh PPSNZJ, sehingga banyaknya kapal yang tambat labuh berada di dermaga dalam waktu yang lama.

Dermaga di PPSNZJ terdiri dari 3 dermaga yaitu dermaga sepanjang 775 meter untuk bongkar muat kapal tuna, dermaga sepanjang 868 meter untuk pendaratan kapal-kapal tradisional dan dermaga yang digunakan untuk kapal berukuran > 200GT. Dari ketiga dermaga tersebut, PPSNZJ memiliki 36 tambatan yang terdiri dari 28 tuna landing center dan 8 transit sheed. Kapal- kapal yang masuk ke PPSNZJ dan menggunakan dermaga rata-rata berukuran 5 sampai >200 GT. Fungsi fasilitas dermaga pada kegiatan ekspor impor adalah sebagai tempat bersandar bagi kapal besar.

Gambar 25 Perhitungan panjang dermaga

Pada kapal ukuran 3.000 GT yang memiliki panjang antara 90 – 120 m, dengan menggunakan rumus L1 = (1,07 – 1,18) L, dimana asumsi panjang kapal menggunakan ukuran maksimal 120 m dan koefisien dipakai nilai maksimal yaitu 1,18; maka diperoleh panjang dermaga minimal sepanjang 142 m. Di PPSNZJ telah tersedia dermaga sepanjang 200 m yang dapat digunakan untuk kapal ekspor impor yang akan masuk ke PPSNZJ. Dengan demikian kapasitas dermaga sebagai tempat sandar bagi kapal 3.000 GT memiliki kecukupan, akan tetapi perlu dilakukan suatu pengelolaan pemanfaatan dermaga pada kapal-kapal yang tidak produktif dan kapal mati dengan melakukan pengaturan tata letak dan relokasi, sehingga tingkat pemanfaatan sesuai dengan kapasitas dermaga.

2) Kolam pelabuhan

Fasilitas lain terkait kapal angkut yang berukuran besar untuk kegiatan ekspor impor adalah fasilitas kolam pelabuhan. Fasilitas kolam pelabuhan yang dimiliki PPSNZJ mencapai luas 40 Ha dengan kedalaman -4,5 sampai -7,5 m. Rata-rata kapal yang masuk ke PPSZNJ mempunyai panjang 26 m. Kapal terbesar yang pernah memasuki kolam PPSNZJ berukuran panjang 70 m dengan

L

L

L

25.00 25.00 15.00 Dermaga L1=(1,07 - 1,18) L

84

lebar 30 m. Hasil perhitungan dan pengukuran terhadap data kapal, seyogyanya luas kolam pelabuhan adalah 70,22 Ha. Hal ini menunjukkan dengan luas yang sekarang dimiliki oleh PPSNZJ hanya dapat menampung 60% dari kondisi normal. Tingkat pemanfaatan kolam pelabuhan saat ini mencapai 100%, dan telah melebihi daya tampungnya, hal tersebut dikarenakan banyaknya kapal yang berada di kolam pelabuhan dalam jangka waktu yang lama.

Gambar 26 Kondisi tingkat pemanfaatan kolam pelabuhan.

Seperti halnya dermaga, fungsi kolam pelabuhan merupakan alur dan tempat tambat/labuh bagi kapal besar yang akan memuat kontainer untuk ekspor ikan. Alur kedalaman yang ada mempunyai kedalaman -7,5 - -8,5 m, sehingga dapat dilalui oleh kapal dengan ukuran 3.000GT yang mempunyai draft sedalam – 6,5 m. Kondisi ini menunjukkan bahwa kapasitas kolam pelabuhan di PPSNZJ mampu menampung kapal besar, akan tetapi perlu adanya pengelolaan tata letak bagi kapal-kapal yang ada di kolam pelabuhan dalam jangka waktu lama dan tidak produktif ataupun kapal mati.

Gambar 27 Rencana pusat kegiatan ekspor impor di PPSNZJ. 3) Lahan untuk penimbunan refeer container dan parkir truck container

PPSNZJ menyediakan 40 Ha lahan untuk kawasan industri dari 70 Ha lahan darat yang dimilikinya. Secara kontraktual seluruh kawasan 40 Ha telah disewa oleh para pengguna/Pengusaha Perikanan. Namun yang terbangun baru mencapai 34,4 Ha (86%) yang terdiri dari 73 perusahaan, sedangkan sisanya 5,6 Ha (14%) masih belum dibangun/dimanfaatkan. Dari lahan yang sudah dibangun untuk kegiatan industri (34,4 Ha), seluas 16,51 Ha (48%) untuk pembangunan coldstorage, seluas 15,48 Ha (45%) untuk Unit Pengolahan Ikan dan sisanya seluas 2,41 Ha (7%) untuk fishmeal dan lainnya. Pada saat kegiatan ekspor impor dilaksanakan di PPSNZJ, banyaknya refer container dan truck container perlu diperhatikan dan ditempatkan pada lokasi yang khusus.

Berdasarkan data di lapangan, dimensi 1 unit kontainer yang umum digunakan untuk mengangkut hasil perikanan mempunyai panjang 11,48 m dan lebar 2,26 m sehingga dibutuhkan luas per kontainer 25,94 m2. Apabila diasumsikan luas jarak rata-rata antar kontainer 4 m2, maka luasan per kontainer rata-rata 30 m2. Untuk penimbunan sementara 100 kontainer yang akan diangkut, akan dibutuhkan luas 3.000 m2 dan untuk bongkar 100 kontainer akan dibutuhkan lahan seluas 3.000 m2, sehingga berdasarkan perhitungan dibutuhkan minimal 6.000 m2 untuk penimbunan sementara (bongkar dan muat) kontainer. Lahan yang dimiliki oleh PPSNZJ dapat menampung penimbunan sementara tersebut.

86

Gambar 28 Posisi tempat penimbunan sementara.

4) Air bersih

Minimal air bersih yang dibutuhkan di PPSNZJ setiap harinya adalah sebesar 1.500 ton untuk memenuhi kebutuhan sekitar 151 pelaku usaha, sedangkan kapasitas produksi air bersih sebesar 4.000 ton/hari. Maka fasilitas air bersih di PPSNZJ dapat dinyatakan layak dengan kapasitas yang saat ini ada.

5) Fasilitas pencegah sedimentasi dan erosi

Fasilitas yang dibutuhkan untuk mencegah sedimentasi atau pendangkalan adalah breakwater (penahan gelombang) dan untuk mencegah erosi adalah revetment (turap). Di PPSNZJ memiliki fasilitas breakwater di sisi barat sepanjang 750 m dan di sisi timur sepanjang 290 m, sepanjang total menjadi 1.040 m. Revetment berfungsi untuk menahan tanah dari gerusan arus dan gelombang. Di PPSNZJ memiliki fasilitas revetment di sisi barat kolam adalah 1.480 m dan di sisi timur adalah 1.560 m, total adalah sepanjang 3.040 m. Dengan demikian abrasi dan siltation rate di kolam pelabuhan dapat diminimalisir.

6) Sistem pembuangan limbah

Limbah yang dihasilkan di PPSNZJ terdiri dari 3 jenis yaitu limbah padat, limbah udara dan limbah cair. Penanganan limbah padat dengan memisahkan sampah an-organik dan organik. Sampah an-organik dibakar di incinerator

100 100

Dermaga Ekspor

Impor

Tempat Bongkar Sementara Tempat Timbun Sementara

Jetty

30

dengan kapasitas 15-20 m3

Berdasarkan hasil analisis fasilitas di atas, fasilitas PPSNZJ untuk mendukung sebagai pusat pemasaran ekspor impor perikanan telah tersedia. Namun demikian, beberapa fasilitas perlu dilakukan tindakan pengelolaan yang tepat. Tujuan dari pengelolaan pemanfaatan fasilitas ini adalah agar optimalisasi pemanfaatan fasilitas dapat berjalan dengan baik dan para pengguna dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut.

/hari. Sampah organik untuk sementara saat ini dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) DKI Jakarta. Penanganan limbah udara adalah dengan mencegah terjadinya pembusukan. Contoh pada Gedung TPI dan Pusat Pemasaran Ikan yang harus segera dibersihkan setelah selesai aktivitas. Termasuk kelancaran drainase yang menghubungkan ke laut. Penanganan limbah cair termasuk air yang mengandung minyak, menggunakan sistem flushing dengan tenaga pasang surut. Pada saat pasang, seluruh benda mengambang di kolam akan mengalir ke kolam sementara, kemudian diberi bahan bio-remidial yang disebar ke seluruh permukaan kolam sementara. Dalam jangka waktu 2-3 jam akan membentuk koagulasi dan menjadi makanan ikan.

Dokumen terkait