• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan perikanan tangkap dilakukan dalam suatu sistem usaha perikanan tangkap terpadu yang terdiri dari sub-sistem industri hulu (pra- produksi), sub-sistem produksi (kegiatan penangkapan ikan), pengolahan hasil dan pemasaran (sub-sistem hilir) yang di dukung oleh sub-sistem institusi penunjang (keuangan/perbankan, kemasyarakatan, IPTEK dan lain-lain). Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap akan terwujud dengan baik apabila komponen-komponennya berjalan secara terpadu. Pengadaan dan penyediaan sarana produksi harus mampu mendukung kebutuhan kegiatan produksi atau sebaliknya. Demikian pula dalam kegiatan produksi selain memperhatikan kondisi ekosistem perairan dan sumber dayanya, juga harus mengkaitkan dengan fasilitas pelabuhan perikanan, kegiatan distribusi dan pemasarannya serta kondisi ekonomi wilayahnya.

Sesuai dengan potensi dan peluang yang dimiliki, pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap telah menetapkan beberapa program pembangunan perikanan tangkap, yaitu : (1) mengendalikan pemanfaatan sumber daya ikan; (2) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan; (3) meningkatkan mutu dan nilai tambah hasil perikanan; (4) menyediakan bahan pangan sumber protein hewani dan bahan baku industri serta ekspor; (5) menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan usaha perikanan tangkap; (6) menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang produktif; (7) meningkatkan kualitas sumber daya manusia; (8) mengembangkan kelembagaan dan peraturan perundangan; (9) meningkatkan penerimaan PNBP dan PAD; (10) meningkatkan tertib administrasi pembangunan; dan (11) menjadikan sumber daya ikan sebagai perekat nusa dan bangsa (Ditjen Perikanan Tangkap, 2001).

Dalam rangka mendukung program tersebut, maka kebijakan dan strategi yang diterapkan adalah : (1) peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha penangkapan; (2) peningkatan mutu dan nilai tambah hasil perikanan; (3) pengembangan sarana dan prasarana perikanan tangkap; (4) peningkatan

pelayanan dan pengendalian Perizinan Usaha; (5) penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang perikanan tangkap; (6) penyempurnaan Sistem Statistik Perikanan Tangkap; dan (7) peningkatan peran Indonesia dalam organisasi/lembaga internasional yang terkait dengan perikanan tangkap.

Tujuan dari pengembangan perikanan tangkap adalah : (1) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan; (2) menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya; dan (3) meningkatkan kontribusi perikanan tangkap terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sedangkan sasaran pengembangan perikanan tangkap meliputi : (1) peningkatan produksi Perikanan Tangkap; (2) volume dan nilai ekspor hasil perikanan tangkap; (3) pengembangan armada penangkapan ikan; (4) penyediaan ikan untuk konsumsi dalam negeri; (5) penyediaan lapangan kerja atau penyerapan tenaga kerja / nelayan; dan (6) peningkatan PNBP (Ditjen Perikanan Tangkap DKP, 2004).

Berdasarkan data sumber daya ikan terlihat bahwa kelompok SDI yang potensinya paling besar adalah ikan pelagis kecil, yakni kelompok ikan yang hidup pada kolom air dan permukaan serta secara fisik berukuran kecil. Contoh jenis ikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah ikan kembung, alu-alu, layang, selar, tetengkek, daun bambu, sunglir, julung-julung, teri, japuh, tembang, lemuru, parang-parang, terubuk, ikan terbang, belanak, dan kacang-kacang. Kedua adalah ikan demersal, yaitu kelompok ikan yang hidup di dasar perairan dan terdiri atas spesies antara lain : ikan sebelah, lidah, nomei, pepetek, manyung, beloso, biji nangka, kurisi, gulamah, bawal, layur, senangin/kuro, lencam, kakap merah, kakap putih, pari, sembilang, buntal landak, kuwe, gerot-gerot, dan bulu ayam. Ketiga adalah ikan pelagis besar, yakni kelompok ikan yang hidup pada kolom air dan permukaan serta secara fisik berukuran besar, yang terdiri atas spesies antara lain : tuna mata besar, madidihang, albakora, tuna sirip biru, cakalang, tongkol, setuhuk/marlin, tenggiri, layaran, ikan pedang, cucut/hiu dan lemadang. Keempat adalah ikan Karang, yaitu kelompok ikan yang hidup di sekitar perairan karang, yang terdiri atas spesies antara lain : pisang-pisang, kerapu, baronang, kakak tua, napoleon, dan kerondong (morai). Kelima adalah

udang penaid, yaitu kelompok udang yang terdiri atas spesies antara lain : peneid, kepiting, rajungan, rebon dan udang kipas. Berikutnya atau yang potensinya

19 paling kecil adalah kelompok cumi-cumi dan lobster (Ditjen Perikanan Tangkap, 2004).

Data potensi dan JTB di atas dimungkinkan mengalami perubahan ke arah yang positif, yakni terjadi kenaikan. Berdasarkan hasil pengkajian stok (stock assessment) yang dilakukan oleh Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2001, pot ensi SDI di perairan Indonesia diperkirakan sebesar 6,40 juta ton pertahun, dengan rincian 5,14 juta ton pertahun berasal dari perairan territorial dan perairan wilayah serta 1,26 juta ton pertahun berasal dari ZEEI. Data ini masih bersifat sementara, karena masih akan didiskusikan lebih lanjut dengan Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber daya Ikan Laut sebelum dikukuhkan dalam peraturan perundang-undangan (Ditjen Perikanan Tangkap, 2004).

Komponen-komponen dalam kompleks perikanan tangkap dapat digambarkan seperti pada gambar berikut di mana pembangunan perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan yang saling berkaitan untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan.

Gambar 2 Hubungan komponen-komponen dalam suatu kompleks penangkapan ikan (Monintja, 2002).

MASYARAKAT Konsumen Model Teknologi Pembinaan DEVI SA SARANA PRODUKSI Galangan Kapal Pabrik Alat Diklat Tenaga Kerj a

UNI T PEMASARAN Pendistribusian Penjualan Segmen Pasar PELABUHN PERI KANN UNI T PENGOLAHAN Handling Processing Packaging UNI T PENANGKAPAN Kapal Alat Penangkap I kan

Nelayan

UNI T SUMBER DAYA Spesies Habit at Musim/ Lingk.Fisik ASPEK LEGAL SI STEM PROSES Mem bangun Mem buat Menyelenggarakan Domestik Membayar Ekspor Dijual

Produk Dij ual Oleh trader Diolah Hasil tangkapan didarat- kan Menangkap Memasok

21 Berdasarkan Gambar 2, dapat disampaikan bahwa pelabuhan perikanan mempunyai peran sentral dalam pengembangan kegiatan perikanan tangkap.

Sarana dan prasarana yang ada di pelabuhan perikanan seperti fasilitas tambat labuh, ketersediaan air bersih, fasilitas pabrik es, cold storage, dockyard, bengkel dan lain-lain, dapat meningkatkan minat berinvestasi. Ketersedian fasiltas tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan operasi dan pasca operasi penangkapan ikan (kegiatan pendaratan ikan).

Segenap kebutuhan melaut (pra produksi) apabila tersedia di pelabuhan perikanan, maka akan dapat menekan biaya operasional penangkapan ikan karena disamping harga yang kompetitif juga menghemat biaya angkut. Pada pasca produksi, ikan hasil tangkapan akan laku terjual dengan harga yang saling menguntungkan baik bagi nelayan sebagai produsen/penjual maupun pedagang/pengolah sebagai pembeli.

Industri perikanan (kegiatan hilir) sebagai bagian dari sistem bisnis perikanan belum besar peranannya di dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan. Industri pengolahan produk perikanan kebanyakan belum mampu memperoleh bahan baku yang dibutuhkan guna mengoperasikan unit usahanya pada tingkat kapasitas minimum secara kontinyu. Hal ini karena belum terjalinnya keterkaitan antara industri pengolahan dengan pemasok bahan baku. Tantangan yang dihadapi di dalam pembangunan industri perikanan tangkap pada dasarnya adalah terwujudnya keberhasilan nelayan dengan industri pengolahan ikan bermitra secara mantap, sehingga mobilisasi pembangunan industri perikanan, seperti industri pengalengan ikan, dan industri pengolahan ikan lainnya, dapat memberikan peranan yang lebih besar dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan (Ditjen Perikanan Tangkap, 2004).

Keterkaitan antara peran infrastruktur, pertumbuhan dan manfaat sosial dihubungkan dalam berbagai keterkaitan seperti digambarkan pada Gambar 3 (Briceno et.al., 2004). Dikatakan bahwa infrastruktur akan memberi manfaat terhadap rumah tangga dan perusahaan. Bagi rumah tangga akan meningkatkan kesejahteraan dan perluasan pasar, sedang bagi perusahaan selain meningkatkan

perluasan pasar juga menekan biaya. Kedua hal tersebut akan menciptakan pertumbuhan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Infrastruktur Manfaat Perusahaan Manfaat Rumah Tangga Perluasan Pasar Peningkatan Kesejahteraan Penurunan Biaya Pertumbuhan

Gambar 3 Pengaruh infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi (Briceno et.al., 2004).

Dokumen terkait