• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.3.1 Aktivitas Fisik Siswa SDLB Negeri 057704 Kwala Binga

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa aktivitas fisik siswa SDLBN 057704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat sebagian besar adalah kategori

ringan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas fisik siswa rendah dimana sesuai dengan kegiatan anak berkebutuhan khusus yang lebih banyak berdiam diri dan kurang dengan kegiatan sosial. Siswa berada di sekolah selama 2 sampai 3 jam. Setelah itu sebagian besar siswa berada di rumah dan menghabiskan waktu dengan menonton televisi, hanya sedikit siswa yang bermain bersama temannya dikarenakan adanya keterbatasan berkomunikasi.

Berdasarkan umur siswa aktivitas fisik ringan paling banyak pada umur 7-9 tahun (85,0%). Sedangkan aktivitas fisik sedang pada umur 10-12 tahun (25,8%). Berdasarkan hasil penelitian rata-rata nilai PAL siswa sebesar 1,57. Penelitian Sumaryanti yang dikutip oleh Rahmawati (2013) menunjukkan bahwa aktivitas fisik memiliki manfaat bagi anak dengan disabilitas intelektual untuk dapat memperbaiki sirkulasi darah, meningkatkan kerja saraf yang berperan pada kegiatan mengingat dan proses belajar.

Kegiatan aktivitas fisik juga dapat menunjang perkembangan fisik siswa. Berdasarkan hasil penelitian Sorongan (2012) terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi, semakin ringan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan maka berpengaruh terhadap status gizi (IMT/U) lebih bahkan obesitas. Dengan diadakannya kegiatan olahraga di sekolah setiap minggunya diharapkan siswa kebutuhan khusus dapat mengembangan dirinya, menjadi sarana untuk lebih mengenal lingkungan sosial, serta menjaga kebugaran fisiknya.

Berdasarkan penelitian di SDLBN 057704 hanya beberapa siswa yang mengikuti kegiatan olahraga di sekolah. Oleh karena itu diharapkan adanya pendampingan dari orangtua terutama ibu untuk mendukung kegiatan olahraga di

sekolah. Jarak rumah yang cukup jauh dari sekolah juga menjadi alasan keterbatasan siswa mengikuti setiap kegiatan sekolah di setiap harinya. Pada umumnya orangtua terutama ibu lebih mengutamakan mengantar anak di hari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Padahal kegitan olahraga juga dibutuhkan anak berkebutuhn khusus guna meningkatkan aktivitas sehari-hari serta melatih berinteraksi sosial.

5.4 Status Gizi Berdasarkan Pola Makan

Berdasarkan hasil penelitian di SDLBN 057704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat diperoleh bahwa siswa dengan susunan makanan lengkap cenderung memiliki IMT/U normal sebanyak 68,4% dan gemuk 26,3%. Susunan makanan kurang lengkap dengan IMT/U normal sebanyak 66,7%, kurus 13,9%. Susunan makanan tidak lengkap memiliki IMT/U normal sebanyak 42,9%, dan kurus 28,6%. Berdasarkan persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin beragam susunan makanan yang dikonsumsi siswa maka IMT/U normal cenderung lebih besar. Sedangkan semakin kurang atau sedikit jumlah susunan makanan yang dikonsumsi maka IMT/U kurus cenderung lebih besar pula.

Salah satu faktor yang memengaruhi status gizi adalah kebiasaan makan sehari-hari, karena baik atau buruknya pola makan mengakibatkan baik atau tidak baiknya status gizi seseorang (Fadila, 2015). Susunan makanan yang semakin beragam akan mempengaruhi jumlah energi yang dihasilkan. Disamping itu susunan makanan yang semakin beragam mengandung zat gizi yang semakin beragam pula berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan juga mineral.

Hasil penelitian TB/U berdasarkan susunan makanan diperoleh bahwa siswa dengan susunan makanan lengkap memiliki TB/U normal 68,4%, pendek 21,1%. Susunan makanan kurang lengkap kategori normal 69,4%, pendek 22,2%. Serta siswa dengan susunan makanan tidak lengkap kategori normal 71,4%, sangat pendek 28,6%. Berdasarkan persentase tersebut setiap kategori susunan makanan memiliki persentase TB/U normal semakin besar. Namun persentase pendek dan sangat pendek juga cenderung meningkat.

Hasil penelitian IMT/U berdasarkan konsumsi energi diperoleh bahwa siswa dengan konsumsi energi lebih pesentase IMT/U kurus, normal, dan gemuk sama yaitu 33,3%. Konsumsi energi baik memiliki IMT/U normal 66,7%, gemuk 19,0%. Konsumsi energi kurang memiliki IMT/U normal 65,8%, dan kurus 15,8%. Berdasarkan persentase tersebut diketahui bahwa semakin besar konsumsi energi maka cenderung memiliki IMT/U gemuk yang lebih besar. Sedangkan konsumsi energi yang kurang maka IMT/U kurus dan sangat kurus juga lebih besar. Ketidakseimbangan antara asupan makanan kebutuhan dan kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang.

Hasil penelitian TB/U berdasarkan konsumsi energi diperoleh siswa dengan konsumsi energi lebih memiliki TB/U normal sebanyak 100,0%. Siswa dengan konsumsi energi baik memiliki TB/U normal sebanyak 61,9%, pendek 28,6%. Serta konsumsi energi kurang memiliki TB/U normal sebanyak 71,1%, pendek 15,8%, dan sangat pendek 13,2%.

Hasil penelitian IMT/U berdasarkan konsumsi protein diperoleh bahwa konsumsi protein lebih memiliki IMT/U normal 61,5%, gemuk 7,7%, dan obesitas 15,%. Konsumsi protein baik memiliki IMT/U normal 63,6%, gemuk 21,2%. Konsumsi protein kurang memiliki IMT/U normal 68,8%, kurus 18,8%. Berdasarkan persentase tersebut diketahui bahwa jika konsumsi protein semakin besar maka IMT/U gemuk dan obesitas juga semakin besar begitu juga sebaliknya. Konsumsi protein juga memberikan kontribusi terhadap angka kecukupan energi.

Hasil penelitian TB/U berdasarkan konsumsi protein diperoleh siswa dengan konsumsi protein lebih memiliki TB/U normal sebanyak 69,2%, pendek dan sangat pendek 15,4%. Konsumsi protein baik TB/U normal 63,6%, pendek 27,3%. Konsumsi protein kurang memiliki TB/U normal 81,3%, dan sangat pendek 12,5%.

Menurut Istiani (2013), konsumsi makanan seseorang berpengaruh terhadap status gizi orang tersebut. Semakin baik konsumsi makanan seseorang maka akan semakin beragam zat gizi yang terpenuhi yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan terutama bagi anak sekolah yang kebutuhan energi dan zat gizi lainnya yang relatif meningkat.

Faktor yang mempengaruhi status gizi tergantung dari kebiasaan makan sehari-hari karena baik atau buruknya pola makan mengakibatkan rendahnya status gizi seseorang. Status gizi adalah keadaan yang menyatakan tingkat kecukupan gizi seseorang dan juga merupakan indikator akan kecupukan gizi. Tinggi rendahnya status gizi seseorang ditentukan oleh asupan makanan yang

dikonsumsi setiap harinya. Jika asupan makanannya seimbang tentunya status gizinya juga baik dan begitu sebaliknya.

5.5 Status Gizi Berdasarkan Aktivitas Fisik

Hasil penelitian status gizi IMT/U berdasarkan aktivitas fisik diperoleh bahwa siswa dengan aktivitas fisik ringan memiliki IMT/U normal sebanyak 65,3%, obesitas 18,4%. Sedangkan siswa dengan aktivitas fisik sedang memiliki IMT/U normal sebanyak 61,5%, kurus dan sangat kurus masing-masing 15,4%. Berdasarkan persentase tersebut diperoleh bahwa siswa dengan aktivitas fisik rendah akan mengalami kecenderungan berat badan lebih yang lebih besar dibandingkan siswa yang beraktivitas sedang. Begitu pula sebaliknya siswa dengan aktivitas fisik sedang memiliki IMT/U kurus dan sangat kurus juga lebih besar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu anak yang beraktivitas fisik ringan maka cenderung untuk memiliki berat badan lebih dan menurut statistik terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian berat badan berlebih (Mujur dalam Zuhdy, 2015).

Berdasarkan penelitian sebagian besar siswa melakukan aktivitas di dalam rumah yaitu menonton televisi, dan bermain dengan anggota keluarga. Semakin ringan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan seseorang maka dapat berpengaruh terhadap status gizi (IMT/U) lebih bahkan obesitas. Aktivitas fisik merupakan faktor risiko dari kejadian overweight, yaitu anak yang beraktivitas fisik ringan berhubungan bermakna terhadap berat badan lebih (Mujur dalam Zuhdy, 2015).

Hasil penelitian TB/U berdasarkan aktivitas fisik diperoleh bahwa aktivitas fisik siswa kategori ringan memiliki TB/U normal 65,3%, pendek 22,4%. Sedangkan siswa dengan aktivitas fisik sedang memiliki TB/U normal 84,6%.

Menurut Sorongan (2012), aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi karena status gizi seseorang bergantung juga penggunaan zat gizi yang dikonsumsi dengan cara beraktivitas. Semakin ringan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan maka berpengaruh terhadap status gizi (IMT/U) lebih bahkan obesitas.

5.6 Status Gizi IMT/U Berdasarkan TB/U

Hasil penelitian IMT/U berdasarkan TB/U kategori pendek pada siswa gemuk sebanyak 33,3% serta TB/U sangat pendek pada siswa gemuk sebanyak 22,2% dan obesitas 50,0%. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar siswa yang mengalami berat badan lebih gemuk dan obesitas memiliki tinggi badan yang pendek dan sangat pendek. TB/U dapat memengaruhi IMT/U seseorang walaupun sebagian besar siswa memiliki TB/U yang normal. Oleh karena itu masalah gizi masa lampau dapat memengaruhi keadaan gizi saat ini. Diperlukan peningkatan kualitas asupan makanan yang dimakan dimulai sejak anak kecil terutama pemenuhan zat gizi tertentu, yang dapat memengaruhi pertumbuhan fisik terutama pertumbuhan tulang seperti kalsium dan mineral lain yang banyak terkandung di dalam susu.

Dokumen terkait