IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
11. Sebaran jenis alat penyulingan yang digunakan Pemakaian solar lebih ramah lingkungan namun lebih Pemakaian solar lebih ramah lingkungan namun lebih
4.3.4 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi
Pengumpul minyak di daerah Garut tidak banyak, salah satu dari mereka merupakan perwakilan eksportir dari PT. Djasula Wangi
Jakarta. Saat panen raya pengumpul minyak mampu mengumpulkan 100 kg – 400 kg minyak akar wangi dalam satu minggu, sedangkan saat musim paceklik hanya mampu mengumpulkan 200 kg dalam waktu 10 hari. Minyak yang telah terkumpul langsung dikirim ke eksportir yang berada di luar wilayah Garut yaitu Jakarta dan Bogor. Harga ekspor minyak tidak diketahui secara pasti oleh para pengumpul, mereka hanya menerima harga yang sudah ditetapkan eksportir. Risiko yang dihadapi oleh pengumpul minyak sangatlah tinggi apabila mutu minyak tidak sesuai dengan standar yang ditentukan oleh eksportir. Jika mutu tidak sesuai standar, maka minyak tidak akan diterima oleh eksportir. Oleh karena itu, dibutuhkan pengalaman untuk mengetahui mutu minyak akar wangi sebelum diuji di laboratorium milik eksportir.
4.4. Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Penilaian faktor internal dan eksternal dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dan respon industri minyak akar wangi terhadap faktor internal dan eksternal tersebut. Penilaian faktor internal dan eksternal dilakukan dengan menggunakan analisis Internal Faktor Evaluation (IFE) dan Eksternal Faktor Evaluation(EFE).
Penilaian faktor internal digunakan untuk mengetahui pengaruh dari faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh industri minyak akar wangi terhadap keberlangsungan industri minyak akar wangi. Penilaian faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon industri minyak akar wangi terhadap faktor eksternal industri minyak akar wangi yaitu peluang dan ancaman.
Setelah mengetahui pengaruh dan respon dari industri minyak akar wangi terhadap faktor internal dan eksternal tersebut penyusunan alternatif strategi dapat dilakukan dengan lebih baik dan tetap sasaran. Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal ini maka alternatif strategi yang dihasilkan akan sesuai dengan keadaan internal dan eksternal industri minyak akar wangi sehingga diharapkan dapat menghasilkan alternatif-alternatif strategi rantai pasok yang efektif dan efisien yang mampu meningkatkan daya saing minyak akar wangi dan membangun sistem rantai pasok yang
berkesinambungan. Hasil analisis Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) ditunjukan dengan Tabel 15.
Tabel 15. Matriks IFE
Faktor Internal Industri Minyak Akar Wangi
No Kekuatan Bobot Rating
Skor Bobot x
Rating
1 Indonesia merupakan pemasok utama dalam
perdagangan minyak akar wangi dunia. 0,233 3,40 0,794 2 Minyak akar wangi Indonesia sudah dikenal di
pasar dunia karena aromanya yang khas atau sudah memiliki brand image "java vetiver oil".
0,227 3,40 0,772 3 Potensi wilayah penanaman masih cukup luas 0,279 3,28 0,917
4 Adanya industri yang sudah mampu memproduksi produk turunan minyak akar wangi dengan niai tambah yang lebih tinggi.
0,057 2,63 0,150 5 Kesadaran dan tekad bersama para pemangku
kepentingan untuk memajukan dan meningkatkan daya saing produk minyak akar wangi.
0,204 3,53 0,718
No. Kelemahan Bobot Rating
Skor Bobot x
Rating
1 Sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi secara optimal. Kontinuitas rendah dan margin keuntungan belum terbagi secara merata. Kegiatan produksi masih belum berorientasi pada mutu. Selain itu belum ada nilai tambah karena hanya mampu menghasilkan minyak akar wangi kasar.
0,289 1,036 0,300
2. Kepemilikan lahan usaha tani yang masih kecil sehingga tidak memungkinkan menjalankan skala usaha yang mampu menghasilkan produktivitas dan efisiensi yang memadai
0,070 1,509 0,105 3 Usaha budidaya yang sebagian besar merupakan
usaha sampingan, lokasi yang sangat tersebar dan dengan skala usaha yang yang relative kecil
0,080 1,260 0,101 4 Terjadi degradasi kualitas tanah, serta penurunan
areal penanaman karena masalah ketidaksesuaian biaya budidaya dan biaya pasca panen dengan harga jual termal.
0,036 1,630 0,059 5 Alat penyulingan sederhana 0,109 1,264 0,138 6 Sebagian besar petani, penyuling maupun
pedagang memiliki modal kerja yang sangat terbatas.
0,185 1,148 0,213 7 Pada aspek pasar, pola pemasaran dicirikan oleh
rantai pemasaran yang relatif cukup panjang. 0,087 1,136 0,099 8 Tidak adanya insentif harga yang memadai
terhadap mutu produk yang lebih baik, sehingga menghambat peningkatan mutu.
0,049 1,381 0,068 9 Fungsi supporting institutionyang belum optimal 0,093 1,262 0,118
Dari Tabel 15. dapat diketahui bahwa kekuatan utama industri minyak akar wangi adalah potensi wilayah penanaman yang cukup luas dengan skor
0.917. Kelemahan utama industri minyak akar wangi yaitu sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi secara optimal, kontinuitas rendah dan margin keuntungan belum terbagi secara merata. Kegiatan produksi masih belum berorientasi pada mutu. Selain itu belum ada nilai tambah karena hanya mampu menghasilkan minyak akar wangi kasar (0,300). Sehingga hendaklah stakeholder yang ada mampu memanfaatkan potensi wilayah penanaman ini dengan maksimal dan mengintergrasikan kegiatan produksi agar mampu meningkatkan kualitas dan kualitas minyak akar wangi.
Tabel 16. menunjukan analisis faktor eksternal melalui matriks Eksternal Faktor Evaluation(EFE).
Tabel 16. Matriks EFE
Faktor Eksternal Industri Minyak Akar Wangi
No. Peluang Bobot Rating
Skor Bobot x Rating
1 Permintan akan minyak akar wangi yang lebih
besar dari pasokan 0,285 2,911 0,830 2
Tumbuhnya industri pangan, kosmetik dan lain-lain yang menggunakan produk minyak akar wangi dan turunannya yang selama ini masih di impor.
0,245 2,531 0,619
3
Kemampuan sumber daya manusia dan IPTEK untuk menghasilkan produk minyak akar wangi dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
0,213 3,027 0,645
4
Dukungan pemerintah dalam memajukan dan meningkatkan daya saing minyak akar wangi Indonesia.
0,257 2,907 0,748
No. Ancaman Bobot Rating Skor Bobot
x Rating
1 Globalisasi perdagangan dunia, serta isu-isu non
tariff barier, seperti isu lingkungan. 0,281 2,660 0,749
2
Tumbuhnya negara pesaing yang mampu memproduksi tanaman penghasil minyak akar wangi dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang lebih baik.
0,282 2,910 0,822
3 Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap valuta asing 0,058 2,507 0,144 4
Kesadaran sebagai eksportir yang tidak
profesional dalam melaksanakan usahanya 0,110 2,389 0,262 5
Program yang dilakukan oleh berbagai instansi pemerintah dalam mengembangkan IKM minyak akar wangi yang masih belum optimal
0,213 3,027 0,643 6 Munculnya produk substitusi sintetik 0,056 1,882 0,106
Dari Tabel 16. dapat diketahui bahwa peluang utama industri minyak akar wangi adalah permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari pasokan dengan skor 0.830. Ancaman utama industri minyak akar wangi adalah tumbuhnya negara pesaing yang mampu memproduksi tanaman penghasil minyak akar wangi dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang lebih baik dengan skor 0.822. Peluang dan ancaman ini menunjukan bahwa ketika Indonesia mampu menghasilkan minyak dengan mutu yang diterima pasar dunia, maka industri minyak akar wangi nasional akan berkembang dengan baik, namun jika mutunya rendah, maka akan sulit bersaing dengan negara-negara pesaing yang mampu menghasilkan minyak dengan mutu yang lebih baik.