• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Aktivitas sangat diperlukan dalam pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, yaitu melakukan kegiatan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada belajar apabila tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.68

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hasil pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sebagaimana yang telah dideskripsikan sebelumnya, bahwa penggunaan model pembelajaran di atas dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 (Lampiran 3.2).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang dominan selama KBM pada aspek nomor 6, yaitu mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka

67Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2010, h. 75. 68

dengan tamu mereka) dengan rata-rata sebesar 14.61%. Pada siklus I diperoleh hasil sebesar 14.06% dan siklus II diperoleh hasil sebesar 15.16%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 1.10%.

Hasil peningkatan tersebut disebabkan aktivitas siswa lebih aktif dari sebelumnya, semua kelompok sangat antusias. 2 siswa yang bertugas sebagai stay, begitu serius menjelaskan hasil diskusi dalam kelompoknya kepada tamunya, dan 2 siswa yang bertugas sebagai stray, mendengarkan dengan baik penjelasan dari tuan rumah tempatnya bertamu dan sesekali mereka saling bertukar pendapat. Bahkan ada sebagian dari mereka yang seolah-olah bertamu sungguhan ke rumah orang lain, dengan mengucapkan salam. Dari penerapan Two Stay Two Stray (TS-TS) didapat siswa sangat aktif, bersemangat dan minat mereka dalam belajar pun meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS), yaitu a) membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar, b) dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, c) kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, d) lebih berorientasi pada keaktifan, dan e) siswa dapat bekerjasama dengan temannya.69

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS), banyak memberikan manfaat kepada siswa antara lain; siswa dalam

69Putra, Muhammad R. P, 2010, Penelitian Tindakan Kelas Menigkatkan Keterampilan MenyimakMelaluiModelPembelajaran Kooperatif Two Stay – Two Stray. Http://Www. Scribd. Com / Doc/33879464/Ptk-Menigkatkan-Keterampilan Menyimak-Melalui-Model-Pembelajaran-Kooperatif-Two-Stay-%E2%80%93-Two-Stray. (Online 25 Januari 2011)

kelompoknya mendapat informasi sekaligus dari kelompok yang berbeda, siswa belajar untuk mengungkapkan pendapat kepada siswa lain, siswa dapat meningkatkan daya ingat, siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 1, yaitu mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lainnya sebesar 13.20%. Pada siklus I diperoleh hasil sebesar 16.09% dan pada siklus II diperoleh hasil sebesar 10.31%. Di sini adanya penurunan dari siklus I kepada siklus II sebesar 5.78%. Besarnya angka penurunan pada siklus II ini disebabkan pada siklus I aktivitas siswa banyak terfokus pada mendengarkan/memperhatikan penjelasan dari guru atau siswa lain karena siswa masih kurang mengerti dan bingung dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, dalam menyampaikan materi pelajaran guru masih mendominasi, namun seteleh dilakukan refleksi maka pada siklus II hal tersebut mendapat efek baik sehingga aktivitas siswa tak hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru atau kelompok lain, dan siswa sudah memahami model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, sehingga aktivitas siswa lebih banyak dalam mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka

dengan tamu mereka), serta guru lebih banyak melibatkan siswa dalam menyampaikan materi pelajaran.

Mendengarkan penjelasan dari guru tentang prosedur kerja yang akan dilakukan merupakan bagian dari bentuk aktivitas siswa aktif, karena mendengarkan merupakan aktivitas belajar guna mendengarkan penjelasan dari guru. Ketika guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan, setiap siswa diharuskan mendengarkan apa yang disampaikan guru.70Dalam pendidikan, aktivitas memandang termasuk dalam kategori aktivitas belajar. Di kelas, seorang pelajar memandang papan tulis yang berisikan tulisan yang baru saja guru tulis. Tulisan yang pelajar pandang itu menimbulkan kesan dan selanjutnya tersimpan dalam otak.71

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 2, yaitu aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar sebesar 7.42%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 6.72% dan pada siklus II diperoleh 8.12%. Deskripsi ini menunjukkan adanya peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 1.40%. Hal ini disebabkan bahwa dari hasil aktivitas pada siklus II, keakraban dan komunikasi guru dengan siswa dapat berjalan dengan baik. Berbeda halnya ketika berada pada siklus I sebelumnya yang masih belum terjalinnya keakraban antara siswa dan

70Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h. 38 71

guru. Dengan adanya keakraban ini sebenarnya dapat memberikan motivasi keapada siswa untuk aktif menjawab pertanyaan dari guru dan berani mengemukakan ide atau pendapat dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru harus dapat membuat siswa mau dan berani mengemukakan ide-ide atau pendapat-pendapatnya dengan cara mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh siswa dengan caranya sendiri.72

Adanya peningkatan pada bagian aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar ini tampaknya karena peran model TSTS. Dikatakan demikian karena dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif). Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan siswa dikelompok lain yang menjadikan siswa mudah dalam memahami materi, dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara menyeluruh dengan waktu yang efisien, serta dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 3, yaitu membentuk kelompok. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas membentuk kelompok sebesar 11.64%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 13.44% dan pada siklus II diperoleh 9.84%. Deskripsi ini menunjukkan adanya penurunan pada siklus II yaitu sebesar 3.60%. Hal ini disebabkan karena pada

72Uus Toharudin, dkk, Membangun Literasi Sains Peserta Didik, Bandung:Humaniora, 2011, hal.76.

siklus I saat guru membacakan anggota kelompok banyak siswa yang protes terutama siswa putri karena mereka lebih senang dengan kelompok teman sebangkunya dari pada harus pindah ke bangku lain dengan kelompok baru, sehingga guru harus memberikan arahan bahwa pembentukan kelompok ini penting agar nantinya kalian dapat bertukar pikiran dengan siswa lain, dan apabila kalian memiliki gagasan lebih kalian dapat menjelaskan kepada teman kelompok kalian. Setelah diberikan arahan akhirnya semua siswa bersedia untuk duduk berkelompok sesuai dengan kelompok yang dibentuk oleh guru. Sedangkan pada siklus II saat pembentukan kelompok siswa segera mengatur tempat duduk sesuai kelompoknya dan mereka terlihat dengan cepat mmposisikan dirinya dalam masing-masing kelompok. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan, pada siklus II siswa terlihat lebih mudah diatur dan tidak terlalu banyak bicara seperti pada siklus I.

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 4, yaitu mengerjakan LKPD yang telah diberikan guru. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 9.69%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 9.22% dan pada siklus II diperoleh 10.16%. Deskripsi ini menunjukkan adanya peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 0.94%. Hal ini disebabkan karena pada siklus I aktivitas siswa yang aktif dalam diskusi mengerjakan LKPD hanya sebagian, karena pembagian tugas dalam kelompok masih kurang. LKPD yang diterima dari kelompok hanya satu, sehingga menyebabkan siswa banyak yang tidak bekerja melainkan menggantungkan jawaban pada teman

yang paling pintar, untuk mengatasi masalah tersebut pada siklus II guru memberitahukan kepada siswa bahwa salah satu penilaian dalam kerja kelompok adalah kerjasama dalam pembagian tugas diskusi, artinya apabila suatu kelompok dapat menjalin kerjasama dan membagi tugas dengan baik, maka kelompok tersebut dapat penilaian yang baik. Untuk mengatasi keadaan siswa yang terlalu santai dalam diskusi, selalu menggantungkan jawaban kepada teman yang pandai dalam kelompoknya, maka guru memberikan LKPD kepada semua siswa dalam kelompok agar siswa lebih termotivasi dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap proses pembelajaran dirinya, sehingga pada siklus II siswa sangat berperan aktif dalam kegiatan mengerjakan LKPD, siswa dikondisikan untuk mengerjakan dan mengumpulkan ide/pengetahuan yang dimiliki serta menyajikan hasil diskusi yang lebih baik dari pembelajaran sebelumnya.

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.73 Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, perubahan kearah yang lebih baik ini terlihat dari peningkatan yang cukup signifikan pada siklus II.

73

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 5, yaitu saling berdiskusi dalam kelompok serta bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan LKPD. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 11.56%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 11.09% dan pada siklus II diperoleh 12.03%. Deskripsi ini menunjukkan adanya peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 0.94%. Peningkatan ini disebabkan siswa pada siklus II sudah bisa beradaptasi dan terjalin komunikasi yang baik dengan teman sekelompok dan guru sehingga limit waktu yang diberikan bisa dimanfaatkan untuk mendiskusikan dan bertukar pendapat tentang hasil jawaban dari tugas yang diberikan. Sedangkan pada siklus I siswa belum terbiasa berdiskusi dan belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan guru.

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 7, yaitu kembali ke kelompok asal disaat Two Stay Two Stray berakhir serta melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 9.22%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 7.66% dan pada siklus II diperoleh 10.78%. Aktivitas ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada siklus II sebesar 3.12%. Peningkatan ini disebabkan karena berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II setelah kembali ke kelompok asal terlihat bahwa dalam tiap kelompok terjadi perdebatan dalam membahas hasil temuannya dengan hasil diskusi atau jawaban dari kelompok sendiri, bahkan siswa sudah banyak yang berani

bertanya langsung kepada guru mengenai jawaban yang benar yang mana, pada saat itu guru tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut tetapi guru hanya membimbing agar siswa sendiri yang menemukan jawaban yang benar. Setelah melakukan diskusi dan perdebatan, akhirnya mereka menemukan kesepakatan. Sedangkan pada siklus I setelah kembali kekelompok asal banyak kelompok yang terlihat pasif atau siswa masih belum berdiskusi dengan baik, karena siswa terkesan langsung percaya saja atau langsung menolak dengan jawaban temannya dan tidak mendiskusikan lagi jawaban tersebut.

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, salah satunya yaitu; memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk bertanya, menjawab dan saling membantu atau berinteraksi dengan teman, dengan demikian maka akan menambah wawasan siswa mengenai materi yang sedang dipelajari.

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 8, yaitu mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 10.39%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 10.16% dan pada siklus II diperoleh 10.63%. Aktivitas ini mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 0.47%. Peningkatan ini disebabkan pada siklus II pada saat waktu presentasi dimulai banyak kelompok yang bersedia secara sukarela untuk mempresentasikan hasil diskusi, bahkan terkesan berebut untuk maju menjadi kelompok yang

mempresentasikan jawaban hasil diskusi, untuk menghindari suasana yang semakin ramai guru memutuskan untuk memilih seara acak kelompok yang maju yaitu kelompok 6. Pada presentasi ini guru mengingatkan kepada siswa bahwa keaktifan bertanya adalah salah satu kriteria penilaian dalam kelompok, sehingga siswa harus bekerjasama untuk membuat pertanyaan atau menanggapi presentasi tersebut. Guru mewajibkan setiap kelompok minimal harus pernah bertanya satu kali atau menanggapi pertanyaan satu kali. Hal ini dilakuakan agar tiap-tiap kelompok berlatih untuk berani berbicara dan berlatih untuk berfikir kritis dalam menanggapi suatu masalah. Sedangkan pada siklus I tidak ada kelompok yang berani secara sukarela untuk mencoba mempresentasikan jawaan dari hasil diskusi kelompoknya. Oleh karena itu guru segera memilih secara acak kelompok yang akan maju mempresentasikan yaitu kelompok 2. Diskusi berjalan lancar walaupun masih belum sempurna karena sedikit siswa yang bertanya maupun menyampaikan jawaban yang berbeda pada saat presentasi. Hal ini terlihat hanya satu kelompok yang berani menanggapi dan bertanya kepada kelompok yang mempresentasikan jawabannya. Pada tahap mempresentasikan jawaban tersebut merupakan tahap untuk berbagi (sharing) yaitu guru meminta siswa untuk menjelaskan/berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Aktivitas mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas merupakan cara pembelajaran kooperatif dalam

menciptakan proses peran aktif siswa, sehingga pembelajaran yang hanya terpaku pada guru tidak ada dalam KBM ini. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.74

Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 9, yaitu berdiskusi/menyimpulkan pelajaran antara siswa dengan guru. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 8.83%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 8.12% dan pada siklus II diperoleh 9.53%. Aktivitas ini mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 1.41%. Peningkatan ini disebabkan pada siklus II, hampir semua siswa terlibat dalam aktivitas ini, karena pada proses ini guru banyak mengajukan pertanyaan pada siswa membimbing siswa dalam membuat kesimpulan pembelajaran. meskipun ada jawaban siswa yang kurang tepat tetapi masih bisa dilengkapi oleh siswa lainnya ketika guru meminta jawaban dari siswa yang lain dan guru meluruskan jawaban siswa yang kurang tepat. Aktivitas menjawab pertanyaan saat menyimpulkan pelajaran terlihat antusiasme para siswa dalam menyampaikan pendapatnya, hal ini menunjukkan pengetahuan siswa yang didapat siswa dapat mereka aplikasikan dengan baik. Sedangkan pada siklus I kurangnya konsentrasi siswa mendengarkan penjelasan guru sehingga mereka pun tidak memberikan kesimpulan terhadap materi yang baru disampaikan.

Aktivitas siswa yang terakhir pada aspek nomor 10 yaitu menerima penghargaan dengan tertib mendapat hasil rata-rata sebesar 3.44%. Pada

74

siklus I mendapat hasil sebesar 3.44% dan siklus II sebesar 3.44%. Meskipun pada siklus I dan II tidak mengalami peningkatan tetapi pada saat guru mengumumkan kelompok-kelompok terbaik yang mendapatkan penghargaan, siswa yang mejadi perwakilan maju ke depan menerima penghargaan dengan tertib. Memberikan penghargaan merupakan upaya guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.75

Dokumen terkait